Sahabat VOA-Islam...
Tidak terasa setahun sudah aksi bela Islam terbesar diadakan di negeri ini berlalu. Namun rupanya, bara perjuangan masih bergejolak didada kaum muslimin hingga saat ini. Ya, aksi bersejarah yang berawal dari kasus penistaan Al-Qur’an oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ini, kembali di gelar dengan tema reuni 212 pada Sabtu 2 Desember 2017, karena mengingat tahun lalu di tanggal dan bulan yang sama umat Islam di seluruh Indonesia pernah bersatu dalam satu barisan membela kitab Allah yaitu Al-Qur’an.
“Tujuan umum diadakannya Kongres Alumni 212 adalah untuk menghimpun kembali kekuatan umat Islam dalam berbagai aspek, juga mengingatkan kembali akan indahnya semangat kebersamaan dan persatuan,” demikian penjelasan Panitia Kongres dari konferensi pers, di Aula Masjid Sunda Kelapa, Jl Taman Sunda Kelapa No 16, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (26/11/2017). Tujuan khususnya yaitu dalam rangka mengkonsolidasi internal seluruh elemen yang tergabung di dalam Presidium Alumni 212, selaku pelaksana kongres tersebut.
“Selain dari hal tersebut, perhelatan kongres tentunya juga akan menyikapi kondisi politik, sosial, hukum, dan berbagai perkembangan terkini di Indonesia saat ini,” jelasnya. Pada kongres pertama itu, Presidium Alumni 212 tidak ingin momentum Aksi Bela Islam itu hilang makna di tengah gerusan musuh-musuh Islam dan NKRI yang terus menerus mengancam negeri ini dengan “menggunakan baju Pancasila dan kebinekaan”. Pasca kongres, akan digelar Reuni Akbar 212 di Lapangan Medan Merdeka Monas, Jakarta, 2 Desember 2017, memperingati setahun Aksi Bela Islam III (Aksi 212).
Berdasarkan pantauan Detiknews.com (02/02/2017) peserta yang telah hadir pada reuni 212 mencapai lebih dari 7,5 juta orang. Sungguh angka yang sangat fantastis bahkan melebihi jumlah peserta di aksi-aksi sebelumnya.
Lewat wadah Presidium Alumni 212 yang mereka bentuk, para tokoh Aksi 212 ini tetap menggelar aksi yang terkait dengan isu agama. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai lewat acara Reuni Alumni 212, para tokoh 212 tengah berupaya memelihara eksistensinya. “Itulah kenapa mereka belum mau membubarkan diri meski Ahok sudah di penjara,” tutur Adi kepada CNNIndonesia.com Minggu (26/11) malam.
Adi berasumsi bahwa Indonesia berupaya menjaga eksistensi juga terlihat dari aksi-aksi lain yang digelar Alumni 212 seperti aksi tolak Perppu Ormas, dukungan terhadap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), hingga demonstrasi menuntut kader Partai NasDem Viktor Laiskodat segera ditangkap karena diduga menodai agama Islam.
Selain untuk mempertahankan eksistensi, para tokoh Aksi 212 lewat Reuni Alumni 212 juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka akan selalu membela Islam. Banyak atau sedikitnya peserta reuni yang hadir nanti tidak begitu penting. Sebab menurut Adi, hal utama yang ingin dicapai adalah masyarakat tahu keberadaan mereka. “Mereka genit dengan unjuk diri melalui reuni,”
Dalam pandangan ulama sekaligus cendekiawan Muslim Prof KH Didin Hafidhuddin, kongres tersebut merupakan salah satu cara untuk membangkitkan kembali semangat umat Islam. “Kongres 212 merupakan kegiatan yang sangat bermomen, bisa menjadi kekuatan umat Islam. Contohnya saja dalam pemilihan gubernur (DKI Jakarta) kemarin, terpilih pemimpin yang Muslim, Anies dan Sandi,” ujar Kiai Didin.
Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor ini, Kongres Nasional Alumni 212 juga bermanfaat menyadarkan umat Islam untuk bisa membangun ekonomi, politik, dan hubungan kemasyarakatan. Misalnya di bidang ekonomi, saat ini sudah banyak terbentuk koperasi berbasis syariah. “Jadi, melalui kongres ini bisa hidupkan kembali ekonomi secara berjamaah, ya, bukan ekonomi secara individu,” kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia ini.
Di sisi politik, ia menyarankan masyarakat untuk memilih pemimpin dari latar belakang agama yang dianutnya. Hal itu penting karena pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden sudah semakin dekat. “Umat Islam harus percaya diri dengan pemimpin. Pertama harus dilihat Muslimnya, selain dari jujur,” ujar dia. Ia juga menekankan, kongres ini bukan sebuah bentuk golongan, kelompok, atau organisasi. Menurut dia, kongres ini sebagai bentuk kekuatan umat Islam dalam mengendapkan semangat umat Islam.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Islam (Persis) Aceng Zakaria menilai Kongres Nasional Alumni 212 memiliki makna yang baik bagi umat Islam. Setidaknya, kongres ini bisa lebih mempersatukan umat Islam di Indonesia. “Saya belum dapat perkembangan terbaru, tetapi saya berharap kongres ini bisa menjalin tali silaturahim, menyatukan umat Islam agar lebih damai,” ujarnya.
Ummat semakin Sadar
Ada sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan direuni 211 sabtu lalu. Selain jumlah peserta yang begitu menakjubkan hingga mencapai 7,5 juta orang, bendera Al-Liwa dan Ar-Rayah yang identik dengan Hizbut Tahrir Indonesia, kini semakin dikenal dan dicintai oleh seluruh ummat Islam, sehingga pada reuni 211 hampir seluruh ormas Islam membawa bendera Al-Liwa dan Ar-Rayah.
Begitupun dengan kata Khilafah kini semakin dikenal dan dirindukan oleh seluruh ummat Islam, direuni 211 seluruh Ummat Islam yang hadir meneriakkan kata khilafah sembari mengibarkan bendera Al-Liwa dan Ar-Rayah yang mereka bawa. Maa Syaa Allah pemandangan yang sangat menakjubkan!
Semakin Ditekan Semakin Bersatu!
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim No.4684]
Begitulah perumpamaan yang di sampaikan oleh Rasulullah SAW, semakin terasa di zaman sekarang. Dengan berbagai fitnah, cacian, ketidak adilan yang menimpa ummat Islam, tapi ummat islam semakin kuat dan semakin bersatu. Ibarat sebuah bangunan yang semakin menguatkan satu sama lain, dan ibarat satu tubuh yang akan merasakan sakit, ketika yang lain disakiti.
Sehingga musuh-musuh Islam merasa heran dan kebingungan ketika aksi selalu diikuti oleh peserta yang jumlah sangat banyak hingga berjuta-juta orang. Sehingga mereka membuat framing negative bahwa setiap aksi ummat Islam selalu dibayar. “Ya… kami memang dibayar, tapi yang membayar kami Allah SWT Dzat yang Maha Kaya”, begitulah ujar para peserta aksi dalam menepis framing negative yang dibuat oleh musuh-mush Islam.
Begitu indahnya hidup dibawah naungan Islam. Kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan tentu bisa kita rasakan. Karena itu sejatinya mari kita segera bersatu, bergerak untuk secara bersama-sama menerapkan kembali syari’at Islam secara Kaaffah, sehinnga Islam Rahmatan Lil ‘alamiin dapat segera kita rasakan. Wallahu ‘allam bisshowab. [syahid/voa-islam.com]
Shafiyyah Nusaibah Az-zahra, Kiriman Mahasiswi