Oleh: Roni Tabroni*
Salah satu sahabat baik Hamka dalam berdakwah dan mengembangkan Muhammadiyah di Ranah Minang adalah Buya Ilyas. Ilyas juga dikenal dengan SDM Ilyas.
SDM adalah singkatan dari Sidi Muhammad. Sidi merupakan gelar kehormatan bagi masyarakat Minang. Karenanya, SDM Ilyas merupakan tokoh terkemuka di Pariaman pada tahun 1920-an.
SDM Ilyas sebenarnya selain teman seperjuangan, juga saudara dari Buya Udin. Dimana istri SDM Ilyas adalah adik kandung dari Buya Udin. Jadi SDM Ilyas adalah adik ipar dari Buya Udin.
Semasa Buya Hamka masih di Sumatera Barat, beliau bersahabat baik dengan SDM Ilyas. Jika sedang berkunjung ke Pariaman, atau mau dan pulang dari Padang, Hamka sering singgah di rumah SDM Ilyas.
SDM Ilyas memiliki seorang putri yang bernama Tri Murti Ilyas. Hingga saat ini, Tri Murti masih ada dan tinggal di rumah ayahnya. Rumah yang sangat bersejarah dan penuh kenangan.
Rumah itu menjadi istimewa bagi Tri Murti sebab di tempat itulah dirinya yang masih belia diperkenalkan dengan sosok Buya Hamka. Di rumahnya itu Tri Murti tahu siapa Buya Hamka.
Menurutnya, kalau Buya Hamka datang kerumah ayahnya itu, beliau selalu tersenyum dan menyapanya. Sangat ramah sekali. Bahkan tidak jarang Tri Murti kecil itu digendongnya.
Selain menyaksikan Buya Hamka berdiskusi dengan ayah dan teman-teman seperjuangannya, Tri Murti juga sangat terkesan jika Hamka sedang menunggu Ibu nya (Isteri SDM Ilyas) sedang masak, Buya Hamka selalu duduk dikursi dekat dapur sambil menggendong dirinya.
Sambil memggendong itulah Hamka selalu berceritera. Ceriteranya macam-macam, kadang legenda-legenda di ranah minang seperi Malin Kundang, atau ceritera hikmah lainnya.
Tri Murti mengaku sangat senang sekali jika Hamka sudah berceritera. Suaranya sangat lembut. Membuat dirinya sangat betah kalau ada Hamka.
Karena kesan-kesan baik sejak kecil, maka ketika Tri Murti akan menikah, dirinya meminta yang khutbah nikahnya adalah Buya Hamka. Akhirnya, selain menjadi saksi pernikahannya, Buya Hamka juga memberikan khutbah nikahnya.
Tri Murti pada saat itu melihat jika Hamka sengaja membuat teks khutbah nikah buat dirinya. Hanya saja, dirinya sangat menyesal sebab teks khutbah nikah dari Buya Hamka itu rusak dan sekarang sudah tidak ada.
Dari khutbah yang cukup panjang, Tri Murti masih ingat dua hal yaitu harus menjaga pernikahannya dan kedua bahwa sebagai isteri dirinya harus tertib sama suami. Yang lainnya banyak, tapi itu yang selalu diingatnya.
Selain itu, karena dekatnya keluarga Tri Murti dengan Hamka, sampai-sampai meminta nama anak pertamanya kepada Hamka. Sebelum lahiran, Hamka memberi dua lternatif nama, jika laki-laki namanya Naim tapi jika perempuan namanya Naimah. Awalnya kami protes, sebab nama itu terkesan kolot. Tapi Buya Hamka menjelaskan itu nama bagus dan nama mulia sebab itu nama Surga. Keluarga pun menerimanya.
Ketika lahir ternyata anaknya perempuan, maka yang dipakai adalah Naimah. Karena agar lebih kekinian, maka ditambah dengan kata lain, menjadi Siti Meidatun Naimah karena lahirnya di bulan Mei.
Ternyata anaknya itu sampai saat ini justru menggunakan nama Naimah, tidak pernah malu. Ketika di Indonesia (Jakarta), di luar negeri bahkan sampai ke Eropa pun justru yang dipakainya adalah Naimah.
Jadi alhamdulillah Tri Murti bersyukur bahwa nama pemberian Buya Hamka itu ternyata membawa berkah, sebab anaknya sudah sukses. [syahid/voa-islam.com]