Oleh: M Rizal Fadillah
"Tukang bohong...tukang bohong..tukang bohong ..!" begitu diantaranya yel-yel pendukung Jokowi saat debat kedua. Merenung sejenak, mengapa pendukung Jokowi memilih yel yang ironis, dramatis, dan sarkastis seperti itu.
Tentu itu ditujukan pada Prabowo. Aneh biasanya yel yel acara seperti ini memberi simbol diri untuk menyemangati yang didukung. Semua tahu yang selama ini diposisikan tukang bohong itu justru Jokowi, bukan Prabowo. Nyinyiran pendukung Jokowi soal bohong pada Prabowo hanya mampu berkaitan dengan kasus Sarumpaet dan kontainer surat suara.
Keduanya tidak relevan dituduhkan pada Prabowo. Soal Sarumpaet yang bohong Ratna sendiri sedang Prabowo korban curhat si pembohong. Begitu juga kasus kontainer siapa pembuat berita bohong nya. Tidak jelas. Tak ada secuil pun indikasi Prabowo bohong.
"Tukang bohong....tukang bohong...tukang bohong..!" ternyata terbukti di arena debat. Banyak data yang dikemukakan Jokowi tidak benar alias bohong. Jawaban lancar pun indikasi "bohong" pula karena diduga panduan "joki" lewat alat pendengar. Jadi yel itu tidak salah untuk memberi spirit pada Jokowi "Tukang bohong...tukang bohong..tukang bohong !". Keanehan sekaligus "ayat" ini tak bisa diabaikan. Mengapa lidah lidah pendukung Jokowi berteriak seperti itu. Sungguh hal ini tak masuk akal. Ada sesuatu dibaliknya, kekuatan Ilahi. Sinyal makin kuat "He's liar..!"
Islam menggolongkan pembohong itu sebagai "munafiquun" kelompok yang diterangkan sebagai manusia buruk calon "ahlun naar". Dalam QS Ashaff pendusta dimarahi Allah "kaburo maktan 'indallah". Pepatah atau peribahasa menyatakan "sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya". Tak ada nilai apapun yang menganggap berbohong itu bagus.
Agama, nilai moral, nilai sosial, ataupun nilai hukum. Berbohong kadang dimaklumi jika berkaitan dengan keterpaksaan dan ketidakberdayaan. Politik bohong dikenal untuk masyarakat atheis karena mereka menghalalkan segala cara. Tidak takut Tuhan. Jika menyebut takut itu pun bohong.
Ciri gerakan dan perjuangan politik komunis adalah menghancurkan keyakinan, menggoda dengan isu materi, dan menciptakan kultur bohong. Satu dengan yang lain menjadi saling tak mempercayai. Komunis menyusup, mengadu domba, merapat pada kekuasaan, dan mencoba kup ketika kuat. Kultur bohong adalah fase dari agendanya. "Tukang bohong..tukang bohong...tukang bohong..!".
Pemimpin harus menjauhi watak bohong, karena itu dinilai melecehkan rakyat. Rakyat mesti melakukan pilihan cerdas dan tidak suka dibohongi oleh pemimpin yang sudah tak malu berbohong, suka ngeles, atau bermain dengan kata kata.
Rakyat yang baik akan memilih orang yang baik. Rakyat cerdas memilih orang yang menghargai kecerdasan. Rakyat yang marah kepada pemimpin yang suka bohong harus berani meneriakkan dengan serempak "Tukang bohong...tukang bohong...tukang bohong...!".
Cape dech