Oleh: Siti Rosida (Mahasiswi dan Aktivis Dakwah)
Syaikh Taqiyyudin An-Nabhani didalam kitab Nizhamul Islam pernah berkata, “Bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya”.
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya, manusia bertingkah laku sesuai dengan pemahamannya terhadap sesuatu. Dan pemikiran tidak pernah terlepas untuk membentuk dan memperkuat pemahaman. Saat kita ingin mengubah tingkah laku seseorang, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikirnya terhadap sesuatu.
Dari mana, untuk apa, dan kemana adalah pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh manusia. Ketika seorang manusia tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan mendasar ini atau salah dalam menjawabnya, maka dia bagaikan buih di lautan yang diterpa gelombang laut dan dia pasrah akan keadaannya. Kemanapun gelombang membawanya, maka dia akan mengikutinya, kendatipun gelombang tersebut membawanya kehancuran. Sebaliknya kehidupan yang dijalani oleh seseorang yang mampu menjawab ketiga pertanyaan mendasar tadi dengan jawaban yang benar, maka kehidupannya akan terarah. Dan dari sinilah kebangkitan hakiki dapat diraih.
Islam sebagai agama yang paripurna, mampu menuntaskan dan menjawab problematika pokok ini dan dipecahkan sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, serta memberikan ketenangan jiwa. Dan islam menjawab ketiga pertanyaan mendasar tadi dengan menggunakan pemikiran yang cemerlang, yaitu dibalik alam semesta, manusia, dan kehidupan terdapat sang pencipta yang telah menciptakan ketiganya serta menciptakan segala sesuatu. Karena islam bukan hanya sebuah agama semata, tetapi lebih dari itu. Islam adalah sebuah aqidah aqliyah yang melahirkan sebuah peraturan. Peraturan yang sempurna, yaitu langsung berasal dari pencipta alam semesta.
Umat islam saat ini, mundur dari posisinya sebagai pemimpin dunia. Karena umat islam sudah mulai meninggalkan islam dan memilih sistem lain dalam kehidupannya. Namun, semua ini tidak terlepas dari propaganda orang kafir yang tidak pernah senang terhadap islam. Seperti firman Allah SWT:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka ( TQ.S al-Baqarah:120)
Bagaimanapun kesungguhan orang kafir dalam membuat makar, tetapi makar Allah ta’ala diatas segalanya. Pucuk dicinta ulampun tiba, bak gayung bersambut. Allah ta’ala kembali menunjukkan keagungan-Nya, melalui Ahok. Sontak Indonesia digemparkan dengan pernyataan yang dikeluarkan pejabat negara, yang pada saat itu Ahok masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Banyak kontroversi yang bermunculan. Bahkan, komentar dari para netizenpun tidak dapat dibendung lagi. “Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu enggak pilih saya. Dibohongin pakai surat al-Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu.”Kata Ahok.(beritagar.com, 01/12/2017).
Memang sangat fenomenal, bahkan setiap stasiun televisi baik negeri maupun swasta tak luput dari berita ini. Namun, orang-orang yang beriman selalu mengambil hikmah atas peristiwa yang terjadi. Peristiwa ini membuat kita bisa melihat lebih jernih, siapa yang tetap kokoh dalam keimanan dan siapa yang berpihak pada orang kafir. Dan orang-orang yang membela orang kafir dia termasuk golongan orang munafik. Sebagaimana yang digambarkan dalam Surah al-Maidah ayat 52.
Umat islam yang tidak terima dengan penghinaan yang dilakukan oleh Ahok mengambil langkah tegas, yaitu mengadakan aksi bela islam. Dari sekian banyak aksi yang dilakukan oleh umat islam, aksi yang paling terkenal dan fenomenal adalah aksi 212. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya sebanyak kurang lebih tujuh juta umat islam berkumpul dalam suatu tempat dan suatu waktu dengan satu tujuan membela islam.
Mereka datang dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Ada yang datang dengan berjalan kaki, kendaraan pribadi, dengan bus dll. Mereka berasal dari berbagai macam ormas, seketika mereka lupa akan yang pernah terjadi diantara mereka. Tujuan mereka satu yaitu membela islam dan al-qur an. Dari fenomena ini, dapat kita lihat bahwa umat islam bersatu adalah sebuah keniscayaan.
Pada saat aksi berlangsung, satu rumputpun tidak terinjak oleh peserta aksi. Sekali lagi memang sebuah peristiwa yang monumental, yang kan tercatat sepanjang sejarah umat islam. Sayangnya, gerakan ini masih menjadi gerakan massa yang tidak bertuan. Tidak ada titik temu, kemana umat akan melangkah.
Berbicara tentang gerakan, pasca runtuhnya kekhilafahan islam di Turki tahun 1924, banyak bermunculan gerakan-gerakan islam yang bertujuan untuk kebangkitan. Gerakan-gerakan ini menyadari akan kemunduran yang dialami umat islam. Bahkan kemunduran ini bisa dilihat oleh seseorang secara sekilas, tanpa perlu bersusah payah menelitinya.
Mulai dari bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya sangat terlihat jelas kemundurannya jika dibandingkan dengan masa keemasan islam yang pernah menguasai dua pertiga dunia. Orang kafir penjajah telah berhasil membuat umat islam kehilangan ibu yang selama ini menaunguinya, yaitu daulah islamiyyah. Mereka menggunakan perang salib gaya baru dengan meracuni pemikiran umat islam dengan pemikirannya yang kotor lagi menyesatkan, sehingga umat islam kabur akan pemikirannya tentang islam.
Sayangnya, kebanyakan dari gerakan-gerakan yang muncul, mempunyai ide dasar yang masih umum. Bahkan ide dasar yang akan menjadi landasan berdirinya sebuah gerakan tidak mempunyai kejelasan dan tidak murni. Lebih dari itu, metode untuk menerapakan ide tadi masih dipenuhi kesimpangsiuran dan ketidakjelasan.
Kemudian gerakan-gerakan tersebut masih bertumpu kepada orang yang berbekal semangat belaka. Dan ikatan yang mengikat anggotanya hanyalah berdasarkan struktur organisasi, dan jabatannya dalam organisasi tersebut. Sebuah gerakan yang bertumpu pada semangat belaka, maka gerakan tadi akan hilang bersamaan dengan hilangnya semangat dari anggotanya.
Asas kebangkitan hakiki, bermula dari sebuah ideologi (mabda) yang menggabungkan antara ide dasar (fikrah) dengan metode (thariqah) secara terpadu. Islam adalah sebuah ideologi, seyogyanya sebuah ideologi akan melahirkan aturan dalam kehidupan yang dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia sampai keakar-akarnya.
Umat islam pada saat ini, sudah memperlihatkan ghirahnya dalam membela islam. Tetapi semangat yang besar ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena kalau dibiarkan begitu saja, maka kejadian yang sama akan terulang kembali dan itu bisa berlanjut secara terus menerus.
Kebangkitan hakiki yang diinginkan menjadi sebuah fatamorgana untuk diwujudkan. Jadi, memahamkan umat islam terhadap asas kebangkitan hakiki adalah sebuah keniscayaan. Sehingga umat bisa paham apa yang seharusnya diperjuangkan. Wallahu 'a'lamu bi ash showab. [syahid/voa-islam.com[