Oleh: Siti Fatimah (Praktisi Pendidikan di Tulungagung)
Sebagai manusia yang berakal kita harus memiliki pemikiran kritis, memiliki ketajaman berfikir terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa dan umat Islam, ikut mencarikan apakah gerangan solusi atas problematika yang menimpa negeri ini.
Kita sadar bahwa sekarang kita berada dalam masa-masa sulit dimana keadaan perekonomian rakyat semakin terhimpit, harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik sementara penghapusan berbagai subsidi untuk rakyat miskin semakin menambah beban hidup mereka.
Belum lagi biaya pendidikan dan kesehatan yang tinggi, kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan rakyat kecil, persekusi dakwah terjadi diberbagai tempat serta kriminalisasi terhadap ulama yang semakin marak.
Sementara itu, pemerintah yang memiliki kekuatan yang seharusnya mampu mensejahterakan dan melindungi ummatnya malah membuat keadaan semakin tidak karuan dengan memberikan solusi-solusi ngawur atas masalah-masalah yang timbul akibat keputusan yang tidak tepat sasaran yang telah mereka ambil dan mereka terapkan.
Lalu tidakkah kita umat Islam yang dikarunai oleh Allah SWT akal mau berfikir, apa kira-kira penyebab dari berbagai ini? Banyaknya korupsi di kalangan elit politik dan pejabat pemerintah, aset-aset negara yang tergadaikan dan tidak adanya kedaulatan penuh ditangan pemerintah untuk mengambil keputusan sendiri atas pengusaan SDA tanpa adanya intervensi dari pihak asing.
Akar masalah yang ada ini tak lain dan tak bukan adalah akibat diterapkannya sistem Demokrasi. Sistem buatan manusia yang berusaha untuk menjauhkan peran serta agama dalam kehidupan berpolitik dan dalam mengatur negara yang seharusnya bertugas mengurusi umat yang dipimpinnya. Paham yang merugikan dan menyesatkan ini disebut dengan paham sekulerisme.
Bisa kita lihat sekarang betapa mengerikannya dampak yang ditimbulkan akibat paham ini. Para pejabat yang jauh dari ayat-ayat Allah yang menyeru kepada ketaatan akan semua hukumNya, menjauhkan segala sesuatu yang diharamkan serta mengharuskan para pemimpin untuk bersikap Amanah. Sebaliknya, mereka telah melegalkan lembaga-lembaga bisnis dan keuangan berbasis riba, bersikap abu-abu terhadap masalah-masalah terkait miras, prostitusi, kejahatan dan penyimpangan seksual, dan juga ketidakadilan terhadap hukum-hukum kriminalitas dan Undang-undang terkait kebebasan dalam berorganisasi, yang dalam hal ini memiliki basis kegiatan berdakwah untuk menegakkan syiar Agama Islam.
Dalam sistem Demokrasi kegiatan prostitusi, kejahatan dan kelainan seksual pun seolah di biarkan.Toh seandainya pun ada proses hukum, keadilan tidak pada porsinya dalam hal hukuman dipengadilan. Bahkan hukum pun bisa terbeli oleh uang. Astaqfirullah.
Para pejabat terbuai oleh kekuasaan harta dan jabatan mereka, dan lalai terhadap tugas serta amanah yang diembannya. Mereka tidak takut lagi kepada Allah dan lupa terhadap sumpah mereka di bawah Kitabullah. Bahkan tak sedikit pula dari mereka yang dengan terang dan jelas menentang Allah dengan mempertanyakan azab atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Keimanan mereka telah terbeli oleh kekuasaan dan kita masih mengharap agar mereka perduli kepada rakyat kecil ?
Allah SWT berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَـنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَـرْثِ ۗ ذٰ لِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 14).
Munculnya anggapan terhadap politik itu kotor dan Agama itu suci, ketidak bolehan mencampurkan keduanya dalam mengatur negara adalah anggapan yang keliru. Kita perlu mengubah mindset kita tentang anggapan ini.
Agama seharusnya masuk dalam dunia politik untuk menjaga para aparat pemerintah agar tetap teguh memegang keimanan mereka, menjaga akidah mereka untuk senantiasa patuh terhadap perintah-perintah Allah Azza Wajalla dan menjaga amanah yang dibebankan kepada mereka untuk mengurus umat. Satu hal yang paling penting adalah mengubah sistem Demokrasi yang sudah terbukti merusak tatanan kehidupan kepada sistem Syariat yang bersumber dari Al-Quran yang dibawa oleh Rosul Muhammad SAW.
Menempatkan Hukum Syara' sebagai sumber hukum yang berasal dari Allah SWT. Dzat Yang Maha Agung, Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya yang bertakwa. Allah SWT berfirman:
وَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَـعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗ وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ لَفٰسِقُوْنَ
"Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memerdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 49). Wallahu ‘alam bisshowab. [syahid/voa-islam.com]