Oleh: M Rizal Fadillah
Fir'aun dikenal sebagai raja yang kejam dan merasa sangat berkuasa. Saking berkuasanya ia mempertuhankan dirinya. Semua tunduk dan patuh pada perintahnya. Menentang atau melawan nyawa taruhannya. Fir'aun gemar membangun fisik negeri (dzil autad).
Infrastruktur adalah andalannya. Popularitas tinggi, hampir semua mengenalnya dulu dan sekarang. Kekuasaan yang diduga tanpa batas, ternyata berbatas juga. Tak ada yang langgeng. Kekuasaannya tenggelamkan disaat mengejar dan hendak menghabisi "lawan politik" nya yang awalnya dilecehkan kemudian ditakutinya, Musa As.
Qur'an mengingatkan karakter buruk raja yang sewenang-wenang, memecah belah rakyat, melakukan politik belah bambu, membunuh jiwa laki laki, membiarkan ketakberdayaan perempuan, dan merusak tatanan. Dukun mengelilingi. Dengan ini menakut-nakuti semua pembangkang. Ketika sihir kalah oleh mu'jizat, maka orang lingkaran dekatnya itu disingkirkan juga. Fir'aun adalah sang tuhan yang penakut. Takut dikalahkan.
Di samping sebagaimana dikenal sebagaimana di atas, satu hal yang sering tak terlihat sebenarnya Fir'aun ini adalah tukang bohong atau raja hoax. Hal ini dapat terlihat dari berbohong bahwa dirinya tuhan, kemudian menyatakan bahwa Musa adalah tukang bohong, lalu melegalisasi kebijakannya dengan menyatakan gerakan Musa itu merusak, radikal, serta hendak mengganti sistem.
Fir'aun menyatakan dirinya pembela "agama". Semua kebohongan itu dilakukan untuk mempengaruhi rakyatnya agar Fir'aun tetap berkuasa dan rakyat tidak terpengaruh oleh gerakan radikal Musa.
Menuduh hoax adalah karakter raja hoax. Fir'aun menyebarkan berita dirinya tak bisa ditandingi dan berita berita tentang dirinya adalah bohong. Musa adalah penyebar hoax (minal kaadzibiin). Karakter menuduh lawan sebagai pembohong juga pernah dilakukan oleh abul hakam (bapak yang bijaksana) yang tak lain adalah Abu Jahal musuh Islam.
Ketika mati di perang Badar, Nabi menyebut inilah Fir'aun jaman sekarang. Abu Jahal dan kaum musyrikin menuduh Nabi sebagai pendusta, membawa ajaran sesat dan harus dihancurkan. Justru akhirnya dirinyalah yang hancur.
Fir'aun selalu hadir di setiap jaman. Penguasa itu penakut sebenarnya. Takut turun dari kekuasaan. Bukan hanya nikmat berada di singgasana kekuasaan, tapi takut perilaku buruk selama berkuasa dibalas atau dikenakan sanksi setelah turun.
Hukuman selalu membayang. Karenanya dengan segala cara dilakukan upaya mempertahankan. Untuk mendapat simpati maka oposisi dilemahkan. Salah satu kesukaan penguasa adalah propaganda bahwa lawan politik itu adalah penyebar hoax.
Bila kartu ini sudah dikeluarkan, maka sebenarnya itu adalah pertanda sang penguasa sedang panik menghadapi keruntuhan kekuasaannya. Hitungannya semakin pendek.
Seperti orang sekarat, segala akan dilakukan. Fir'aun pun menjadi jujur saat tenggelam. Beriman pada Tuhan nya Musa. Tapi semua terlambat. "maa aghna anni maaliyah, halaka anni sulthooniyah"--tidak berguna kekayaanku, telah hilang kekuasaanku--(QS Al Haqaah 28-29).