View Full Version
Selasa, 27 Feb 2018

Hiruk Pikuk Pilkada dan Misi Besar Dakwah

Oleh: Ahmad Ghozi Abdullah

Pada tahun 2017 lalu Indonesia cukup sibuk dengan berbagai peristiwa yang begitu besar dan bersejarah, dan menjelang pilkada DKI Jakarta kemarin pun tidak hanya memanas pada penduduk Jakarta saja, tetapi hiruk pikuk pilkada tersebut di rasakan di seluruh nusantara.

Dan kerap kali terjadi pilkada di ibu kota pada setiap periodenya, seluruh rakyat Indonesia seakan merasakan PilPres yang sedang berlangsung kian memanas.

Tentu merupakan hal menarik pada pilkada 2017 kemarin ini juga memberikan efek besar untuk kelangsungan pilkada serentak yang akan di laksanakan pada 2018 nanti. Telah banyak pakar yang berpendapat pada pemilu atau pilkada kedepan, tidak hanya sebagai pemilihan pemimpin semata, tetapi juga sebagai pertarungan antara dua sisi yang berbeda tujuan dan jalan politiknya.

Dengan adanya wajah baru di Indonesia, banyak pula kebijakan baru yang muncul sebagai alternatif hukum dan kekuasaan. Namun tak semua kebijakan yang di ambil pemerintah memberikan dampak positif menghilangkan hiruk pikuk yang ada di Indonesia. Justru dengan munculnya kebijakan baru tersebut, akhirnya memunculkan banyak pertentangan di masyarakat dan banyak pihak yang merasa di rugikan dengan kebijakan tersebut.

Dan para pakar politik mengatakan banyak kebijakan yang di keluarkan pemerintah  saat ini justru terlihat seperti sebuah kepentingan politik atau keputusan sepihak untuk menjatuhkan lawan politiknya. Hiruk pikuk ini biasanya akan terjadi menjelang pergantian kepemimpinan di Indonesia, yang dimana setiap kebijakan dan tujuan pemerintah tentunya tergantung siapa yang memegang kekuasaan di nusantara ini.

Dengan berbagai moment bersejarah dalam dunia Islam yang terjadi di Indonesia kemarin. Moment yang terkenal dengan masa masa persatuan umat Islam di Indonesia tersebut telah membawa misi besar dakwah dalam memajukan kebangkitan umat Islam di Indonesia. Mata umat Islam mulai terbuka untuk membenahi kondisi Islam yang mulai di minoritaskan di tempat yang menjadi mayoritasnya.

Moment tersebut terjadi ketika para ulama menyerukan jihad untuk melawan penistaan agama yang di lakukan oleh mantan gubernur ibu kota Jakarta kemarin. Dari kejadian inilah mulai munculnya kepermukaan pertarungan antara dua sisi yang membela kepentingan dan tujuan masing - masing untuk Negara Indonesia.

Jika melihat gairah kehidupan beragama pada masyarakat Islam semakin semarak, kini mereka menyadari peranannya dalam membawa risalah Islam, sehingga mereka terpanggil untuk mengejawantahkan Islam pada dirinya. Pertarungan kekuatan dua sisi ini pun juga dirasakan di media masa maupun media sosial, banyak media yang mulai menyuarakan islam, namun tak sedikit pula media yang berpihak untuk menjatuhkan Islam.

Penceramah –pencereamah vokal dan media mulai bermunculan, lembaga – lembaga dakwah mulai bergerak maju, mulai dari TK sampai perguruan tinggi dan banyak lembaga pendidikan nonformal yang menjadi tempat pembinaan dakwah. Perkembangan ini terus bergerak beriringan dengan kesadaran masyarakatnya.

Para tokoh dan ulama berharap setiap orang yang akan maju sebagai wajah baru pemimpin Indonesia ini sama – sama memiliki tujuan untuk memajukan Negara Indonesia. Pada pilkada ini masyarakat Indonesia harus dapat melihat kebenaran pada setiap pilihan yang akan maju nanti. Misi basar dakwah harus terus berlanjut tentu dengan pemimpin yang mendukung perkembangan dakwah agar semakin maju.

Karena hancurnya suatu Negara di tandai dengan kehancuran moral pemimpin dan rakyatnya. Maka jangan sampai Negara ini mendapatkan pemimpin zholim  dan mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Agar misi besar dakwah untuk membenahi Negara ini dapat terlaksanakan dengan semesrinya. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version