View Full Version
Rabu, 30 Jan 2019

Malapetaka Pejabat Negara Tak Bersyakhsiyah Islam

Sahabat VOA-Islam... 

Mengemban amanah sebagai pejabat negara bukanlah perkara mudah. Sebab setiap ucapan yang terlontar baik atau buruknya akan senantiasa diingat oleh rakyat. Lebih dari itu kelalaian dan ketidakpedulian terhadap tanggung jawab yang diberikan adalah sebuah kesalahan besar bagi seorang pejabat negara.

Namun faktanya kini banyak dari pejabat negeri kita yang bahkan dengan gampang melontarkan kata-kata dusta, kasar dan bahkan seringkali mengecewakan rakyat. Sebagaimana yang baru-baru ini terjadi, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita yang menyebut dodol garut cepat bulukan lantaran menggunakan gula lokal. Pernyataan Mendag tersebut menuai kritik dari pengusaha dodol yang menilai ucapan tersebut tak berdasar.

“Kami tetap mencintai produk lokal, karena kualitas gula lokal jauh lebih baik ketimbang impor. Tapi kalau pakai gula lokal justru lebih lama daya tahannya lima sampai enam bulan tanpa pengawet” kata H. Ato Hermanto, pengusaha Dodol Picnic Garut, Jawa Barat (Trubus.id 21/01/19).

Pernyataan mengecewakan juga disampaikan Menteri Polhukam, Wiranto saat Apel Siaga Pengawas Pemilu “Jangan pilih pemimpin yang berengsek. Kalau pemimpinnya berengsek, negaranya juga nanti jadi berengsek” (Detiknews 21/01/19).

Entah kepada paslon nomor berapa kalimat itu ditujukan, namun pernyataan tersebut sungguh tak elok diucapkan oleh seorang pejabat negara. Sebab penggunaan kata “Berengsek” cenderung menyerang pribadi orangnya, bukan mengkritisi kinerja atau track recordnya.

Kasus serupa juga pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Beberapa kali para menteri kita memberikan solusi yang tidak bijak terhadap berbagai problem negeri ini. Harga daging mahal, Mentan: “Coba beralih ke keong sawah” (okezone.com 04/12/17). Harga cabai rawit merah Rp 90.000/kg, Mendag: “Tanam sendiri di rumah” (detik.com).

Mendag soal harga bawang putih mahal “Tak usah makan bawang” (merdeka.com). Harga beras mahal, Menteri puan minta orang miskin diet dan tak banyak makan (merdeka.com).

Ada apa dengan para pejabat negeri ini? Tentu hal ini tak lepas dari ‘aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap) dari individu tersebut. Sebab syakhsiyah (kepribadian) pada setiap manusia terbentuk oleh kedua hal tersebut, bukan yang lain seperti bentuk tubuh, wajah, dsb. Karena semua itu hanyalah penampakan lahiriah semata.

‘Aqliyah adalah cara yang digunakan untuk memikirkan sesuatu, yakni cara mengeluarkan keputusan hukum tentang sesuatu berdasarkan kaidah tertentu yang diimani dan diyakini seseorang. Sedangkan nafsiyah adalah cara yang digunakan seseorang untuk memenuhi tuntutan gharizah (naluri) dan hajat al-‘adhawiyah (kebutuhan jasmani), yakni upaya memenuhi tuntutan tersebut berdasarkan kaidah yang diimani dan diyakininya (Buku Pilar-pilar pengokoh nafsiyah hal. 9-10).

Oleh karena itu antara ‘aqliyah dan nafsiyah keduanya saling berkaitan. Sebab setiap ucapan atau tindakan yang dilakukan akan sangat dipengaruhi oleh pola pikir. Begitu pula sebaliknya setiap pemikiran akan menentukan sikap atau tindakan yang akan dilakukan.

Sementara itu kepribadian islami hanya akan dimiliki oleh individu dengan pola pikir dan pola sikap yang bersumber dari Islam. Sehingga sekalipun seseorang tersebut beragama Islam tapi mengambil pemikiran dari selain Islam maka kepribadiannya bukan Islam. Sehingga wajar jika didapati seorang muslim yang lisannya mudah sekali berkata dusta, kasar, dsb. Sebab Ia telah menjadikan pemikiran selain Islam sebagai pijakan dalam bertindak.

Islam mendasari segala sesuatu atas dasar perintah dan larangan Allah Swt, sehingga kaum muslim yang menyadari akan hal tersebut tentu tak akan sembarangan dalam berbuat. Sebab Ia paham betul konsekuensi yang akan ditanggungnya.

Sementara pemikiran selain Islam seperti kapitalis yang mendasari setiapperbuatannya karena asas manfaat atau untung rugi, tentu tak akan peduli dengan setiap perbuatan yang dilakukan. Kecuali jika itu dapat mendatangkan keuntungan bagi pribadinya. Begitu pula dengan komunis yang bahkan sama sekali tak mempercayai keberadaan pencipta dalam kehidupan, sehingga setiap perbuatan hanya dilakukan karena dorongan nafsu semata.

Oleh karena itu sudah seharusnya bagi setiap muslim untuk mencampakkan setiap pemikiran bathil dan menggantinya dengan pemikiran Islam, agar keislaman itu tak hanya melekat pada identitasnya saja namun melekat pula pada pribadinya. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Sri Wahyuni S.Pd, Anggota Komunitas K-BTS 


latestnews

View Full Version