View Full Version
Rabu, 03 Oct 2018

Spirit Muharram

Oleh: Eny widayah (Pengajar SDN Turi) 
 
Muharram merupakan bulan suci. Karena di bulan Muharram ini menyimpan sebuah kenangan bersejarah bagi kaum muslim.
 
Pada tahun 622M silam, Nabi Muhammad saw bertolak dari Mekkah ke Madinah sebagai upaya penyelamatan dari serangan  musuh, intimidasi dan kekerasan kaum kafir Quraisy.
 
Kemudian peristiwa tersebut diabadikan dengan istilah "hijrah", Sekaligus sebagai penanda penanggalan baru dalam islam yang disebut Hijriyah.
 
Hijrah, secara historis merupakan titik tolak kebangkitan Islam. Berangkat dari situasi mekkah yang stagnan dalam penerimaan dakwah islam, kemudian bertolak ke Madinah yang begitu hangat sambutannya. Disana Islam berkembang hingga tersebar ke dua pertiga dunia melalui dakwah dan jihad. 
 
Namun bila dicermati, kondisi umat islam hari ini boleh dikatakan sangat memprihatinkan. Krisis melanda semua aspek kehidupan; ekonomi, politik, sosial,  budaya,  pendidikan, keamanan dan lain-lain. Di negeri yang minoritas kaum muslim, mereka diintimidasi dengan perlakuan yang tidak manusiawi. Seperti di Rohingya, Palestina,  dan Chechnya.
 
Tidak ada alasan yang lebih logis kecuali karena "mereka adalah muslim". Umat Islam sama sekali tidak diberi ruang untuk hidup dan menjalankan syariah dengan tenang. Sementara di negeri yang mayoritas Muslimpun, juga sama sulitnya melaksanakan syariah.
 
Umat islam yang berusaha konsisten dengan aturan Allah justru dipojokkan, diberi cap yang menyudutkan seperti eksklusif, ekstrim, radikal, fundamentalis bahkan teroris. Akibatnya umat islam sendiri alergi dan antipati dengan Syariah islam. 
 
Kondisi demikian itu semestinya tidak terjadi bila umat islam berpegang teguh pada ajaran islam secara kaffah. Terbukti islam berjaya selama belasan abad. Masyarakatnya mampu hidup berdampingan secara damai dengan umat agama lain dan disegani. Adalah fakta yang tidak terbantahkan.
 
Bukan untuk romantisme sejarah, akan tetapi menjadi keniscayaan bila umat islam mau berupaya mengembalikan kondisinya seperti dulu. Seperti ketika umat islam berada dalam pengayoman khalifah. Momentun hijrah ini menjadi refleksi penting untuk merekonstruksi makna hijrah yang hakiki.
 
Dari sekedar mengetahui sejarah menjadi pendorong perubahan pada arah penerapan islam kaffah. Bulan Muharram seharusnya menjadi pengingat kita untuk menumbuhkan spirit mengembalikan hukum-hukum  Islam sebagai pengatur kehidupan dan pemecahan masalah umat manusia.
 
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik" (QS. An Nuur 55). Wallahualam bishowab. [syahid/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version