View Full Version
Jum'at, 22 Mar 2019

Teroris Itu Menyibak Tabir Kelam Umat Islam

Oleh: Isna Yuli (Woman Movement Institute)

Kejadian penembakan dalam masjid yang terjadi di New Zealand (NZ) membuka mata hati banyak pihak. Yang pertama mereka masyarakat dunia, sesaat setelah video unggahan teroris Brenton Tarrant menyebar melalui media sosial, dunia mengutuk kejadian terorisme tak berprikemanusiaan tersebut.

Setidaknya ada 10 negara besar yang menyatakan belasungkawa atas kejadian NZ, sekaligus menekankan bahwa mereka (teroris) tidak memiliki agama.

Yang kedua adalah masyarakat NZ khususnya, pasca kejadian tersebut, dengan lantang sang PM Jacinda Ardern dalam pernyataannya mengecam penembakan brutal itu sebagai 'serangan teroris'. Begitu juga dengan masyarakat NZ sendiri, mereka dengan sukarela memberikan perlindungan kepada kaum muslim saat melaksanakan ibadah di masjid-masjid. Dan hal ini pula yang menjadikan banyak diantara mereka membuka diri dengan mempelajari Islam.

Pihak ketiga yang semakin terbuka seharusnya umat Islam sendiri, mengapa demikian? Hal ini banyak yang tidak meyadari bahwa dibalik aksi penembakan Tarrant tersebut berasal dari dendam kesumat serta terinspirasi oleh teroris-teroris sebelumnya yang juga berhasil membantai kaum muslim sejak adanya Daulah Islam (Ottoman) hingga saat ini. Hal ini terbukti dari tulisan yang terdapat pada beberapa senjata yang digunakan Brenton beraksi di NZ.

Liputan6 dalam rilisnya menyuguhkan kutipan dari Sydney Morning Herald tentang arti sejarah dari nama-nama yang terdapat dalam senjata Tarrant. Salah satunya Milos Obilic, seorang ksatria yang menonjol dalam Pertempuran Kosovo 1389 melawan Kekaisaran Ottoman yang adidaya saat itu.

Obilic bahkan disebut-sebut sebagai pembunuh Sultan Ottoman, Murad I. Bajo Pivljanin dan Novak Vujosevic, jenderal Montenegro, Marko Miljanov. Dan masih banyak nama nama yang dituliskannnya, semuanya adalah pemimpin pemberontakan melawan institusi Islam masa itu yang dikenal dengan Ottoman. Ia juga menulis '1571', yang merujuk pada Pertempuran Lepanto di mana Ottoman juga menderita kekalahan.

Runtuhnya institusi Islam yang agung bukan hanya dikarenakan oleh pemberontakan kelompok-kelompok teroris saja. Namun ada banyak hal yang membuat institusi Islam tersebut akhhirnya runtuh tepat 95 tahun yang lalu. Sejak saat itu Umat Islam tidak lagi memiliki perisai dan benteng dalam menghadapi serangan fisik maupun hinaan dari orang-orang kafir.

Saat darah umat Islam di berbagai belahan dunia dengan mudah tertumpah, akar dari semua kekejaman ini adalah ketika perisai umat Islam diruntuhkan. Saat ini dunia Islam terpecah belah tanpa ada yang mempersatukan. Umat rindu dengan Khilafah yang merupakan institusi kenegaraan Islam, yang menaungi umat Islam selama berabad-abad, melindungi setiap tetes darah kaum muslim.

Salah satu contoh bagaimana Khilafah melindungi kehormatan umat Islam adalah kejadian pada tahun 223H, ketika seorang muslimah dilecehkan (dibuka auratnya didepan umum), dia memenggil khalifah Mu’tasim, Mu’tasim menjawab panggilannya dengan mengirimkan pasukan, dan berhasil menumpas mereka yang menodai kehormatan kaum muslim.

Jika seorang Tarrant saja memiliki ambisi yang besar terhadap rekan mereka dalam memusihi Islam dan institusinya. Maka kita, sebagai umat Islam wajib memiliki ambisi lebih besar untuk mengembalikan lagi perisai umat, isntitusi Islam yang mampu menyatukan kaum muslim, melindungi seluruh darah dan kehormatan Islam dalam perisainya.

Sejarah kegelapan umat Islam saat ini telah mengoyak seluruh tubuh umat Islam. Kegemilangan dan adidayanya institusi islam dimasa lalu banyak diputarbalikkan oleh barat sebagai the darkness,  seolah-olah masa itu adalah masa kegelapan bagi semua pihak.

Kenyataan sebenarnya masa itu adalah masa kegemilangan Islam dan kegelapan bagi Barat. Hingga saat ini mereka gigih mengupayakan untuk melakukan segala cara untuk menghalangi tegaknya kembali Khilafah (perisai dan pelindung) umat Islam. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version