Oleh: Ika suhesti S.Ikom (Pemerhati Remaja)
Kepopuleran Blackpink rupanya tak disia-siakan oleh penyedia jasa e-commerce terbesar di Indonesia. Shoopee mendapuk girlband asal korea selatan tersebut sebagai bintang iklanya.
Tentu bukan sekedar lagunya yang sedang popular di kalangan k-popers, namun karena basis fans pelantun “Dududu” di Indonesia cukup besar, terbukti dengan antuasisme Blink (sebutan fans Blackpink) ketika gelaran pembukaan roadshow 12.12 di Jakarta sebulan yang lalu.
Begitu masifnya tayangan pariwara "aye-aye" ala Blackpink menghiasi layar kaca belakangan ini, menggelitik seorang ibu untuk kemudian membuat sebuah petisi. Pasalnya iklan yang menampilkan empat perempuan cantik dengan pakain serba minim tersebut juga berkali-kali ditayangan di program anak-anak tanpa pembatasan waktu (Tribunnews, 2018/12/9).
Aksi yang dilakukan seorang ibu yang juga seorang praktisi pendidikan dan pakar parenting ini rupanya menuai banyak reaksi. Pendukung petisi sudah pasti turut serta menandatanganinya. Lain halnya bagi yang kontra, hujatan, cacian dan bermacam bahasa yang (menurut saya) tak layak diucapkan menghiasi kolom komentar akun Maimon Herawati. Bahkan muncul petisi tandingan. Padahal Ibu Maimon hanya menginginkan agar iklan tersebut diatur agar tidak tayang di program anak (https://tirto.id/adu-petisi-iklan-shopee-antara-maimon-herawati-dan-fans-blackpink-dbt7.)
Membaca beberapa komentar pihak yang menolak "diaturnya" tayangan iklan tersebut, familiar sekali tulisan yang menyudutkan kaum muslimin. Kata-kata seperti : mabok agama, sok suci, si Blackpink suruh tampil pake gamis, cadar dan banyak nyinyiran lain. Bagi saya pribadi ini sudah masuk ke ranah penodaan agama.
Lagi dan lagi Islam disudutkan. Penghinaan itu bukan hanya datang dari anak muda unyu-unyu yang menyebut diri mereka blink (sebutan untuk penggemar blackpink) atau k popers. Hujatan mengalir lebih deras justru dari ibu-ibu. Menurut mereka pakaian, gestur dan apa yang ditampilkan oleh Jenny dkk itu hal yang wajar.
Terlepas dari perang petisi, kita bisa melihat bahwa masih banyak masyarakat yang menyepelekan ajaran Islam (menutup aurat). Jika dikaitkan dengan konteks pro kontra iklan versi blackpink, masih banyak ibu-ibu yang "membela" bahkan mencela pembuat petisi. Untuk hal yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai agama saja dianggap wajar. Padahal dalam islam jelas menutup aurat wajib hukumnya.
Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Jika para ibu sudah mulai tidak peduli dengan pakaian mini anaknya, lantas kedepanya mau jadi apa remaja putri kita.
Ditengah sistem kapitalis -sekuler sekarang ini, benteng terakhir adalah keluarga. Bagaimana cara kita memberikan pengertian batasan aurat terhadap jiwa-jiwa putih ini, menancapkan aqidah agar tak gampang terbawa arus pergaulan.
Lucunya ketika ada orang tua yang ingin melindungi generasi agar tidak tergerus nilai hedonis malah dibully habis. Bukankah ini ironis?
Benarlah hadist Rasulullah SAW : Akan datang kepada manusia suatu zaman orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api (HR. Tirmidzi)
Melakukan amar ma'ruf nahi munkar memang tidak mudah. Apalagi di zaman dimana kemaksiatan sudah dianggap hal yang lumrah sehingga ketika menyerukan kebenaran seolah kita menentang arus massa yang mewajarkan sebuah kekeliruan karena dinggap biasa.
Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (q.s Ali Imran : 104)
Dalam Islam jelas perbedaan antara yang haq dan bathil. Tidak ada kompromi di dalamnya. Haram tetaplah haram walaupun sudah membudaya dan banyak yang mencinta. Benar, standar penilaian pada ummat saat ini sudah jauh berubah, bukan lagi standar Qurani namun standar afradiy, standar penilaian yang didasarkan pada kecintaan pribadi. Wallahu ‘alam bi ash shawwab. [syahid/voa-islam.com]