View Full Version
Selasa, 11 Dec 2018

Raja Kodok dan Ular

Oleh: M Rizal Fadillah

Sewaktu masih SMP dulu ingat ada kisah-kisah atau dongeng bermakna dari dunia hewan, ada Anjing serakah yang terjun ke sungai di bawah jembatan karena hendak merebut daging dari anjing yang tak lain adalah bayangannya sendiri.

Ada Kancil yang menipu Buaya agar berjajar dihitung sampai tepi sungai lalu berlari, ada Kura-Kura yang mengalahkan Kera sombong dalam lomba lari. Nah salah satunya adalah tentang Raja Kodok dan Ular.

Ular besar tua yang lemah karena lapar, sampai ke negeri yang berpenghuni kodok. Ada Raja, Ratu, dan Pangeran kodok, keluarga yang memimpin rakyat kodok. Ular hendak memangsa tapi setiap bergerak, kodok melompat mengamankan diri. Lalu berpura-pura tidurlah sang Ular.

Pangeran mendekat, Ular membuka mata "Jangan takut temanku, aku oleh leluhurku diamanatkan untuk mengabdi pada keluarga Kodok. Ayo bermain. Naiklah kubawa kemana pun kau mau!".

Rayuan ular mengena. Raja dan Ratu pun akhirnya ikut dan yakin bahwa ular memang hendak mengabdi dan membahagiakan. Naiklah mereka menunggangi ular yang bergerak masuk hutan. Kesana kesini. Raja Kodok suka dengan pelayanan dan pengabdian itu.

Tiba-tiba Ular berhenti dan menyatakan rasa laparnya. Berniat untuk memakan kodok yang ada, agar tetap bertenaga dalam mengabdi. Sang Raja awalnya keberatan bagaimana ia membiarkan Ular memangsa rakyatnya.

Namun tak ada pilihan, berhenti menikmati fasilitas pengabdian atau kodok yang ada dimakan. Rupanya kenikmatan adalah pilihan. Akhirnya Ia pun rela rakyatnya dimakan. Habislah semua komunitas Kodok. Sekarang Ular mengancam Raja dan keluarganya. Sang Raja teriak "Aku adalah Raja..!" Sang Ular memakannya juga. Kini Ular menjadi penguasa negeri yang dulu diisi kodok-kodok.

 

Pelajaran penting dari kisah itu.

Pertama, Ular lapar yang sabar dan cerdik dalam menipu. Rayuan utama yang mengena adalah melayani, mengabdi dan memfasilitasi. Yang disasar adalah pemimpin karena pemimpin yang biasanya gila hormat.

Kedua, Sang Raja disandera oleh keadaan yang meninabobokan. Dilema antara fasilitas diri dan keluarga atau menutup wajah membiarkan rakyatnya jadi korban;

Ketiga, setelah rakyatnya habis demi kedudukan dan kehormatan, maka Sang Raja dimakan juga oleh ular ganas penipu. Inilah kebodohan jabatan.

Pemimpin mestilah waspada bahwa imperialis selalu mencari celah untuk menguasai. Segala cara dilakukan, termasuk pura pura memberi upeti. Dibawa keliling yang penting jadi Raja yang diakui. Jasa membuat dilema dan jadi sandera. Akhirnya kendali tidak pada diri sendiri. Tak mampu berbuat apa apa, semua potensi negeri telah dieksploitasi. Titik lemahnya adalah ambisi.

Raja Kodok berteman dengan Ular jahat. Mungkin Naga. Lalu, negeri dan rakyat habis menjadi korban.

Ini hanya sekedar dongeng. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version