View Full Version
Selasa, 13 Nov 2018

Al-Ilmu Qobla Amal; Tanpa Ilmu Kita Gila, dengan Ilmu Kita Mulia

Oleh: Dian Utari S.Pd (Guru SD Muhammadiyah Magetan)
 
Hampir setiap orang pasti suka dengan canda dan tawa, karena canda dan tawa adalah ekspresi dari kebahagiaan. Tidak kita pungkiri di tengah kehidupan kapitalistik saat ini, bercanda adalah salah satu obat ampuh penghilang stress dan penat. Program-progam acara bergenre komedi banyak ditampilkan baik di TV, media sosial maupun media cetak.
 
Murah, menarik, dan mudah diterima mungkin inilah yang yang membuat acara dengan konten komedi mudah diterima dan disukai oleh berbagai kalangan masyarakat. Maka jangan heran jika acara komedi kini menjelma menjadi lahan bisnis yang prestisious untuk kemudian ditekuni bahkan dijadikan profesi. Persis seperti yang dilakukan oleh Mas Tretan Muslim dan Coki Pardede yang namanya booming lewat video viralnya dipertengahan bulan Oktober kemaren.
 
Dalam acara the last hope cookingnya yang berjudul Babi Kurma Duo jebolan ajang stand up comedy ini sedang mendemontrasikan bagaimana cara memasak daging babi agar tidak haram. Meskipun bertajuk guyonan tetapi karena materi video tersebut membahas syari’at agama maka banyak pihak terutama para ulama mengecam video tersebut. 
 
Sebagaimana dilansir dalam situs berita detik.com (https://www.google.com/url?q=https://m.detik.com/hot/celeb/4265715/menyimak-video-lengkap-tretan-muslim-coki-pardede-masak-babi-campur-kurma&sa=U&ved=) bahwa konten video duo comicers ini dinilai sarat dengan unsur penistaan agama.
 
Banyak nitizen terutama kaum muslim merasa tersinggung dan marah dengan candaan dalam video tersebut. Walhasil, dalam sekejap video mereka menjadi kontroversi di masyarakat. Komentar-komentar bernada kritikan dan kecaman keras dari berbagai pihak pun berdatangan menanggapi video tersebut.
 
Hingga akhirnya memaksa Tretan Muslim dan Coki Pardede untuk meminta maaf kepada nitizen atas kegaduhan yang mereka timbulkan akibat video tersebut. Dalam sebuah akun resmi Youtube milik Majelis Lucu Indonesia (MLI), Tretan Muslim dan Coki Pardede telah menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak ada maksud untuk menistakan ajaran Islam.
 
Terlepas apa niat mereka yang sebenarnya, tentu kita sebagai seorang muslim tidak ingin mengalami apa yang dialami oleh duo comicers tersebut. Atau kejadian memprihatinkan tersebut terulang kembali di tengah-tengah kita. Agama apapun tentu akan sangat marah ketika ajarannya dijadikan bahan candaan.
 
Mengingat agama adalah satu hal yang luhur dan suci, serta sangat dihormati oleh para pemeluknya. Begitu pun dengan Islam. Orang-orang muslim yang sangat menghormati dan memuliakan Islam pasti akan sangat marah jika ajaran yang selama ini mereka yakini dan muliakan kemudian ditampilkan seolah-olah Islam itu tidak toleran dan diskriminasi apalagi disampaikan dengan guyonan. 
 
Oleh karena itu penting bagi seorang muslim untuk memahami apa itu Islam. Dan bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim. Islam adalah agama yang Allah SWT. turunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman hidup manusia di seluruh aspek kehidupan. Kita tentu telah memahami bahwa Islam adalah syari’at Allah yang kamil (sempurna) dan syamil (menyeluruh). Tidak ada satupun perkara di kehidupan kita yang tidak diatur dalam Islam. Termasuk perkara candaan. Rasulullah SWT.  telah bersabda:
 
“Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)
 
Berdasarkan hadist di atas, maka jelaslah bahwa Islam melarang umatnya untuk menjadikan agamanya sebagai bahan candaan. Bahkan jika hal ini dilakukan maka dapat menjadikan pelakunya sebagai orang yang kafir. Allah SWT. berfirman: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman...”(QS. At-Taubah:65-66).
 
Maka sebagai muslim tentu kita harus berhati-hati dalam berbuat. Karena setiap perbuatan menyimpan resiko yang pasti akan kita tanggung kelak di akhirat, yaitu berupa dosa atau pahala. Dan Allah SWT satu-satunya yang akan menentukan dan memutuskan. Oleh karena itu sudah selayaknya seorang muslim menjadikan syari’at Allah sebagai timbangan dan standart perbuatannya. Begitu pula ketika akan bercanda. Islam tidak pernah melarang untuk umatnya bersenda gurau alias. Karena dulu Rasulullah juga pernah melakukannya:
 
Tentu kita masih ingat bagaimana kisah Rasul yang ditanya oleh seorang nenek. Saat itu sang nenek bertanya, apakah kelak aku bisa masuk surga? Rasul menjawab, di surga tidak ada nenek-nenek. Seketika itu sang nenek pun menjdi sedih. Lantas Rasul, menyampaikan” Wahai Nenek, kelak di surga semua perempuan akan kembali ke usia muda. Termasuk engkau, engkau akan menjadi kembali muda.” Sang Nenek pun merasa senang dan lega. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi).
 
Dari kisah Rasul tersebut dapat kita pahami bahwa ada adab-adab bercanda yang harus diperhatikan ketika ingin bercanda, diantaranya adalah:
  1. Niat yang benar, bercanda untuk menghilangkan kejenuhan bukan sekedar mengikuti hawa nafsu yang akhirnya lupa melanggar ketentuan syariat.
  2. Tidak berlebihan dalam bercanda, “Janganlah kalian banyak tertawa, karena sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)
  3. Tidak berdusta ketika bercanda, konten candaan tidak boleh berupa kata-kata dusta. 
  4. Tidak menghina orang lain/ kelompok tertentu saat bercanda.
  5. Tidak menjadikan masalah serius sebagai candaan, termasuk menjadikan agama sebagai materi untuk melawak, jelas ini sangat dilarang dalam Islam.
 
Masyaallah, benarlah kata Umar bin Khatab RA. “al-ilmu qabla amal”, bahwasanya ilmu itu sangat penting bagi kehidupan kita. Tanpa ilmu kita akan jadi gila, ajaran Islam yang harusnya dimuliakan kini malah banyak yang dinistakan. Sebaiknya dengan ilmu kita akan mulia, karena ilmu adalah landasan dalam beramal.
 
Jika kita mampu memahami ilmu agama maka insyaallah segala perbuatan kita akan terjaga dari maksiat. Sebagaimana hadist rasul, ”Barang siapa yang dikehendaki kebaikan padanya maka Allah akan pahamkan dia dalam masalah agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Wallahu’alam bishshowab. [syahid/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version