Media sosial kembali dihebohkan dengan keputusan pemerintah memblokir sebuah aplikasi yang cukup digemari para netizen di dunia maya khususnya remaja. Bagaimana tidak aplikasi yang kian hari kian diminati ini ternyata cukup memberikan efek negatif terhadap penggunanya.
Terbukti dengan fenomena viralnya Bowo seorang remaja yang masih duduk di bangku SMP ternyata mampu menyorot ratusan ribu orang hanya karena video tik tok yang diunggahnya di dunia maya. Akun yang dibuat dengan nama Bowo Alpenliebe ternyata pengikutnya sudah mencapai tujuh ratusan ribu orang.
Bermodal ketenaran di Tik Tok, remaja ini bahkan sempat menggelar beberapa acara meet and greet. Dan tak kalah dari artis top ibu kota, Bowo pun memasang tarif cukup mahal untuk dijangkau fansnya yang rata-rata berusia belasan tahun. Terkait meet and greet ini, ada seorang fans yang ngaku rela menjual ginjal demi bertemu sang idola.
Ada juga yang rela mencuri uang orang tuanya yang tadinya mau digunakan untuk membayar kontrakan. Bukan itu saja bahkan lebih miris lagi ada juga dengan tanpa merasa berdosa berani menyatakan mau buat agama baru khusus pengikut Bowo.
Inilah bentuk kebebasan dan sekuler yang telah menyuburkan lahirnya generasi Alay yangg kehilangan identitas diri dan terjerumus kepada “fanatik buta” dlm profil “figur”.
Penggunaan media tanpa batas dan lemahnya kontrol penguasa dalam menjaga “remaja” dari kerusakan pemikiran dan pergaulan menjadi faktor yang berperan sangat penting dalam mencetak generasi. Sangat disayangkan tindakan pemblokiran terjadi justru setelah banyaknya warga yang cukup terganggu dengan konten aplikasinya.
Padahal jika pemerintah bersungguh sungguh untuk mencerdaskan generasi, dari awal pun harusnya pemerintah sudah menyaring semua konten media yang berbau negatif dan hal yang tidak layak digunakan.
Akhirnya masyarakat umum akan menilai bahwa standar yang digunakan pemerintah sebenarnya seperti apa. Karena masih banyak konten di media yang ternyata lebih menimbulkan efek negatif terhadap generasi. Pornografi dan pornoaksi masih saja bisa dinikmati tanpa batas.
Game atau permainan yang bermuat tidak layak masih saja mudah diakses oleh anak anak. Sehingga wajar generasi semakin hari semakin menunjukkan kebobrokan moral yang memprihatinkan.
Sistem negara sangat menentukan arah kemajuan peradaban suatu bangsa. Jika tidak ada nilai yang bisa dijadikan sebagai rujukan dalam menyelesaikan problematika masyarakat tentu kehancuran yang akan terjadi.
Kebebasan yang dilindungi yang sudah dibakukan negara wajar saja tidak memberikan solusi yang jelas dan tegas. Nilai yang dijadikan rujukan itu seharusnya datang dari sang pencipta yang tentu lebih tahu dibanding ciptaannya.
Seperangkat aturan yang sudah jelas pasti akan membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi manusia. Sistem yang bukan lahir dari akal manusia melainkan langsung dari sang pencipta yang terbukti 13 abad lebih berhasil diterapkan di dunia. Dialah sistem khilafah Islamiyah. [syahid/voa-islam.com]