Oleh: Marwah Hayati Nufus
(Mahasiswa Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia)
Hari Santri Nasional yang seharusnya diperingati dengan hikmat nan suci malah ternodai dengan adanya aksi tak tahu diri membakar selembar kain hitam yang bertuliskan kalimat suci.
Aksi tersebut dilakukan oleh sejumlah oknum yang mengatasnamankan dirinya sebagai ‘Penjaga NKRI’. Alhasil, aksi yang dilakukan di Kota Santri tersebut menuai banyak kontroversi. Bagaimana tidak? Lafadz tauhid yang terbakar tersebut merupakan lambang jati diri seorang muslim sejati. \
Namun, mirisnya aksi pembakaran teresebut dilakukan oleh para pemuda yang mengaku Muslim. Ada apa sebenarnya dengan negara dengan jumlah mayoritas Muslim terbesar di Dunia? Tidakkah mereka ingat, bahwa dulu dibawah panji ini Rasulullah dan para Sahabat berhasil menaklukan berbagai negeri?
Tentunya sebagai muslim, kita marah dan emosi. Namun, selayaknya kita harus tetap waspada dan hati-hati. Tak menutup kemungkinan, peristiwa yang terjadi kemarin merupakan bentuk skenario pembenci Islam. Para pembenci Islam dengan politik adu dombanya akan sangat senang jika yang terjadi kini sesama muslim saling mencaci.
Bukankah hal demikian memang sering terjadi? Islam yang geliat kebangkitannya terus menggaung, membuat para pembenci panas dan terus menyusun strategi agar Islam terpecah belah. Karena mereka semua meyakini, kekuatan Islam mampu mengalahkan mereka.
Meskipun, di sisi lain kita saksikan bersama bahwa makar yang mereka buat selalu dibalas telak oleh Allah. Kini seluruh muslim dari berbagai penjuru dunia semakin bangga dengan kalimat tauhid yang tertulis dalam sehelai kain hitam tersebut. Padahal, beberapa tahun kebelakang kain tersebut dianggap sebagai simbol radikal yang menimbulkan kekacauan.
Terlepas dari hal tersebut, kita sebagai muslim harus yakini bersama bahwa menangkap pelaku pembakaran bendera tauhid bukanlah solusi yang hakiki. Karena, sesungguhnya sistem yang di terapakan di Indonesia saat ini sangat menjujung tinggi kebebasan berekspresi. Tak peduli, apakah hal tersebut menimbulkan kebaikan atau malah sebaliknya.
Oleh karena itu, mari kita sama-sama perbaiki diri dan senantiasa mengimplementasikan kalimat suci yang mereka hinakan dalam kehidupan sehari-hari hingga akhirnya panji tauhid ini mampu menjadi pemersatu berbagai negeri. Wallahu’alam bi Shawab. [syahid/voa-islam.com]