View Full Version
Jum'at, 29 Mar 2019

Dukun Politik

Oleh: M Rizal Fadillah

Pemilu serentak baik Pilpres maupun Pileg membangun kompetisi antar kontestan. Jabatan dan kekuasaan adalah kejaran politik. Selalu saja ada kisah menarik yang bisa ditarik.

Berjuang dengan segala upaya demi target tercapai. Ada usaha rasional ada pula dibarengi dengan upaya spiritual. Spiritualitas yang positif melalui ikhtiar keagamaan seperti peningkatan kualitas ibadah serta do'a. Sedangkan yang berbahaya adalah jalur mistik-mistik atau perdukunan.

Dukun marak di tengah pergulatan politik. Sebutan baginya kini adalah paranormal atau "orang pintar". Tidak sedikit yang mendekat atau tergantung padanya.

Dahulu dukun itu berbaju hitam, bermantera dan bermenyan di lokasi yang bersuasana seram. Kini banyak yang berdandan rapi, berbaju dasi, dan berpeci. Lokasi "konsultasi" di ruang publik atau di hotel. Nuansa lebih familier dan interaktif. Tapi tetap berbayar tergantung kebutuhan. Promosi jabatan dan lolos dari ancaman hukum tentu lebih mahal harga untuk nasehat dan resep nya.

Rosulullah SAW menyatakan kafir bagi mereka yang percaya dukun. "Barang siapa datang kepada dukun, lalu mempercayai ucapannya maka ia telah kafir terhadap apa yang dihukumkan Muhammad" (HR Abu Dawud dan Ahli Sunan yang empat, dishahihkan oleh Hakim).

Dukun itu penyampai seratus kebohongan, sesuai hadits Bukhori Muslim "Sesungguhnya Malaikat turun dari lagit dan menyebut perkara yang diputuskan langit. Kemudian Jin mencuri dengan mendengarkan lalu menyampaikan kepada para dukun, padahal berita itu telah dicampur dengan seratus kebohongan dari Jin itu sendiri".

Informasi 'mistik' itu merupakan seratus kebohongan. Jin adalah pembawa berita bohong yang diinfokan kepada manusia yang percaya dan tertipu. Sumber hoaks adalah Jin. 

Uniknya Qur'an Surat An Naas mengingatkan yang suka berbisik, termasuk bisikan hoaks, ternyata "minal jinnati wan naas" manusia dan jin. Maka bercampurlan antara Jin dan manusia para pembohong.

Kini para peramal politik berperan seperti dukun yang berbisik bisik soal kebohongan (hoaks). Termasuk yang aktual adalah lembaga suvey yang benar atau abal abal. Yang benar adalah yang jujur dengan angka akurat.

Bertanggung jawab demi kebaikan publik. Yang abal abal adalah yang hasil survey dicampur dengan seratus kebohongan. Lembaga survey bayaran yang isi tergantung pesanan. Inilah dukun peramal masa depan dengan hitungan "oplosan".

Inilah dukun politik berdasi itu. Kita berlindung kepada Allah dari "yuwaswisu fie suduurinnas" yang mencoba mempengaruhi keyakinan manusia dengan ramalan yang mengecohkan. Dukun politik ini hakekatnya adalah musuh masyarakat. Harus diberi sanksi dan bila perlu dieliminasi. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version