SURAT PEMBACA:
Pemuda. Sosok yang identik dengan semangat. Penuh energi untuk melakukan berbagai hal. Padanya harapan umat disandarkan. Sosok yang seharusnya memperkaya diri dengan ilmu. Untuk menaklukkan dunia dalam genggamannya.
Sayangnya, marak potret buram remaja tersaji di keseharian kita. Pergaulan bebas, terjerat narkoba, tawuran pelajar, kriminalitas dan sederet fakta miris lainnya.
Keluarga yang seharusnya menjadi benteng utama ketahanan pemuda, semakin kehilangan fungsi. Orang tua yang disibukkan mengais rezeki, tak lagi menyediakan rengkuhan hangat penenteram hati pemuda. Sehingga pemuda melarikan gundahnya pada hal-hal negatif.
Sekolah yang diharapkan berperan serta membentuk kepribadian siswa, disibukkan dengan materi pelajaran. Siswa hanya 'study oriented' tapi kering nilai-nilai Islami. Bahkan silih berganti kurikulum sebagai buah kebijakan pemerintah, belum menampakkan hasil.
Mirisnya hidup dalam sistem sekuler kapitalisme. Agama tidak diberi ruang mengatur kehidupan. Agama hanya ada di sudut-sudut tempat ibadah. Manusia berlomba menuhankan materi. Sehingga lupa kedudukannya sebagai hamba Illahi. Lalai akan amanah membina generasi.
Sudah saatnya kita sebagai hamba Allah, kembali pada aturan Al-Mudabbir, Sang Maha Pengatur. Islam mempunyai sistem kehidupan yang lengkap. Menerapkannya secara kaffah dalam institusi Khilafah Islamiyah menjadi sebuah kebutuhan mendesak untuk melahirkan pemuda mutiara umat. Gelar Khairu ummah, umat terbaik di semesta alam pun akan kita sandang. Mutiara umat akan siap memimpin peradaban dunia. Tidakkah kita mengharapkannya? Semoga.
Kiriman Yunita Gustirini, Ibu Rumah Tangga Pemerhati Generasi | Anggota Komunitas #revowriter