Oleh: Rika Mudrikah Lestari (Pengajar Madrasah Ibtidaiyah)
Indonesia dikenal sebagai Negara paling moderat yang dipuja-puji negara lain. Menteri Luar Negeri Amerika serikat, Hillary Clinton, ketika kunjungannya pada 2010 lalu, melontarkan pujian kepada Indonesia karena berhasil menerapkan sistem demokrasi ditengah mayoritas masyarakat muslim.Pujian itu seakan menimbulkan aroma tak sedap yang patut diwaspadai. Mungkinkah Amerika begitu saja melontarkan pujian tanpa maksud?
Tentu ada tujuan terselubung dibaliknya. Setidaknya mereka menginginkan Indonesia tetap eksis mengusung ideologi sekulerisme, memisahkan agama dari panggung perpolitikan. Alhasil, Amerika tampil bak parasit yangmenumpang menguasai Indonesia melalui tangan-tangan boneka negeri ini.
Siapakah para boneka itu? Tentulah mereka yang mudah diiming-imingi harta dan kekuasaan. Para pemimpin bebek, media bebek dan politikus bebek menganggap semua penghuninya adalah sekawanan bebek, mudah diperalat juga ditipu daya dengan isu-isu murahan yang mereka buat sendiri. Mudah bagi pemimpin boneka untuk memutarbalikkan fakta.Melalui polesan mediamereka terlihat baik dan suci, kemudian rakyat terhipnotis dengan setiap aksi yang mereka lakukan.
Penguasa boneka mempengaruhi setiap orang dengan ide-ide cacat yang akan menjauhkan mereka dari nilai keislaman. Pemimpin boneka mengimpor ide dari negara tetangga seperti AS, Korea Selatan, Jepang dengan dalih Negara Moderat akan lebih maju dibandingkan dengan negara islam (Khilafah).
Mereka mulai mencekoki masyarakat agar setuju dengan apa yang dilontarkan. Seakan peduli pada Hak Asasi Manusia terutama wanita, padahal mereka selipkan paham tentang penyetaraan hak dan keadilan antara wanita dan laki-laki, juga tentang kebebasan berpakaian tanpa aturan agama.
Akhirnya, muncul idefeminisme dengan berbagai orasi yang menuntut penyetaraan gender. Posisi wanitaharus setara dengan lelaki, adapun pelecehan seksual bukan salah kaum wanita, melainkan murni diakibatkan oleh ketidakpandaian lelaki dalam mengendalikan hawa nafsunya.
Timbulberbagai pandangan dari kelompok moderat dan liberal. Kelompok moderatmenerima ide feminisme selama masih dalam koridor agama, Islam dianggap hadir untuk mengatasi ketidakadilan gender. Sedangkan kelompok liberal justru menerima secara umum ide feminisme, utamanya ide kesetaraan laki-laki dan perempuan dari berbagai segi. Ide kesetaraan gender dianggap tidak bertentangan dengan ajaran islam. Pemahaman-pemahaman bebas tanpa batas inilah yang digiring Barat untuk melanggengkan eksistensi mereka.
Buktinya, ide-ide negara lain mewabah di Indonesia. Artinya aktivitas impor ide sudah terlaksana dengan apik. Bahkan penguasa parasit tak hanya mengimpor ide, mereka juga mengimpor budaya tanpa filter.Misalnya saja demam k-pop, anak-anak jaman now lebih paham budaya korea daripada ajaran agama sendiri. Nilai-nilai keislaman sudah tak lagi menarik. Pakaian tertutup dengan jilbab dianggap kampungan sedangkan pakaian telanjang dianggap paling gaul. Kemanaperginya moral bangsa yang ‘katanya’ paling arif?
Indonesia menjadi mitra AS dalam aktivitas waronterorrismsaat ini. Disebut sebagai waronterorrism, dilatarbelakangioleh keberhasilan Indonesia memberantas ideologi PKI pada tahun 1990-an lalu. Mereka berpikir bahwa lawan ideologi seimbang dalam kancah politik internasional sudah tak ada lagi. Padahal lawan sebenarnya bangsa barat adalah islam. Islam sesungguhnya merupakan kekuatan ideologi yang terus mengancam barat (Richard Nixon dalam bukunya Seize The Moment).
Oleh karena itu, dunia Barat menyatakan perang terhadap terorisme dan menjadikan islam sebagai musuh atas segala kehancurannya sendiri. Kebodohan yang mereka lakukan semata agar ideologi islam tak lagi terbangun, sehingga Negara Adidaya itu tetap eksis mendominasi dunia.
Virus pemahaman barat sudah sangat menjamur di Indonesia, bahkan hingga saat ini istilah “teroris” selalu disematkan kepada orang islam Fitnah dan tuduhan keji itulah yang mengakibatkan citra islam tercoreng oleh isu-isu murahan. Mulai dari cadar, jilbab besar, berjanggut hingga ajaran Rasulullah dianggap radikal dan biang teroris. Inilah wajah Negara moderat yang berhasil mempengaruhi masyarakat seisi bumi dengan logika cacatnya.
