Oleh: Pahriati, S.Si*
Bagi sebagian orang, keputusan sidang PTUN 7 Mei 2018 kemarin adalah kekalahan bagi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ditambah framing media yang menyesatkan. Mereka berpikir HTI sudah KO, resmi dibubarkan, menjadi partai terlarang, dan opini negatif lainnya.
Bagi yang berpikiran dangkal, melihat kasus hanya dari permukaan, wajar bisa terbawa opini sesat tersebut. Tapi bagi yang mau berpikir lebih mendalam, mereka akan mendapatkan fakta yang berkebalikan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Juru Bicara HTI dan Kuasa Hukumnya, semua gugatan HTI memang telah ditolak oleh Hakim PTUN. Artinya pencabutan BHP HTI oleh Kemenkumham dianggap sah secara hukum. Namun bukan berarti HTI menjadi organisasi terlarang. Proses hukum masih berjalan.
HTI menolak putusan Hakim PTUN, karena putusan tersebut berarti telah mengesahkan kezaliman yang dibuat pemerintah. Untuk itu HTI akan melakukan banding, bahkan mungkin dilanjutkan dengan kasasi dan peninjauan kembali. Selama belum ada keputusan yang inkracht (berkekuatan hukum tetap), HTI tetap memiliki legal standing mengajukan gugatan.
Lantas, benarkah HTI telah kalah? Sesungguhnya, tak ada kata kalah dalam perjuangan, selama segala daya upaya telah dioptimalkan. Mengajukan gugatan di PTUN adalah bagian ikhtiar dalam memperjuangkan kebenaran. HTI ingin menunjukkan bahwa keputusan pemerintah mencabut BHP HTI merupakan keputusan yang zalim.
Sebenarnya, selama 15 kali persidangan, bukti dan saksi yang dihadirkan lebih menguatkan pihak penggugat (HTI). Akan tetapi, seperti yang dikatakan Prof. Yusril (Kuasa Hukum HTI) memang tak mudah bagi hakim memutuskan secara objektif. Karena hal ini berkaitan dengan marwah pemerintah. Namun ini juga menjadi blunder bagi mereka, karena justru makin menunjukkan wajah asli kezalimannya.
Meski terlihat kalah, sebenarnya HTI meraih beberapa kemenangan yang tersembunyi. Pertama, melalui persidangan tersebut, HTI bisa berdakwah kepada hakim, jaksa, polisi, dan berbagai pihak lain. Sejak heboh pencabutan BHPnya, masyarakat pun semakin penasaran apa itu HTI? Apa itu Khilafah? Dst. Maka terjadilah berbagai diskusi di dunia nyata maupun dunia maya. Asal usul, kegiatan, bahkan isi kitabnya menjadi sorotan.
Terlepas pro kontra di dalamnya, nama HTI beserta dakwah Islam kaffah dan ide khilafah yang konsisten diembannya, telah terdengar ke seluruh nusantara. Merasuk dalam pikiran masyarakat. Bagi yang berpikiran jernih, cahaya kebenaran akan menerangi hatinya. Tapi cahaya itu takkan mampu menerangi hati yang tertutup gelapnya kebencian.
Lewat persidangan kemarin, HTI juga mampu memperlihatkan bahwa mereka didukung berbagai kompenen umat. Para advokat, ulama, intelektual, pengusaha dan kalangan lainnya, memberi dukungan tanpa pamrih. Mereka berjuang tanpa mengenal lelah. Dukungan itu didapatkan, karena HTI memang layak dibela. Apa yang diperjuangkannya adalah sebuah kebenaran. Baik fikrah (ide) maupun thariqah (metode), tak ada yang menyimpang dari ajaran Islam.
HTI juga bisa membuktikan bagaimana akhlak seorang pejuang Islam. Meski sedih dan kecewa dengan keputusan sidang, anggota dan simpatisan HTI yang hadir tetap melakukan sujud syukur. Momen yang begitu mengharukan. Bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Bersabar dengan setiap ujian. Apapun hasilnya, itu adalah jalan terbaik yang Allah berikan. Mereka juga menunjukkan sikap ksatria. Tak ada kericuhan, tak ada sampah dan kerusakan yang ditinggalkan. Semua bubar dengan tertib dan tenang.
Keadaan itu memperlihatkan hal yang begitu kontras dari apa yang dituduhkan kepada orang-orang HTI. Cap radikal, ekstrimis, garis keras, bahkan teroris yang kejam tak pernah terbukti. Begitu pula selama lebih 20 tahun HTI hadir di Indonesia, HTI tak pernah berbuat anarkis. Dakwahnya semata melalui pemikiran tanpa kekerasan.
Kemenangan lainnya, tanggal 6 dan 7 Mei lalu, opini HTI mampu mengguncang dunia maya. Hashtag #KhilafahAjaranIslam #HTILanjutkanPerjuangan #HTILayakMenang #7MeiHTIMenang #IslamSelamatkanNegeri mampu bertengger jadi trending topic teratas di waktu bersamaan. Apalagi itu dilakukan oleh akun organik, bukan robot, bukan jaringan bayaran. Menurut beberapa ahli IT, ini adalah sejarah baru dalam pertarungan di dunia maya.
Maka wajar kemudian banyak yang bertanya-tanya, berapa dana yang dikeluarkan HTI? Darimana sumber dananya? Berapa banyak anggotanya? Bagaimana mengenalinya? Dst. Jika ingin mengetahui lebih jauh, tanyakanlah kepada anggota HTI. Mereka ada di tengah masyarakat dan terbuka untuk berdiskusi. Lakukan tabayyun agar tak terbawa hoaks alias berita sesat yang ditebarkan para pendengki.
Inilah beberapa kemenangan tersembunyi yang diraih HTI. Maka untuk para pejuang Islam, tak perlu sedih, apalagi berputus asa lalu menyerah. Bertahanlah! Jalan dakwah memang tak mudah. Sebagaimana jalan yang dilalui Rasulullah. Namun yakinlah dengan pertolongan Allah. Lanjutkan perjuangan dakwah. Kemenangan tinggal selangkah. [syahid/voa-islam.com]