View Full Version
Rabu, 16 May 2018

Peran Media dalam Peningkatan Opini Umum Syariah dan Khilafah

Oleh: Tri Setiawati,S.Si

            Pemberitaan seputar syariah dan khilafah hingga wacana  pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia  (HTI) menjadi fenomenal di berbagai media. Dalam media marketing, HTI sebagai pengusung ide syariah dan khilafah mendapat iklan gratis. Terlepas dari pro dan kontra, pembahasan dan semakin massifnya pemberitaan media menempatkan posisi  HTI pada panggung headline news mereka. Media sosialpun tak kalah riuh memberitakan seputar HTI, syariah dan khilafah. Bahkan taggar #KamiBersamaHTI  menempati puncak trending topic selama beberapa hari ini.

            Opini umum biasa digunakan untuk menyebut sesuatu yang menjadi pembicaraan khalayak atau sesuatu yang diinginkan dalam kehidupan mereka. Secara alami opini umum akan senantiasa muncul dan bisa terlihat dalam setiap aspek dan aktivitas manusia. Opini umum, jika sudah masuk ke dalam ranah politik, akan menjadi alat propaganda yang sangat penting untuk merealisasi berbagai tujuan yang diinginkan. Inilah yang menjadikan perang opini sebagai suatu keniscayaan. Siapa yang mampu menguasai serta mengendalikan opini, dia telah memenangkan separuh peperangan.

            Pada saat ini secara umum ada tiga kepentingan besar yang berebut pengaruh opini untuk merealisasi berbagai tujuan yang mereka inginkan, yaitu: kepentingan Kapitalisme, kepentingan Sosialisme dan kepentingan Islam. Misal, Kapitalisme sebagai idiologi yang berkuasa saat ini tentu ingin mempengaruhi publik dalam rangka mempertahankan stabilitas, mengatasi kegelisahan publik, menguji kebijakan atau untuk menangani isu-isu kontroversial. Dia tidak henti-hentinya memanipulasi opini publik domestik maupun internasional agar menentang Islam dengan kemasan terorisme.

Mereka berusaha meyakinkan umat, bahwa politik dan agama tidak bisa disatukan, bahwa politik berkaitan dengan realitas kekinian, bahwa tidak ada kemungkinan untuk mengubah situasi yang ada sekarang selain mengikuti arus global yang direkayasa oleh negara-negara kapitalis Barat. Demikian juga sosialisme,yang akan memainkan opini untuk merealisasi kepentingannya dan menjatuhkan kepentingan lainnya (Islam dan Kapitalisme).

            Dengan demikian opini umum menjadi senjata yang cukup ampuh dalam mempropagandakan ideologi, termasuk ideologi Islam. Karenanya, dalam dakwah, menciptakan opini umum merupakan aktivitas yang urgen untuk melawan konspirasi  negara-negara kolonialis dan antek-anteknya. Pemanfaatan opini publik sendiri dalam dakwah harus senantiasa didasarkan pada Islam.

            Di samping harus didasarkan pada Islam, opini umum juga harus dibangun berdasarkan kesadaran umum (wa’y al-‘am). Penggabungan atau sinergi opini umum (ra’y al-‘am) dengan kesadaran umum (wa’y al –‘am) ini akan membentuk kekuatan yang real. Di tengah-tengah umat harus diopinikan tentang Islam yang rahmatan lil ‘alamin, bagaimana syariah Islam menjaga dan melindungi hak-hak mereka, bagaimana Islam mengatur ekonomi , politik serta mampu memecahkan probematika kehidupan manusia, diungkap  pula bobroknya sistem selain Islam. Di sisi lain umat juga disadarkan tentang kewajiban terikat dengan hukum Allah dan kewajiban mengamalkan Islam secara kaffah. Secara alami opini umum dan kesadaran umum tentang Islam akan terbentuk. Inilah sesungguhnya di antara aktivitas dakwah yang sangat penting.

            Media massa (wasa’il al-I’lam) bagi negara Khilafah dan kepentingan dakwah Islam mempunyai fungsi  stategis yaitu melayani idiologi Islam (khidmat al-mabda’ al islami) baik didalam maupun di luar negeri (Sya’rawi, 1992: 140). Di daalam negeri, media massa berfungsi untuk membangun masyarakat Islami yang kokoh. Di luar negeri, ia berfungsi untuk menyebarkan Islam, baik dalam suasana perang maupun damai, untuk menunjukkan keagungan idiologi Islam sekaligus membongkar kebobrokan idiologi kufur buatan manusia. (Masyru’ Dustur Dawlah al-Khilafah, pasal 103).

            Politik media dalam Islam akan sejalan dengan dakwah Islam, kemajuan teknologi akan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya tujuan dakwah. Inilah ciri khas idiologi Islam yang tidak akan membiarkan kekuatan ekonomi korporasi memanfaatkan teknologi demi semata mengeksploitasi pasar namun mengabaikan terwujudnya masyarakat yang sehat serta generasi muda yang berkepribadian kuat dan berintegritas.

            Politik media dalam Islam akan mengadopsi strategi informasi yang spesifik untuk memaparkan Islam dengan pemaparan yang kuat dan membekas akan mampu menggerakkan akal manusia agar mengarahkan pandangannya pada Islam serta mempelajari dan memikirkan muatan-muatan Islam. Wallohu a’alam bi ash-shawab.


latestnews

View Full Version