Oleh: M Rizal Fadillah
Aneh dan keterlaluan sekelas Hendropriyono mantan Ka BIN menyatakan pertarungan Pilpres sekarang bukan antara kubu Jokowi dengan kubu Prabowo melainkan pertarungan ideologi Pancasila melawan ideologi Khilafah.
Bagaimana ideologi khilafah dibawa bawa, bukankah HTI yang memperjuangkan ideologi Khilafah sudah dibubarkan? Adapun organisasi politik maupun organisasi kemasyarakatan Islam atau lembaga-lembaga da'wah yang ada sama sekali tak ada yang berafiliasi pada HTI dan tidak teridentifikasi memperjuangkan ideologi Khilafah. Lalu Hendro nyatakan pendukung Prabowo adalah anti Pancasila karena berjuang demi ideologi Khilafah. Gila pisan.
Stigmatisasi vulgar demi pemenangan Jokowi menggambarkan kepanikan betapa semakin merosotnya kepercayaan publik terhadap Jokowi yang dengan segala cara ingin tetap menjadi Presiden. Elektabilitas yang rendah dan simpati yang meluncur ke bawah menggelisahkan dan membuat tertekan orang lingkaran inti dan pendukung-pendukungnya.
Kecurangan yang mungkin disiapkan ternyata terbongkar satu persatu. Peristiwa 2014 yang juga disinyalir tak bersih telah diendus dan dipelajari kisi kisi kerawanannya. Kubu Jokowi semakin frustrasi.
Ungkapan tokoh-tokoh utama seperti Luhut dan Hendro menggambarkan ketakutan yang mendalam. Orang-orang di belakang Presiden ini "keluar" dengan kepucatan dan keputusasaan. Masa depan gelap bagi diri, keturunan, dan usaha-usahanya. Kemenangan Prabowo Sandi menjadi mimpi buruk. Tak ada malam yang tidak dihinggapi insomnia.
Dalam film perang "Dunkirk" tentara yang terkepung dan menghadapi gempuran tembakan udara tak mampu melawan dan dengan putus asa menembak kesana kesini. Meski diarahkan ke pesawat, namun tembakan itu mustahil dapat menjatuhkan. Realitanya pasukan itu terbantai kecuali sedikit termasuk pemeran utamanya Harry Styles yang bermain cemerlang. Luhut dan Hendro dalam posisi menembak kesana kesini. Tak ajeg lagi berdiri dalam kesiapan kompetisi. Jagonya bakal kalah.
Stigmatisasi Ideologi Khilafah bagi pendukung Prabowo ditertawakan. Prabowo Sandi tidak sedikitpun tercitrakan berjuang untuk Khilafah. Semua berfikir tentang demokrasi yang sehat, kompetisi yang fair, serta penyelenggaraan yang jujur dan adil. Itu saja. Kalah menang bagi Prabowo hal biasa.
Kalah sudah berkali kali. Kini di samping dituduh oleh sejawat tentaranya Wiranto, Luhut, dan Hendro juga terus disudutkan aspek integritas ideologinya. Mereka fikir hanya dengan menciprakan hantuJokowi bisa menang. Masyarakat harus dibuat takut. Tapi nyatanya itu publik bukan menjadi takut malahan tertawa terpingkal pingkal sampai sakit perut. Ah betapa bodohnya Hendropriyono.
"Hantu" HTI dengan ideologi Khilafah seolah hendak diciptakan setara Al Qaida dan ISIS. Sebagai permainan yang secara tak langsung menyudutkan Islam ini dinilai sangat membahayakan bagi kesatuan dan persatuan bangsa. Hendro mencoba untuk memecah belah bangsa dan umat Islam. Ini pekerjaan penghianat negara.
Tapi ya sudahlah, yang jelas fikiran gila seperti ini wujud dari kondisi panik saja. Bagai orang menghadapi sakaratul maut menjelang kematian. Luar biasa beban dan ketakutan menghadapi alam pertanggungjaban dosa-dosa yang telah dikerjakan. Mestinya banyak beristighfar dan bertaubat. [syahid/voa-islam.com]