View Full Version
Senin, 23 Jul 2018

Teka-Teki Radikalisme

TEKA-TEKI RADIKALISME

Oleh: Meivita Yusmala Dewi, S. Farm., Apt.

(Mahasiswa Program Magister Ilmu Farmasi Unair Surabaya)

Radikalisme, sebuah istilah yang dikonotasikan negatif, dianggap mengancam, serta membahayakan. Dalam kurun waktu yang lama, sejak dahulu hingga saat ini, makna radikalisme tak kunjung menemui titik terang.

Ibarat teka-teki yang bersifat misteri, masyarakat masih dibingungkan apa sebenarnya makna radikalisme dan siapa yang menganut paham tersebut.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamli membuka daftar perguruan tinggi yang terpapar paham radikalisme. Jumlahnya mencapai 7 perguruan tinggi negeri (PTN) yang berlokasi di Pulau Jawa. Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan, radikalisme tidak hanya tersebar melalui perguruan tinggi.

Namun, juga lewat media sosial. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut, kejadian di Universitas Riau yaitu penangkapan terduga teroris telah mencoreng eksistensi kampus. Dia pun meminta para rektor memastikan kampusnya tidak menjadi ruang persemaian radikalisme dan terorisme. (Liputan6.com, 05/06).

Isu teroris dikaitkan dengan radikalisme dan dituduhkan pada kampus sebagai tempat penyebarannya. Isu ini memancing banyak tokoh untuk berkomentar, baik tokoh di jajaran pemerintahan ataupun intelektual di kampus. Sungguh ironi, kampus yang merupakan wadah pencetak ilmuwan malah dicurigai dan dituduh sebagai sarang radikalisme.

Jika radikalisme ditujukan pada aktivitas menyeru Islam, maka hal ini tentu kekeliruan yang amat besar. Bagaimana mungkin, agama yang membawa rahmat bagi dunia dianggap sebagai ancaman? Bagaimana bisa, sebuah ajaran yang bersumber dari Pencipta dunia dan sesisinya dianggap keras dan diskriminatif? Justru Islam datang menunjukkan cahaya kebenaran yang akan menyelamatkan manusia dan peradaban.

Seyogyanya, radikalisme ini disematkan pada mereka yang menginginkan disintegrasi wilayah dari Indonesia seperti Organisasi Papua Merdeka dan Kelompok Bersenjata Papua. Mereka menggunakan cara keras dan serangan fisik untuk mewujudkan tujuannya. Sayangnya, mereka disebut sebagai kelompok bersenjata, bukan penganut radikalisme ataupun teroris. Aneh dan lebih membingunkan.

Sebagai seorang insan yang Allah karuniakan akal untuk melakukan proses berpikir, maka pastilah akan dapat dibedakan kebenaran dan kesalahan. Fakta yang terjadi menunjukkan ada upaya memojokkan Islam, menjadikan Islam kambing hitam yang meresahkan masyarakat, sehingga tersebar Islamofobia dalam diri masyarakat. Maka, lakukanlah penilaian terhadap peristiwa secara objektif, tidak terpengaruh arus opini yang sedang dibentuk pihak manapun.

Sadarilah saat ada upaya memfitnah Islam, maka masyarakat akan semakin penasaran dan ingin mengenal Islam lebih dalam. Jadi, teka-teki radikalisme belum terpecahkan namun kondisi semakin nyata bahwa hal itu ditujukan pada Islam.

Bila hal ini terus berlanjut, jadilah serangan pada Islam terus menerus ini menjadi tamparan yang menjadikan umat Islam yang tertidur akhirnya terbangun, bersatu dan mengaum. Saat itu terjadi, siapa yang akan mengalami kerugian dan kehinaan? Wa maakaru wa makarallah. Wallahu khoirul maakiriin. (TQS. Ali Imran: 54). Wallahu a’lam bi ash-shawab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version