Sahabat VOA-Islam...
Indonesia hebat ya...! Di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini kita mendengar berita yang mengejutkan.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) Zulkifli Hasan mengungkapakan, saat ini sudah ada 5 dari 10 fraksi anggota DPR RI yang menyetujui LGBT berkembang di Indonesia (www.republika.co.id).
Masih dari ketua MPR RI zulkifli Hasan, saat mengungkapkan perkembangan pembahasan RUU Miras di DPR. Beliau juga mengatakan bahwa saat ini sudah ada 8 partai yang menyetujui minuman beralkohol dijual bebas di warung - warung (www.republika.co.id).
Heran ya. Kenapa perkara yang sudah jelas diharamkan Islam bisa mendapat dukungan dari dari wakil rakyat? Padahal kebanyakan dari mereka adalah muslim. Dan mereka juga mewakili rakyat yang mayoritas muslim.
Gak usah heran, meskipun negeri ini mayoritas rakyatnya muslim tetapi sistem hidup yang digunakan bukan sistem Islam. Maka nilai benar dan salah dinegeri ini tidak diukur dengan standar Islam. Tapi dengan standar selain Islam. Maka wajar jika LGBT dan Miras mendapatkan dukungan dinegeri ini.
Jika diibaratkan pohon. Maka pohon hanzholah tak akan mungkin berbuah utrujah. Pohon hanzholah hanya akan berbuah hanzholah. Begitu juga sistem yang buruk hanya akan melahirkan aturan yang buruk. Tak mungkin sistem yang buruk melahirkan aturan yang baik.
Hanzholah adalah buah sejenis semangka namun ukurannya lebih kecil dan daging buahnya keras. Tidak berbau harum dan rasanya pun pahit. Oleh Nabi Muhammad SAW buah ini dijadikan perumpamaan bagi orang munafik yang tidak membaca Alquran.
Sedang buah utrujah adalah buah yang baunya harum dan rasanya manis. Buah ini pernah menjadi hidangan bagi para tamu Zulaikha. Tamu yang diundang Zulaikha untuk menyaksikan ketampanan Nabi Yusuf a.s. Oleh Nabi Muhammad SAW buah ini dijadikan perumpamann bagi muslim yang gemar membaca Alquran.
LGBT dan Miras bagi umat Islam dianggap sebagai perkara yang buruk dan keji (fahsy). Tapi kenapa bisa mendapat dukungan dinegri ini? Tentu karena sistem hidup yang digunakan dinegeri ini adalah sistem hidup yang buruk.
Negeri ini menjadikan demokrasi sebagai sistem hidup. Demokrasi adalah sistem buruk yang hanya akan melahirkan aturan - aturan yang buruk. Seperti pohon hanzholah yang hanya akan menghasilkan buah hanzholah.
Salah satu keburukan demokrasi adalah dari sisi pandangannya tentang hakikat kebenaran. Dalam memandang kebenaran Demokrasi tidak mengenal kebenaran mutlak(absolut) .
Kebenaran dalam pandangan demokrasi bersifat relatif. Karena kebenaran adalah hasil dari kesepakatan. Baik kesepakatan yang didapat secara mufakat ataupun secara voting.
Begitu juga dengan keburukan. Dalam pandangan demokrasi keburukan juga tidak selamanya menjadi sebuah keburukan. Keburukan bisa dianggap baik ketika sudah menjadi kesepakatan.
Seperti pembantaian yang dilakukan oleh Amerika terhadap umat Islam diberbagai belahan dunia. Pembantaian tersebut tidak dianggap sebagai keburukan karena sudah disepakati oleh kongres. Bahkan pembantaian yang dilakukan dipuji sebagai upaya perang terhadap terorisme.
Begitu juga LGBT dan Miras. Dalam sistem demokrasi kedua hal tersebut tidak akan selamanya dianggap buruk. Yang ada hanya apakah perkara tersebut diterima atau tidak. Dan diterima atau tidaknya suatu perkara tergantung dari hasil kesepakatan. Jika masyarakat atau yang mewakilinya sepakat untuk menerima LGBT dan Miras maka keduanya tidak boleh lagi dianggap sebagai perkara yang buruk.
Dengan kata lain mau tidak mau, suka tidak suka rakyat harus menerima kehadira LGBT dan MIRAS ditengah - tengah kehidupan mereka. Itulah salah satu kerusakan demokrasi.
Sementara dalam pandangan Islam baik dan buruk itu mutlak. Hanya Allah SWT yang berhak menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Melalui syariatNya Allah SWT menjelaskan kepada manusia tentang perkara yang baik dan perkara yang buruk. Maka apa yang ditunjuk baik oleh Allah SWT maka perkara itu adalah baik. Dan apa saja yang dikatakan buruk oleh Allah SWT maka perkara itu buruk tidak peduli manusia sepakat atau tidak sepakat.
Sehingga satu - satunya jalan untuk menghilangkan keburukan - keburukan ini adalah dengan cara menganti sistem. Sistem hidup yang tadinya buruk diganti dengan sistem hidup yang baik yakni Islam.
Pertanyaannya adalah apakah kita mau menggantinya atau tidak? Atau kita masih betah dengan sistem buruk yang saat ini diterapkan? Semua kembali kepada kita. Masa depan negeri ini ditangan kita.
Dalam hal ini Allah SWT meminta ketegasan kepada kita dalam menentukan pilihan. Allah SWT berfirman yang artinya:
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (T. Q. Al - maidah :50). Wallohu a'lam. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Urip Ibnu Triman