Oleh: Amaleea
Kabar paling “menggalaukan” bagi ibu-ibu setelah berakhirnya Ramadhan adalah bahwasanya Pertamina akan meluncurkan gas melon dalam rasa lain.
Pertamina telah meluncurkan gas melon nonsubsidi, artinya Pertamina akan menjual gas melon versi mahalnya, tidak tanggung-tanggung gas elpiji tersebut dibandrol diatas 40.000 pertabung.
Seperti biasa, alasannya adalah bahwa ini untuk mengakomodir kebutuhan kalangan mampu, karena mereka memerlukan ukuran tabungan kecil dan tidak terlalu risau dengan harganya.
Seperti dilansir dalam okezone pada tanggal 22 juni 2018. Bahwa plt Direktur utama PT.Pertamina (persero) Nicke Widyawati mengatakan, elpiji ini nantinya akan dijual bebas kepada masyarakat.
Artinya baik masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) maupun yang mampu bisa membelinya. Nicke menambahkan, alasan menjual tabung gas 3 kg nonsubsidi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang mampu. Khususnya bagi mereka yang tinggal di apartemen dan terbiasa dengan hidup praktis.
Selain itu masih menurut Nicke, meskipun menjual elpiji 3 kg nonsubsidi, namun perseroannya sama sekali tidak akan mengurangi kuota tabung gas subsidi. Hal tersebut sama dengan yang dilakukan Pertamina saat menjual tabung gas 12 kg non subsidi saat itu. “enggak akan berkurang (kuota elpiji subsidi). Kayak kita jual elpiji yang 12 kg aja, sama aja,” ungkapnya.
Jika kita lihat sekilas dari apa yang disampaikan plt direktur Pertamina tersebut atas, rasanya peluncuran melon model baru tersebut tidak akan berpengaruh apapun pada kehidupan ekonomi masyarakat. Dengan mantap beliau mengatakan bahwa ini untuk kalangan mampu, melon subsidi akan tetap kuotanya tidak akan berkurang dan semua kalangan bebas untuk membelinya.
Namun apakah semua yang beliau janjikan akan terwujud? Wallahualam, karena jika kita telaah hal tersebut justru semakin menunjukkan bahwa sistem kapitalis sudah menunjukkan wajah aslinya, dimana kesenjangan ekonomi sangat nampak jelas kalangan miskin dan kaya sudah terlihat bedanya dengan adanya segmentasi pasar, padahal bukankah dalam islam energi adalah barang yang siapapun boleh menggunakannya tanpa ada batasan kaya dan miskin, karena energi diperlukan semua orang.
Lalu, siapa yang akan menjamin kuota gas melon subsidi akan tetap ketersediaannya? Sebagai contoh premium, saat ini ketersediaanya sangat langka bahkan tidak ada, padahal pada saat peluncuran pertalite, pemerintahpun menjamin akan terus menjaga ketersediaannya, buktinya?
Kekhawatiran akan ditariknya secara perlahan gas melon subsidi pun menjadi hal lain dari peluncuran gas melon nonsubsidi ini.
Semoga saja kearifan Islam dalam mengelola perekonomian termasuk pengaturan ketersediaan kebutuhan masyarakatsegera terwujud sehingga masalah-masalah seperti ini tidak terus-menerus menambah beban tiap keluarga. [syahid/voa-islam.com]