Oleh: Iit Oktaviani Patonah (Mahasiswi Universitas Pasundan)
Orang tertinggi di Amerika Serikat, presiden Donald J. Trump pada Kamis (7/11/2017) dini hari WIB, resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memerintahkan Kedutaan Besar AS di negara tersebut untuk segera bersiap pindah dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Negara AS adalah negara pertama yang berani mendeklarasikan akan hal tersebut. "Saya telah menentukan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," tegas Trump dalam pidatonya di Washington, seperti dikutip Aljazeera.
Padahal seluruh dunia menyaksikan bahwa tanah Syam adalah termasuk wilayah Palestina yang dimiliki oleh kaum muslim, setelah diserahkan patrik Safronius kepada Umar bin Khaththab di masa Khulafaur Rasyidin. Namun pada 1948, setelah serangkaian tipudaya via Inggris dan LBB, Amerika dan PBB mengesahkan negara Israel.
Atas deklarasi presiden AS tersebut, mengundang banyak respon dari berbagai negara khususnya negara-negara Arab. Mereka berpendapat bahwa sikap Donald Trump justru akan menghalangi upaya perdamaian antara kedua negara, yaitu Palestina dan Israel. Sikap Trump dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas dan keamanan wilayah tersebut. Hal serupa disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Menurut dia, hal tersebut sangat membahayakan proses perdamaian. "Sekali lagi kita sangat mengkhawatirkan pengumuman tersebut karena pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan sangat membahayakan proses perdamaian dan akan membahayakan perdamaian itu sendiri," ujar Retno di Kompleks Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Rabu 6 Desember 2017.
Lebih dari respon yang disampaikan, sikap Donald Trump secara terang-terangan mengibarkan bendera perang terhadap kaum muslim. Karena sejatinya Al-Quds bukan hanya tentang wilayah yang harus dipertahankan, tetapi juga adalah tentang bentuk keimanan ummat muslim yang harus dijaga secara kokoh atas keyakinannya bahwa Al-Quds adalah salah satu tempat suci ummat muslim. Tanah Al-Quds disuburkan oleh darah-darah mujahid Islam. Dan sampai kapanpun akan menjadi tanah perjuangan ummat islam sampai akhir zaman.
Oleh karena itu, tugas kita sebagai ummat muslim adalah memohon kepada Allah dalam simpuhan do’a agar memberikan kemenangan atas Agama Islam, dan ummat harus bersatu dalam balutan ukhuwah untuk berjuang mempertahankannya. Berjuang dengan penuh semangat tanpa rasa takut sedikitpun, karena diiringi keyakinan kepada Dzat Yang Maha Penolong, yakni Allah Swt.
Di samping itu semua ummat pun membutuhkan perisai kokoh yang dimana ummat bisa berlindung di bawah kepemimpinanya, kepemimpinan Islam dalam bentuk Khilafah ‘alla minhaj an-nubuwwah. Wallahu a’lam. [syahid/voa-islam.com]