Oleh: Athian Ali M. Da'i (Ketum ANNAS Pusat)
Salah satu di antara tanda-tanda sudah dekat kiamat kata Rasululloh SAW : "wayantiqu fii-ha ar ruwaibidatu fii amril 'ammah" yaitu ketika "Orang-orang yang bodoh berbicara urusan kepentingan orang banyak " .
Dari sudut Agama, sinyalemen Rasul tersebut semakin hari semakin terbukti di negeri ini.
Betapa semakin banyaknya mereka yang tidak mengerti Agama atau bahkan mungkin "tidak beragama"( kecuali sekedar memenuhi identitas agar tidak disebut atheist) malah yang paling nyaring dan getol, tidak tahu diri dan tanpa rasa malu, berbicara, mengritik, bahkan menghina dan menodai kesucian Agama.
Selain kelompok ahmadiyah dan syiah yang memang sengaja diciptakan imperialisme dan yahudi untuk mengobrak-abrik kekuatan ummat Islam dari dalam, tidak sedikit pula mereka yang tampil tidak lebih dari sekedar budak-budak para musuh Islam untuk menyebarkan virus sekularisme, pluralisme dan liberalisme.
Wajah kacung dan kemunafikan mereka seringkali tampak dilayar kaca berbicara sangat ngawur tapi berapi-api penuh percaya diri memaksakan berbagai argumen konyol yang hanya semakin menampakkan kejahilan mereka.
Mereka tidak perduli caci-maki orang-orang yang mengigatkan. Wajah mereka bak kulit badak, sudah tidak ada rasa malu. Mereka lacurkan diri hanya demi memuaskan pihak yang telah memperbudak mereka.
Berbagai pandangan dan pernyataan mereka terhadap Agama Islam, terkadang terasa menggelikan, tapi sekaligus juga sangat memuakkan dan teramat sangat melukai perasaan ummat Islam.
Jika pada rezim sebelumnya mereka nyaris tenggelam, kini menjelang lima tahun usia rezim ini, kehadiran mereka eksis kembali .
Mereka seakan menemukan angin segar, kenyamanan bahkan perlindungan. Terbukti, kendati berulangkali beberapa di antara mereka dilaporkan karena kasus ujaran kebencian dan atau penodaan Agama, namun jangankan diproses, sekedar dipanggil pun tidak pernah dialami mereka.
Lain penampilan yang di layar kaca, lain pula yang ada di lapangan. Ada kelompok yang selama ini terkesan dibiarkan seenak perut mereka mengambil alih tugas dan peran aparat keamanan.
Dari mulut salah seorang di antara mereka sempat keluar makian kotor "Islam tai" . (Na'udzu billah ) Pada saat yang lain, beberapa orang di antara mereka membakar kalimat tauhid : Laa ilaaha illalloh.
Sikap dan perbuatan biadab tersebut tentu saja mustahil dilakukan seorang muslim.
Entah setan lain atau masih setan yang itu itu juga yang membuat mereka kerasukan setan seperti itu.
Yang pasti tindakan syaitani tersebut telah menyebabkan kemarahan bukan hanya saja ummat Islam di Indonesia, tapi juga ummat Islam didunia.
Yang tergolong paling anyar, penolakan PERDA syariat, yang semakin menunjukkan bukan hanya saja jahil terhadap syariat tapi juga hukum tata negara di negeri ini.
Yang terkadang membuat hati orang awam kesal dan tidak habis fikir, mengapa pula para Ulama dan kaum cerdik pandai harus disibukkan dengan pernyataan- pernyataan murahan mereka? Sepertinya sikap bijak yang patut dilakukan hanya satu di antara dua: Jika melanggar hukum dipidanakan.
Jika tidak, maka biarkan mereka memuntahkan kejahilan mereka, tanpa harus melayaninya. Layaknya sikap orang yang waras ketika membiarkan orang gila berbicara, berteria-teriak, marah-marah dan tertawa sendiri. [syahid/voa-islam.com]