View Full Version
Senin, 31 Dec 2018

Terorisme dan Seks Bebas Tradisi Tahun Baru, Sampai Kapan?

Oleh: Wida Aulia

Setiap menjelang pergantian tahun, masyarakat selalu disuguhkan dengan berita yang sama yakni tentang penangkapan teroris. Sedangkan ketika perayaan malam pergantian tahun telah usai maka masyarakat disuguhkan dengan banyaknya berita tentang kasus amoral dari kalangan remaja.

Pesta miras, narkoba bahkan seks bebas seolah identik dengan perayaan malam tahun baru oleh remaja. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi di malam tahun baru adalah seks bebas dan terorisme. Namun kedua hal tersebut mendapatkan penanganan yang berbeda dari pemerintah. Pemerintah lebih tertarik untuk fokus pada penanganan dan antisipasi pada tindakan teror yang belum tentu terjadi.

Tim Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri menangkap sebanyak 21 orang terduga teroris jelang hari raya Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Meskipun, kepolisian belum menemukan indikasi serangan teror di dua perayaan itu.

Hal itu ditegaskan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian di Markas Besar (Mabes) Polri, Jakarta Selatan, Rabu (19/12). Bahwa Densus 88 belum menemukan indikasi rencana serangan 21 terduga teroris ini saat Natal dan Tahun Baru. 

"Tidak ada rencana serangan teror Natal dan Tahun Baru, belum ada. Tapi kami akan akan monitor terus," ujarnya. (CNN INDONESIA).

Dari pernyataan diatas jelas tampak ada sesuatu yang ganjil. Bagaimana bisa orang-orang yang tidak ada rencana melakukan tindakan teror apapun namun sudah ditangkap, padahal baru diduga saja. Itupun hanya dugaan dari Densus 88 yang menangkap terduga teroris tersebut. Jelas ini sama saja Densus 88 lah yang menyebar teror di masyarakat khususnya umat Islam.

Karna dari berkali-kali kasus serupa yang telah terjadi, pihak kepolisian menggunakan simbol-simbol Islam yang berada di rumah orang -orang terduga teroris tersebut sebagai barang bukti. Sebut saja buletin Islam, bendera tauhid bahkan juga Alquran. Dimana barang-barang itu adalah simbol Islam yang tentu dimiliki oleh hampir seluruh umat Islam.

Ini bukti bahwa terorisme adalah narasi jahat yang dihembuskan untuk menyudutkan Islam. Sehingga membuat umat jauh dari pemahaman Islam yang benar karna takut dan khawatir ditangkap sebagai terduga teroris.

Hal ini juga membuktikan bahwa terorisme adalah propaganda kafir penjajah untuk menghadang laju kebangkitan Islam. Dimana mereka sangat paham bahwa jika umat Islam bangkit maka akan membahayakan hegemoni mereka di dalam negeri muslim yang mempunyai SDA alam yang sangat melimpah yang selalu ingin mereka kuasai.

Umat Islam harusnya tidak  hanya fokus pada masalah terorisme, namun menjelang malam pergantian tahun juga ada bahaya yang lebih besar mengancam negeri ini. Yakni berbagai kerusakan moral akibat paham kebebasan yang diadopsi oleh masyarakat. Kerusakan yang selalu terulang terjadi seolah menjadi tradisi, lalu sampai kapan tradisi bejat tahun baru ini akan berakhir?

Karna itu kita tak boleh lupa ada bahaya lain di negeri ini yang mengintai remaja sebagai generasi penerus bangsa ini. Trend gaya hidup bebas terutama pada malam pergantian tahun tidak di antisipasi sedemikian rupa seperti ketika mengantisipasi tindak terorisme, padahal dampak kerusakan ini jauh lebih nyata.

Euforia dalam menyambut malam pergantian tahun oleh kalangan remaja banyak dilakukan bukan hanya dengan melihat konser musik atau pesta kembang api. Namun banyak juga dari mereka yang melakukan pesta minuman keras, narkoba bahkan seks bebas.

Padahal kerusakan ini selalu terjadi hampir setiap hari menghiasi headline media, dan bertambah banyak terutama menjelang malam pergantian tahun. Mirisnya, remaja yang rusak ini adalah mayoritas remaja muslim. Namun tak ada langkah konkrit dari pemerintah untuk menghentikan tradisi bejat tersebut.

Bahkan masalah ini cenderung terkesan diabaikan atau bahkan dipelihara oleh rezim kapitalis sekuler. Jikapun ada tindakan itu hanya sebatas penangkapan-penangkapan pada pelakunya, tidak sampai menyelesaikan tuntas dan tidak menyentuh akar masalahnya.

Allah SWT berfirman:

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 56)

Sungguh, jika negeri ini mengharapkan rahmat dari Allah maka sudah sepatutnya seluruh penghuninya baik rakyat maupun pejabat harus bersama-sama melakukan perbaikan untuk mengakhiri tradisi bejat di tahun baru. Dengan mencampakkan sistim kufur kapitalisme.

Karena segala kerusakan tersebut terjadi akibat negara ini menerapkan aturan kapitalis sekuler hasil buatan manusia yaitu selain aturan Allah. Sudah saatnya umat Islam bangkit untuk menerapkan seluruh aturan Allah dalam berbagai lini kehidupan agar Allah memberikan rahmat-Nya.  

Dengan apalagi kalau bukan dengan institusi negara Khilafah ala minhajin nubuwwah. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version