Oleh: Moni Mutia Liza, S.Pd.
(Alumni Mahasiswi Universitas Syiah Kuala, Guru SMAN 1 Pante Ceureumen)
Maulid Nabi Muhammad merupakan tradisi yang secara turun temurun dilaksanakan setiap bulan Rabiul Awal oleh umat Islam. Agenda maulid ini juga momentum penting bagi umat Islam untuk mengenang Nabi Muhammad mulai dari sejarah kelahirannya, dakwah hingga peradaban Islam yang dibangun oleh Rasulullah bersama para sahabat, sehingga Islam itu sampai ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Kehadiran Rasulullah menjadi penyejuk dikala kondisi jahiliyyah penuh dengan pertikaian, menjadi penerang jalan kehidupan manusia disaat kegelapan mewarnai dunia.
Nabi Muhammad lahir bertepatan dengan hari penyerangan Ka’bah oleh pasukan Raja Abrahah yang dipimpin panglima Abu Rughal. Namun, Allah mengirim pasukan burung Ababil yang membawa batu dari neraka dan dilemparkan ke pasukan Abrahah, sehingga pasukan Abrahah hancur. Tidak sedikit kejadian yang luar biasa terjadi di saat kelahiran Baginda Muhammad.
Namun peristiwa paling penting yang tercatat dalam kelahiran Muhammad sallallahu’alaihi wasallam yaitu pertanda akan dimulainya peradaban nan agung yang kelak mampu menguasai 2/3 dunia.
Maulid Nabi ini menjadi pengingat bagi kita akan sirah Rasulullah dan mengingatkan kita juga akan teladan yang beliau ajarkan ke umatnya. Sehingga maulid Nabi bukan sekedar acara seremonial dan adat semata, melainkan terdapat semangat perjuangan Rasulullah bersama sahabat dalam membangun peradaban yang hebat dan mulia. Maulid Nabi juga menjadi ajang bagi umat Islam untuk setia menjalankan sunnah-sunnahnya, tak terkecuali menjaga persatuan umat Islam dimanapun keberadaannya.
Namun alangkah sayangnya, umat Islam saat ini tampak terpecah belah. Saling memusuhi dan termakan adu domba yang tiada henti. Saling mengkafirkan dan membid’ahkan sesama kaum muslimin terhadap perkara yang sifatnya cabang bukan pokok.
Tidak sampai disitu saja, persekusi para Da’i, pelecehan terhadap bendera tauhid hingga membuat makar berupa tuduhan teroris kepada ulama dan sebagainya terus saja terjadi tanpa ada penyelesaian, seolah pertikaian ini sengaja disetting untuk terus berkobar di negeri-negeri kaum muslimin. Tidak hanya di negeri ini, di negeri muslim lainnya kondisi mereka bahkan jauh lebih parah.
Pembantaian, pemerkosaan dan perampasan hak asasi manusia setiap hari terjadi. Baru- baru ini, palestina kembali berduka dengan syahidnya kaum muslimin Palestina akibat kebrutalan Israel. Tak jauh berbeda dari Palestina, negeri muslim seperti Suriah, Afganistan, Rohingya, Cheknya dan lainnya tidak luput dari pembantaian.
Persatuan yang dicontohkan Rasulullah telah sirna. Umat Islam yang jumlahnya banyak kini tercabik-cabik dan wilayahnya diperebutkan oleh negeri barat. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah jumlah kami ketika itu sedikit?” Beliau bersabda, “Bahkan jumlah kalian banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di lautan....,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Meneladani Rasulullah
Maulid Nabi bukan sekedar makan-makan, membaca syair yang indah untuk Rasulullah lalu pulang tanpa membawa semangat meneladani Rasulullah. Jika kita melihat sejarah muncul maulid Nabi sangat berkaitan erat dengan semangat meneladani Rasulullah dalam segala hal tak terkecuali futuhat atau melakukan aktifitas pembebasan atas negeri yang menentang cahaya Islam masuk di dalamnya.
Sebab sebagian besar sejarah Nabi Muhammad menceritakan tentang perjuangannya menegakkan Kalimah Allah di muka bumi ini serta mencontohkan akhlak yang terpuji bagi umat manusia. Bukan sebatas memperbaiki diri sendiri, justru Rasulullah hadir membuka cakrawala peradaban manusia dengan pemikiran Islam kaffah dalam bingkai Daulah Islamiyah di Madinah.
