View Full Version
Kamis, 03 Jan 2019

Makin Belepotan

Oleh: M Rizal Fadillah

KH Ma'ruf Amin dalam tayangan video menyatakan penyesalan memberi kesaksian di Pengadilan hingga Ahok dipenjara. Terpaksa oleh keadaan dan sudah minta maaf katanya. Video tersebut viral dengan komentar beragam. Umumnya menyudutkan dan menyayangkan sikap sang Kyai. Semakin saja belepotan.

Padahal baru di buat tulisan panjang di Majalah Tempo bahwa KH Ma'ruf Amin itu nyatanya menjadi beban bagi pasangan Capresnya, Jokowi. Maksud meraih dukungan dari umat Islam malah "dibanting-banting" oleh umat Islam. Karena sebagai ulama nyatanya lemah dalam melakukan manuver politik. Memang bukan bidang dan keahlian KH Ma'ruf Amin. Sungguh memprihatinkan jadinya.

Sejak awal dipilih untuk menjadi cawapres pasangan Jokowi sudah ramai komentar ketidaktepatan pilihan. Prof Mahfud yang dinilai lebih layak tersingkir oleh rayuan atau tekanan. Sosok tua Ketum MUI tidak fit untuk bertarung di kancah kompetisi politik yang keras. Keulamaannya terus merosot dalam pencitraannya.

Orang menilai sebagai ulama yang tergoda kekuasaan dunia ia tidak mengukur pada kemampuan dan keahlian. Intinya pasangan petahana ini diambang kebangkrutan suara dan kekalahan.

Di samping faktor Ma'ruf Amin yang semakin belepotan, Jokowi pun redup pula cahayanya. Tak punya daya tarik yang menonjol, yang ada selalu salah langkah. Hal ini dikarenakan modal utama yang dibangun hanya pencitraan dan bukan kualitas atau kapabilitas.

Dalam waktu yang semakin pendek tidak nampak perubahan strategi pemenangan. Yang terjadi adalah penggunaan jurus "Cina Mabuk" tubruk sana tubruk sini. Soal baca Qur'an dan wudhu, soal keluarga, soal "penculikan" yang tidak relevan dengan isu besar pemilihan Presiden dan Wakil Prediden. Tidak fokus dan mudah dibantah serta dilakukan serangan balik.

Kini persiapan debat antara kedua pasangan tengah disiapkan. Melihat cara menjawab pertanyaan wartawan selama ini, wajar jika agak panik pasangan ini menghadapinya. Sampai sampai ada isu KPU akan membatalkan agenda penyampaian visi dan misi. Opsi yang tampil dan menyampaikan adalah Timses mendapat penolakan keras. Rakyat kelak akan memilih kandidat, bukan tim sukses.

Berbeda tingkat kepercayaan diri saat Pilpres 2014 ketika pasangan Jokowi adalah JK yang pengusaha, pernah menjadi Ketua Umum Partai, serta berpengalaman sebagai Wapres. Kelemahan Jokowi dapat ditutupi oleh kapasitas seorang Jusuf Kalla.

Bagi pasangan Prabowo-Sandi sesi debat menjadi momentum bagus untuk meraih simpati dan kepercayaan publik. Keduanya memiliki modal sosial dan intelektual yang cukup. Apalagi jika pasangan lawan dalam keadaan belepotan.

Akal sehat untuk Pilpres 2019 ini yang layak dipercaya sebagai Presiden dan Wakil Presiden adalah Prabowo-Sandi. Ada harapan perbaikan kinerja dalam memimpin Negara. Lebih fit untuk menggerakkan roda pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Menutup lubang yang disebabkan kegagalan Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Saatnya kita buktikan akal sehat dapat memenangkan pertarungan. Bukan fanatisme atau kepentingan-kepentingan pendek serta politik wayang yang menang. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version