Belakangan publik dihebohkan dengan peristiwa konyol dari salah satu Universitas yang notabene mengajarkan studi islam. Larangan mengenakan cadar bagi mahasiswinya menjadi sangat viral di media sosial. Larangan ini disebutkan “untuk mencegah radikalisme dan fundamentalisme” tentu mengundang pendapat pro dan kontra dari kalangan warganet.Rektor UIN Sunan kalijaga, Yudian Wahyudi, mengatakan bahwa peningkatan jumlah mahasiswi bercadar menunjukanmunculnya gejala radikalisme.
Seharusnya sebagai lembaga keislaman, mereka turut menenangkan pandangan masyarakat mengenai wanita bercadar, bukan malah menghakimi tanpa dalih. Sederetan fakta agaknya dipandang remeh oleh penguasa boneka. Padahal publik telah cerdas menilai ketaatan wanita yang mengenakan cadar, jauh lebih elegan ketimbang sikap arogan para pembakar masjid.
Negara Moderat, tentu menginginkan islam yang moderat. Islam moderat hanya sebagai alat yang digunakan penguasa Barat untuk melemahkan ajaran Islam. Melalui kekuasaan pemimpin boneka, mereka dengan mudah melakukan perintah para pemimpin parasit.
Itulah yang terjadi pada Pemimpin Boneka yang terhipnotis dengan usungan ideologi cacat ala Barat. Menurutnya,kemodernan akan memajukan suatu Negara dan menganggap bahwa ajaran Islam Murni adalah ajaran kuno serta konsepnya tak layak diterapkan dalam pemerintahan. Mereka pandir memploklamirkan kemodernan dengan paham-paham cacat yang dengan apik dibalut dalam suatu kebijakan.
Contohnya kebijakan mengusulkan Hak dan kebebasan berekspresi, dalihnya untuk mensejahtrakan kehidupanrakyat. Alhasil, para pemimpin boneka mulai mengimpor ide cacat itu dan menerapkannya di Negara yang ia pimpin. Kebebasan itulah yang akhirnya membuat rakyat bebas melakukan segala tindakan, termasuk merusak dirinya seperti mengonsumsi narkoba, seks bebas dan menendang aturan-aturan agama.
Negara moderat, sedikit besarnya telah menjauhkan manusia dari nilaikeagamaan juga merusak keimanan yang selama ini tertanamkan. Dalam waktu sekejap, orang-orang islam yang mengaku dirinya modern bisa berbelok haluan dalam berkiblat. Kini, negeri Barat menjadi kiblat masyarakat islam modern.
Mereka menganggap berpakaian tanpa jilbab tak masalah asalkan sopan, bercampur baur dengan bukan mahromnya tak masalah, pacaran menjadi hal yang biasa, menyukai dan bisa menyanyikan lagu-lagu Barat adalah kebanggan dan dianggap keren.
Sedangkan berpakaian sesuai syariat islam, menghadiri majelis-majelis ilmu, mengikuti kegiatan keislaman lainnya dianggap kampungan dan tidak keren. Ironisnya, yang beranggapan seperti itu adalah dari kalangan islam sendiri. Dari siniah muncul kalangan munafik yang sejatinya pro Barat tapi enggan dianggap penghianat agama. Munafik gaya baru.
Belum hilang dari ingatan kita mengenai kejadian beberapa tahun silam, ketika seorang gubernur terbukti menistakan salah satu ayat dalam AlQur’an. Terlihat dengan jelas antara yang pro dan yang kontra. Tak sedikit yang pro dengan tindakan gubernur itu, padahal yang dinistakan ialah kitab suci umat islam. Semakin nampak jelas saja lemahnya keimanan orang islam di Negara Moderat ini. Perlahan mereka termakan ideologi sekurelisme Barat, mulai meninggalkan syariat yang dianggap terlalu mengekang dan tak sesuai dengan logika.
Selamat datang di Negara moderat, Negara yang pro Barat. Negara yang menginginkan kebebasan dan anti ajaran islam. Islam sekarang menjadi ancaman bagi mereka. Mereka adu domba umat, agar tak ada celah bangkit bagi ideologi islam, segalaupaya mereka lakukan demi menghancurkanislam.
Negara moderat tak akan peduli dengan Hak Asasi Pencipta, karena mereka lebih senang menciptakan hak-haknya sendiri. Melahirkan paham sekulerisme, sangat anti dengan ajaran islam, anti terhadap sunnah Nabi dan segala konsep keislaman lainnya. Padahal agama merupakan landasan utama dalam bernegara. Sedangkan tanpa agama,moral bangsa ini bobrok. Tak ada aturan yang mengikatsehingga mereka dengan liar menghalalkan segala hal yang diharamkan.
Terlalu banyak fakta yang menunjukan kebobrokan moral bangsa. Hanya syariat islam satu-satunya solusi dari kehancuran sebuah bangsa. Cukup dengan sistem pemerintahan islam (khilafah),seisi bumi akan makmur. Islam adalah agama yang Rahmatan lil’alamiin, eksistensinya tak akan pernah pupus. [syahid/voa-islam.com]