View Full Version
Senin, 14 Jan 2019

Kenali Sistem Islam agar Tak Salah Berjuang

Oleh: Wardah Abeedah

Al-Islamu ya’lu wa laa yu’la alaihi. Islam itu tinggi dan tak ada yang lebih tinggi darinya,” kata Ustadzah Nauroh Alifah dalam forum diskusi di Jember Ahad (6/1/2019). Kalimah hikmah tersebut beliau kutip untuk menjelaskan bahwa jalan satu-satunya menuju perubahan hakiki Indonesia adalah dengan menerapkan sistem Islam.

“Perlu dipersiapkan faktor-faktor agar perubahan tak jalan di tempat. Pertama, yang harus diganti adalah rezimnya. Sepakat?” tanyanya. Sontak para peserta kompak menjawab, “Sepakaat!”

“Tapi apakah ganti rezim saja sudah cukup untuk menciptakan perubahan? Jika itu cukup, maka dulu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ditawari kekuasaan oleh Kaum Qurays, pasti akan menerima. Tapi rasul menjawab, “Andai kau meletakkan matahari di tangan kananku, bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini (dakwah), maka aku tak akan meninggalkannya.”

Ustadzah Alifah kemudian menjelaskan bahwa pemimpin baik saja tidak cukup sebagaimana yang sudah dialami negeri ini dan yang terjadi di timur tengah pada peristiwa Arab Spring. Dimana perubahan yang dituntut umat hanya berhasil mengganti rezim namun pada faktanya tak terjadi perbaikan setelahnya.

“Kedua, kita butuh perubahan sistem. Dari sistem kapitalisme yang dzalim dan menyengsarakan menuju sistem Islam. Siatem Islam inilah yang dalam Islam disebut syariah, khilafah. Rezimnya disebut khalifah”, lanjutnya. Beliau juga menjelaskan bahwa menerapkan syariah dan khilafah merupakan wujud ketaatan kita sebagai hamba Allah. Karena Allah lebih tahu dan maha tahu terhadap apa yang terbaik bagi manusia. Perintah untuk mentaati semua syariah Islam secara kaffah beliau kutip dari surat Al-Maidah 60.

Tak hanya itu, Ustadzah Alifah juga menjelaskan bahwa saat ini sengaja dimunculkan isyu-isyu agar umat Islam takut dengan sistem Islam atau khilafah. Dibuatlah khilafah KW yang diopinikan dzalim, kejam dan berdarah-darah. Hal ini dilakukan agar umat terus mau dijajah oleh ideology kapitalisme. “Agar tak tertipu dengan ditakut-takuti sistem SIlam KW, maka kita harus mengenal ciri-ciri sistem Islam yang asli”, ujarnya.

Muballighah ini kemudian menyebutkan empat ciri sistem Islam. Pertama dari segi kepemimpinan, ia dipimpin oleh seorang khalifah yang memenuhi syarat in’iqad (muslim, laki-laki, dewasa, berakal, adil dan mampu memikul beban dan tugas negara). Kedua, dari segi wilayah, batas territorial tidak statis, namun berkembang dengan dengan dakwah dan jihad. Di dalamnya diterapkan syariah Islam dan dijaga oleh militer Islam. Ketiga, diterapkan aturan Islam yang berpijak pada Alquran dan As-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Terakhir, keamanan di dalam negeri dan penjagaan batas wilayah khilafah dijaga oleh militer Islam di bawah kepemimpinan khalifah.

Selanjutnya tak kurang seratus peserta dibuat hanyut dalam jejak sirah (sejarah) khilafah Islamiyah pertama dahulu. Bagaimana sosok khalifah dan rezim pada masa itu adalah pemimpin yang kapabel dan bukannya menyusahkan rakyat. Menjaga harta rakyat bukan justru menjualnya untuk kepentingan penjajah sebagaimana sosok Khulafaur Rasyidin dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berhasil membuat taraf hidup rakyatnya super sejahtera. Beliau juga memberikan gambaran bagaimana gemilangnya peradaban Islam di masa diterapkannya sistem Islam (khilafah Islam).

“Jika ingin negeri kita ini kuat, aman, sejahtera, mandiri dan berdaulat, jawabannya pasti hanyalah dengan menerapkan sistem Islam.  Ini adalah sebuah kepastian dan janji dari Allah. Bukan janji dari capres”, tutupnya. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version