View Full Version
Selasa, 22 Jan 2019

Visi yang Dipertanyakan

Oleh: M Rizal Fadillah

Berbeda dengan Prabowo Sandi yang secara tegas menuangkan pada Visi landasan ideologisnya Pancasila dan UUD 1945, maka rumusan Visi Jokowi Ma'ruf landasan ideologisnya adalah "Gotong Royong".

Adapun kalimat lengkapnya "Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong". Visi adalah gambaran arah perjuangan.

Sekilas Visi pasangan Jokowi Ma'ruf ini biasa-biasa saja. Akan tetapi bila dicermati ada hal mendasar yang bisa dipertanyakan, terutama pada narasi "berlandaskan gotong royong". Ada dua mata pisau yang sama sama tajam. Pertama gotong royong adalah kerja bersama semua eksponen bangsa.

Kedua gotong royong adalah sila ideologi yang berakar pada sejarah bangsa. Gotong royong adalah sila "perasan" gagasan Soekarno yang disebut Ekasila sebagai opsi lain dari Pancasila. Jika dipermukaan makna yang dimaksud adalah yang pertama dan "hidden vision" nya adalah makna yang kedua, maka Visi pasangan ini menjadi tidak "clear" dan menjadi perlu diwaspadai.

Sayang penyampaian Visi dan Misi dibatalkan oleh KPU sehingga ruang klarifikasi di depan publik menjadi hilang pula.

Soekarno dalam pidato BPUPKI menyatakan "Jikalau saja peras jang lima menjadi tiga dan jang tiga menjadi satu, maka dapatlah saja satu perkataan Indonesia jang tulen, yaitu perkataan "gotong rojong". Negara Indonesia jang kita dirikan haruslah negara gotong rojong ! Alangkah hebatnja ! Negara gotong rojong !". Inilah Ekasila itu.

Substansi gotong royong adalah kerjasama seluruh elemen bangsa. Menuju perwujudan tujuan nasional. Memaksimalkan keterlibatan banyak pihak tentu bagus. Akan tetapi disinilah pertanyaan itu muncul. Adakah filter kerjasama itu?

Landasan ideologis Pancasila dan UUD 1945 itulah yang seharusnya menjadi kontrol keterlibatan komponen untuk "bergotong royong". Dahulu di masa Orde Lama gotong royong dinilai kebablasan. "Nasakom" adalah upaya membangun kebersamaan antara kelompok Nasionalis, Agama, dan Komunis. Nasakom adalah gotong royong yang salah kaprah. Akibatnya percobaan kudeta terjadi. Kita semua faham bahwa watak Komunis itu berkhianat. Sejarah mencatat pengkhianatan kelompok komunis ini. Beberapa kali.

Visi Jokowi Ma'ruf yang berbasis "gotong royong" yang dipublikasikan perlu mendapat "warning". Kita mesti mencegah terjadinya gotong royong dengan kelompok sekuler liberal, faham agama sesat, dan Komunis. "gotong royong" jangan menjadi pintu masuk bagi penyusup yang memanfaatkan pilpres dan otoritas politik untuk melemahkan dan mendegradasikan nilai keagamaan umat Islam. Karena hal itu sama artinya dengan melemahkan Negara Republik Indonesia itu sendiri. Ini berbahaya, apalagi jika "gotong royong " itu adalah ideologi wujud "baru" dari gagasan dahulu "Ekasila".

Harapan kita pemimpin bangsa tetap konsisten terhadap visi Indonesia yang berorientasi ke depan. Jangan membuka celah membangun negara dengan filosofi lama. Sebab hal demikian akan menjadi cermin dari kemunduran ideologis. Ideologi Orde Lama.

Jangan bangkitkan semangat gotong royong model Nasakom lagi! [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version