Melakukan aktifitas politik dalam dan luar negeri, membebaskan negeri-negeri yang terbelenggu dalam kegelapan dan kesesatan menuju cahaya peradaban gemilang dengan Islam, hingga beliau diwafatkan Allah pada tanggal 12 Rabiul awal tahun 11 H.
Semangat dalam menegakkan kalimah Allah inilah yang ingin dibangkitkan kembali oleh Salahuddin Al-Ayubi pada umat Islam yang kala itu sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yaitu Prancis, Jerman dan Inggris. Pada tahun 1099 M tentara salib berhasil merebut Yarussalem dan merubah Masjidil Aqsa menjadi gereja.
Hal ini membuat kaum muslimin kehilangan semangat berjuang. Oleh karena itu, selaku Penguasa Haramayn (Dua tanah suci, Makkah dan Madinah), Salahuddin menginstruksikan kepada seluruh umat Islam, mulai tahun 580 H tanggal 12 Rabiul awal dirayakan sebagai Hari Maulid Nabi dengan kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Alhasil, peringatan maulid Nabi ini membawa dampak positif bagi kaum muslimin, kaum muslimin mulai menjalankan sunnah-sunnah Nabi dan kembali semangat untuk menaklukkan Yarussalem, maka pada tahun 583 H, Yarussalem berhasil direbut kembali oleh kaum muslimin dan Masjid Al Aqsa kembali menjadi masjid. Setelah peristiwa besar berupa kemenangan di pihak kaum muslimin, peringatan maulid Nabi terus dilaksanakan oleh kaum muslimin hingga saat ini.
Maulid Nabi merupakan salah satu bentuk kecintaan dan kerinduan kita pada Baginda Muhammad. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya syair dan selawat kepada Nabi Muhammad saat acara maulid. Selawat itu sendiri memiliki faedah yang luar biasa. Ibnu Mas’ud ra bertutur bahwa Rasulullah bersabda,”Orang yang paling berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah yang paling banyak berselawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi).
Kecintaan pada Nabi Muhammad juga dibuktikan dengan mengikuti semua jejak perjuangan beliau, akhlak beliau yang merupakan akhlak Al-Quran, kesabaran dan kegigihan beliau dalam berjuang menegakkan kalimat tauhid. Sebagaimana firman Allah, “Katakanlah, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscahaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian....,” (Ali-Imran : 31). Rasulullah adalah teladan bagi kita, penunjuk jalan yang lurus dan pembawa cahaya kemulian yaitu Islam.
Selain Rasulullah mengajarkan kepada kita sikap terpuji, Rasulullah juga mengajarkan kita akan persatuan, Hal ini dapat kita lihat dari sikap beliau yang menyatukan suku Aus dan Khajraj. Sikap tegas beliau ketika kehormatan kaum muslimin dilecehkan oleh Yahudi Bani Qainuqa. Kekuatan kaum muslimin ketika itu ditopang oleh persatuan dan ketaatan kaum muslimin terhadap syariat Allah.
Terbukti peradaban Islam mampu menguasai dunia hingga 13 abad lamanya di bawah satu kepemimpinan. Sungguh kaum mulimin tidak akan lemah meskipun Rasulullah telah tiada, sebab kepemimpinan Rasulullah sebagai kepala negara tidak hilang melainkan digantikan oleh para sahabat dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
Sebab Rasulullah telah bersabda, “ Bani Israil dulu dipimpin oleh para nabi. Jika salah satu nabi wafat, ia digantikan oleh nabi berikutnya. Sungguh tidak ada lagi nabi setelahku, yang ada hanyalah para khalifah yang jumlahnya banyak.” (HR. Muttafaq’alayh). Begitulah kepemimpinan yang diwarisi oleh Nabi Muhammad agar kaum muslimin tetap bersatu dan menaungi dunia dengan syariah Allah yang Maha Adil dan Bijaksana.
Semoga maulid Nabi kali ini mampu membawa semangat untuk melanjutkan kehidupan Islam, semangat dalam menjaga persatuan dan semangat berdakwah mengembalikan izzahnya kaum muslimin dimanapun kaum muslimin itu berada. Wallahu’alam. [syahid/voa-islam.com]