Oleh: Yuyun Suminah, Am.d
Setiap orang pasti punya kenangan indah bersama orang yang dicintainya. Kenangan bersama orang tua, anak, isteri, suami, teman, guru, dll. Saat orang yang kita cintai itu pergi menghadapNya untuk selamanya, pasti sangat berbekas kenangan itu bersamanya.
Begitu pun dengan diriku. Kenangan akan Ustadz Harie Moekti masih terngiang di ingatanku.
Waktu itu tanggal 13 September 2013, menginjak tahun ke dua usia pernikahan kami. Suami diminta oleh atasannya untuk mengundang Ustadz Hari Moekti mengisi kajian di acara walimatus shafar orangtuanya yang akan menunaikan ibadah haji.
Atasan suami tahu kalau suami kenal dan pernah mengundang beliau (Ust. Hari Moekti). Mungkin pikirnya akan lebih mudah untuk mengundangnya. Ustadz mau datang tapi dengan syarat jama'ah laki-laki harus terpisah dengan jama'ah perempuan.
Dengan bantuan beberapa orang yang saling berkoordinasi, proses itu akhirnya Allah permudah. Ustadz bisa memenuhi undangan tersebut.
Hari H yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dengan sepeda motor kami menuju ke tempat lokasi.
Dalam hati di sepanjang perjalanan, "Ya Allah, akhirnya bisa ketemu juga sama dai mantan rocker yang sudah hijrah."
Selama ini saya hanya tahu sosok beliau lewat TV atau jarak jauh saja kalau ada kajian tablig akbar.
------
Selesai kajian saya berada dekat dengan beliau tepat berdiri di samping suami. Suami berdiri berhadapan dengan beliau.
Beliau sempat bertanya, "Ini istri? Sudah punya anak?"
"Belum ustad. Mohon doanya. Istri baru keguguran."
"Sabar ya, Allah pasti ganti. Sudah berapa lama nikah?"
"Satu tahunan."
"Alah, baru segitu pacaran dulu aja," jawab beliau dengan gaya khasnya sambil menepuk-nepuk pundak suami.
Saya yang berada di samping suami hanya menyimak dan tersenyum malu.
Beliau pun mengangkat kedua tangannya dan mengadahkan tangannya lalu mendoakan kami.
Waktu itu hatiku trenyuh, tak terasa butiran air mata menetes. Obrolan yang singkat dan berkesan tepat di samping mobil yang membawanya ke tempat ini. Setelahnya, beliau pun harus segera meninggalkan tempat untuk mengisi kajian tablig akbar di daerah lain.
-----
Satu bulan berikutnya Allah izinkan saya merasakan hamil lagi. Alhamdulilah puji syukur tiada henti-hentinya kuucapkan. Salah satu dari sekian doa ada doa beliau di dalamnya. Ingin rasanya saya menyampaikan kabar gembira ini kepada beliau. Penantian akan hadirnya buah hati Allah kabulkan.
Terima kasih, Ustadz.
Doa ustadz Allah kabulkan, saya pun akhirnya bisa menjadi seorang ibu. Kini tepat di usia anak kami empat tahun, Ustadz pergi untuk selamanya. Kami mencintaimu tapi Allah lebih mencintaimu.
Allaahummaghfirlahu waj'al jannata matswahu. Aamiin. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google