View Full Version
Jum'at, 30 Nov 2018

Jalan Mempersatukan Umat

Oleh: Siti Safa’ah

Akhir-akhir ini kaum muslimin dilanda berbagai musibah. Namun, musibah yang satu ini, mengundang kesedihan yang teramat dalam, melebihi musibah gempa dan tsunami. Itulah Ashobiyah. Kecintaan berlebih terhadap golongannya sendiri ataupun negeri yang ia tinggali.

Hingga mampu merapuhkan ikatan ukhuwah Islamiyah dan tak sedikit yang dibutakan olehnya. Tentu kita masih ingat dengan kasus pembakaran bendera yang didalamnya tertuang kalimat tauhid, karena pelaku dibutakan dengan kebencian pada suatu ormas yang menurutnya dapat mengancam NKRI.

Kecintaan yang berlebihan terhadap negerinya mengungguli kecintaan terhadap kalimat tauhid yang termaktub di dalamnya kalimat inti yang menjadi alasan kenapa kita hidup dan akan kemana kita setelah kematian. Kalimat tauhid yang seharusnya menjadikan kaum muslimin bersatu dan bernaung dalam aqidah yang sama, tak peduli di negeri apapun ia berada.

Toh, sehebat apapun negeri yang dia tinggali dan cintai, tetap ia tak lebih sepetak tanah milik Allah. Tanah yang seharusnya penduduknya memuliakan bendera yang tersurat kalimat tauhid, bukan menjadikannya saingan bendera manapun.

Kecintaan yang berlebih ini akan membelokkan penghambaan dan loyalitas yang seharusnya kepada Allah saja, menjadi penghambaan kepada institusi buatan manusia. Ia menjadi pribadi yang egois dan sombong. Merasa negerinya yang paling hebat, acuh terhadap penderitaan saudara seakidahnya hanya karena mereka tidak tinggal di negeri kebanggaannya. Inilah Ashobiyyah yang menghancurkan manusia.

Sudah jauh-jauh hari Rasulullah SAW melaknat sikap seperti ini. Sabda Rasulullah SAW : “Bukan termasuk umatku orang yang mengajak pada ashobiyah, bukan termasuk umatkun orang yang berperang atas dasar ashobiyah, bukan umatku yang mati atas dasar ashobiyah”. (H.R Abu Dawud).

Karena sikap ashobiyah ini, akan menimbulkan kehancuran. Diantaranya :

1. Memecah belah umat. Karena sifatnya rendah, temporal dsb. Sehingga dapat disusupi oleh kaum kafir dan munafik.

2. Menyebabkan konflik yang memunculkan ketidakpuasan berada dalam suatu daerah atau wilayah. Sehingga timbul keinginan untuk memisahkan diri dari wilayah yang ia tinggali (separatisme).

3. Dapat melemahkan umat dan menjadikan umat sebagai orang individualis yang tidak peduli dengan saudara seakidahnya.

Padahal, islam mengatur persatuan umat. Dan itu hukumnya wajib. Firman Allah SWT : “Berpegang teguhlah kalian pada tali agama Allah dan janganlah kalian bercerai berai.” (TQS.Ali- Imron : 103).

Karena itu islam telah  engatur perasaan ini untuk menyatukan umat. Yaitu dengan ikatan akidah dan dengan satu kepemimpinan yang sama yaitu dalaam naungan daulah Khilafah Islamiyah yang dapat meraih kemajuan dan kebangkitan umat. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version