View Full Version
Senin, 24 Sep 2018

Kepemimpinan Syar'i yang Dinanti

Oleh: Novita Tristyaningsih

Belakangan ini telah di adakan 2 kali ijtima' ulama oleh GNPF, yakni ijtima' yang pertama menghasilkan 2 kandidat cawapres dan tidak ada satu di antara kandidat yang menjadi cawapres sedangkan ijtima' yang kedua menghasilkan bahwa pasangan calon Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menjadi rekomendasi untuk di pilih dengan menyepakati 17 poin integritas ijtima' ulama yang harus di tunaikan setelah menduduki jabatan.

Kenyataannya, saat ini kesadaran umat islam pada agamanya semakin meningkat, hal itu dapat di lihat dari keinginan umat akan sosok pemimpin yang amanah dan sesuai kriteria islam menjadi pilihan. Di samping itu, umat juga sudah bosan dengan keadaan sekarang, kehidupan kian sempit dan kerap menyulitkan rakyat. Faktanya, sistem kapitalisme telah gagal mensejahterakan rakyat, khususnya rakyat kecil. Sistem ini hanya memihak kepada segelintir kelompok yang memperkaya diri sendiri.

Dalam masalah kepemimpinan, di dalam islam tidak hanya cenderung kepada pemimpinnya saja yang harus syar'i. Tetapi, ada 2 hal yang harus di penuhi, yaitu pemimpinnya harus syar'i sesuai syarat-syarat pemimpin di dalam islam, dan juga sistem pemerintahannya harus syar'i.

Berbicara tentang sistem pemerintahan yang syar'i, berabad yang lampau, Rasulullah pernah mencontohkan bagaimana sistem pemerintahan yang syar'i. Yaitu yang menerapkan aturan-aturan islam dalam kehidupan bernegara. Kedaulatan terletak pada syara'.

Hanya Allah yang berhak membuat hukum, bukan manusia. Seorang pemimpin mengadopsi hukum sesuai Al-qur'an dan sunnah kemudian berijtihad jika tidak di temui di dalamnya, serta diterapkan agar tercipta Rahmat bagi seluruh alam. “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

Tidak bisa di pungkiri, dahulu Rasulullah melakukan praktik kenegaraan serta mengurusi urusan umat, setelah beliau wafat, di gantikan oleh para khalifah, yakni khalifah abu bakar, khalifah umar, khalifah utsman, dan khalifah ali. Sejarah terukir Indah oleh tinta emas peradaban islam. Dan insyaallah sejarah itu akan terulang kembali seperti yang di kabarkan Rasulullah.

“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa.

Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).

Mari kita perjuangkan kabar gembira dari Rasulullah dengan memahamkan umat agar tidak hanya cenderung kepada pemimpin yang syar'i saja, tetapi sistem pemerintahannya juga harus sesuai dengan yang di contohkan Rasulullah Muhammad Saw. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version