View Full Version
Ahad, 28 Oct 2018

Tauhid: The Key of Heaven

Oleh: Utha Mariska (Pemerhati Umat, tinggal di Tangerang)

Untuk yang ke sekian kali, hati umat Islam tersakiti. Hal ini dikarenakan adanya insiden pembakaran bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid yang dilakukan oleh sejumlah oknum berpakaian loreng, yang menamakan diri mereka dengan sebutan Banser.

Miris sekaligus ironis. Peristiwa pembakaran bendera tauhid itu justru terjadi di negeri mayoritas Muslim terbesar dunia bertepatan dengan perayaan Hari Santri Nasional diadakan di Alun-Alun Limbangan, Garut. Pun pelakunya bukanlah non-Muslim namun mereka yang mengaku beragama dan beraqidah Islam.

 

Mengenal Panji dan Bendera Rasulullah

Terlepas dari motif pembakaran oleh sejumlah oknum tersebut - entah karena kejahilan atau karena kebencian akut terhadap ormas tertentu - ada baiknya menanamkan ke dalam setiap diri bahwa setiap perbuatan kita pasti akan dimintai pertanggung-jawaban.

Itulah mengapa Rasulullah mewajibkan bagi setiap Muslim untuk bertholabul 'ilmi. Agar perbuatan bernilai pahala dan terjerembab dalam kubangan dosa yang tercela.

Mengenai kasus pembakaran di atas, sesungguhnya MUI sudah menegaskan bahwa yang dibakar bukanlah bendera ormas melainkan bendera tauhid. (https://www.google.co.id/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1139081/kata-mui-yang-dibakar-di-garut-bukan-bendera-hti).

Maka sebagai seorang Muslim sudah sepantasnya mengenali bendera Rasulullah yang sekaligus bendera umat Islam.

Adalah panji Rasulullah bendera Islam, yang hitam bertuliskan kalimat tauhid berwarna putih namanya Ar-Rayah. Sedangkan yang putih bertuliskan kalimat tauhid hitam bernama Al-liwa. Hal ini telah dikuatkan dalam beberapa riwayat bahwa ada dua bendera//panji dalam Islam.

Dari Ibnu 'Abas ra, ia berkata:

"Sesungguhnya, panji Rasulullah saw (rayah) berwarna hitam, sedangkan liwa'-nya berwarna putih." (Imam Tirmidzi IV/197, Ibnu Majjah : II/941)

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata:

"Panji Rasulullah saw (rayah) berwarna hitam, sedangkan liwa'-nya berwarna putih." (Ibnu Adi: VI/127)

Dari Jabir ra, (Hadits Marfu') sampai kepada Rasulullah saw:

"Bendera Nabi saw (Liwa') pada saat masuk kota Makkah berwarna putih" (Abu Daud: III/72), senada di Imam Tirmidzi: IV/195, Ibnu Majjah: II/941, Imam Nasa'i: VI/200, Tarikh Ad-Dimaysq: IV/224

Dari 'Aisyah ra, ia berkata: "Liwaa'-nya Rasulullah berwarna putih" (Al-Baghawi dalam Syarah As-Sunah: X/404)

Dari Abu Hurairah ra, dan Ibnu 'Abbas ra,: "Bahwa bendera Rasulullah saw, bertuliskan lafadz 'La ilaha illaAllah Muhammad Rasulullah"

Jadi inilah Al-liwa dan Ar-Rayah. Bendera Islam, bendera kaum Muslimin bukan bendera HTI atau bendera ormas lain ataupun bendera teroris.

Al-liwa dan Ar-Rayah adalah pemersatu ummat. 'La ilaha illaAllah Muhammad Rasulullah.

Sedangkan kalimat tauhid sendiri adalah sebaik-baik dzikir pembasah lidah bahkan kedudukannya lebih berat dibandingkan dengan dunia dan seisinya.

"Wahai Musa, seandainya tujuh lapis bumi digabungkan dengan tujuh lapis langit dengan seluruh semestanya dan diletakkan di sebelah timbangan kalimat Laa ilaaha Illallah, niscaya kalimat itu lebih berat melebihi semua itu" (Hadits Qudsi dari Abu Sa'id Al-Khudri)

Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafidzahullah:

فالتوحيد مفتاح الجنة، ومن لم يأت بهذا المفتاح الذي هو التوحيد لا يدخل الجنة

“Tauhid adalah kunci surga. Barangsiapa yang tidak membawa kunci tauhid ini maka tidak bisa masuk surga.”

(Kaifa Takuunu Miftaahan lil Khair, hal. 14)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كاَنَ أَخِر كَلامِهِ لاإِلَهَ إلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنّةَ

“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah laa ilaaha illallaah (tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah), maka ia akan masuk surga.”

(HR Abu dawud 3116; Al-Hakim 1/351. Shahih)

Maka benarlah jika dikatakan ciri khas seorang Muslim adalah beramal disertai ilmu yang benar. Tidak serta-merta berbuat hanya brrlandaskan nafsu belaka apalagi dikarenakan kebencian terhadap saudara sesama Muslim. Kalimat tauhid adalah kalimat tertinggi di  muka bumi.

Kalimat yang setiap Muslim ingin hidup dengannya, ingin mati dengannya, dan ingin dibangkitkan kembali dengannya. Wallahu a’lam. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version