View Full Version
Sabtu, 13 Apr 2019

Orang Berakal InsyaAllah Paham Bedanya

Oleh: Anita Wardhani Muntilan

Bismillah. Saya ingin merangkum poin catatan yang saya kumpulkan selama beberapa waktu terakhir ini. Hari ini kampanye terakhir. Di kampung halaman kami, show force kampanye pawai motor 01 benar-benar pol-polan, lebih nggilani dibanding hari-hari sebelumnya.

Semakin membuka mata kami, ooh seperti ini yang namanya menjaga dan merawat kebhinnekaan? PKB yang konon dinahkodai para ulama (ahli agama!) turut bersama kaum abangan dan sejenisnya berkeliling kota sepanjang hari sama sekali tanpa jeda! Kapan sholatnya? Ah itu urusan nanti, yang penting harus inklusif.

Ntar sholat bisa dirapel sekaligus dhuhur-ashar-maghrib-isya’. Nggak usah pakai mikir, lupakan saja dulu urusan agama dan ibadah. Kan toleransi. Hahahaha.

Batin saya, “Rapel mbahmu! Kalau mendadak mati sebelum ashar bagaimana? Sekedar tahu saja, teman SMP saya (konon dia Islam!) pengagum fanatik si penista agama dan mati saat sedang ikut kampanye di jalanan. Syahid? Saya rasa tidak. Naudzubillah.

Salah seorang anak dan saudara-saudara saya beberapa kali berpapasan dengan pawai beginian. Kata mereka, nampak sekali bedanya. Kalau pawai 02 biasanya jika melewati sekolah, rumah sakit, tempat ibadah dan sebagainya, koordinator mereka langsung mengomandoi agar suara deru motor diminimalisir, sedangkan pawai 01 tidak kenal sama sekali adab seperti itu! Mereka tetap meraung-raungkan dengan sangat kerasnya deru motor mereka. Di manapun itu. Tak terkecuali saat melewati sekolah-sekolah yang sedang mengadakan ujian akhir, bahkan saat melewati rumah sakit sekalipun.

Masa bodoh! Ah, tetapi kami paham dan nrimo saja, gurunya saja kencing berlari, jauh dari adab apalagi murid-muridnya kan? Wis, sing waras ngalah wae. Lha di Yogyakarta yang notabene kota yang adhem ayem penuh kesantunan saja sang guru lupa adab itu berteriak-teriak akan melawan kok. Dan kita semua bingung karena tidak jelas siapa yang akan dilawannnya. Sampun mboten kaget, apapun ucapannya memang seringkali seolah telah disetting untuk membuat rakyat yang masih bernalar dan memiliki hati nurani geleng-geleng kepala.

Bedanya lagi, kata anak perempuan saya itu, kalau saat pulang dari sekolah dia berpapasan dengan para peserta pawai dari 02, seramai apapun dan sebanyak apapun pesertanya, nyantai saja dan tetap santun. Bahkan di antara mereka ada yang mau menyeberangkan ibu-ibu yang ingin melintas segala. Sangat berbeda jauh dengan kubu seberang (yang kata anak saya pula) wajah-wajah para peserta pawai seperti tidak sedang dalam keadaan 100% sadar, mata merah, tatapan meradang. Seram. Jalanan seolah milik mereka sendiri, ya mungkin karena pemimpin mereka telah membangun semuanya sendiri seperti Bandung Bondowoso itu.

Saya percaya ceritanya, karena anak-anak saya InsyaAllah bukan lahir dari keluarga koruptor dan pembohong. Bahkan saya dengar, ada ibu-ibu yang membawa bayi pun sampai turun dari kendaraannya lalu berjalan menyeberang karena motor pemboncengnya tidak diberi jalan sama sekali untuk melintas. Bagaimana jika anaknya sedang sekarat dan harus dibawa ke RS segera? Konon wajah ibu itu sangat panik. Para polisi pun tak kalah garang. Tadi anak saya pulang ujian seperti menahan lelah (atau takut? atau marah?) luarbiasa karena berpapasan lagi dengan kampanye sangar lagi.

Bedanya lagi, kampanye 02 di gedung maupun di lapangan atau stadion selalu membuat merinding karena rasa haru dan kebersamaan yang murni karena Lillahi Ta’ala berjuang bersama, sehingga tak terlalu penting hadirnya artis atau penyanyi di acaranya. Sedangkan kubu satunya? Anda paham sendiri lah. Duitnya banyak, mereka bisa undang siapa saja, bisa datangkan siapapun juga. Duitnya dari mana dan bagaimana nanti pertanggungjawabannya? Kita ber-wallahua’lam saja. Biarlah para Malaikat memakai hak eksklusif mereka untuk mencatat semuanya, sedetil-detilnya.

Bedanya lagi, kampanye 02 dihadiri para simpatisan yang benar-benar tanpa “dibeli” dan difasilitasi, sedangkan sebelah? Wallahua’lam lagi. Bedanya lagi, kampanye 02 tak pernah sekalipun dihantam angin puting beliung hingga hujan deras mengerikan dibarengi langit yang sontak gelap gulita sampai panggung roboh dan para pengikut kampanye sampai berteriak-teriak sambil berlarian karena ketakutan (dan mendadak terpaksa tidak inklusif dengan bertakbir! hahahaha…). Sedangkan sebelah? Sudah berkali-kali terjadi.

Bedanya lagi, baliho paslon 02 tak pernah menjatuhi pengendara sepeda motor tetapi paslon 01? Pernah dan malahan sampai dua kali. Sampai korbannya meninggal pula.

Bedanya lagi, dalam kampanye capres atau cawapres 02, belum pernah kejadian ada “BINTANG JATUH”, maksudnya “bintangnya acara” jatuh terjengkang di panggung gitu lhoh, tetapi 01 sampai berkali-kali ada yang Qodarullah dipermalukan seperti itu.

Bedanya lagi, 02 tak perlu mengumbar dusta untuk mencari simpati calon pemilih, sedangkan 01? Anda semua InsyaAllah sudah paham. Wallahua’lam.

Bedanya lagi, sebelah senang sekali menggodok isu negatif secara pribadi untuk menjatuhkan lawan dan juga sangat gemar mengklaim sebagai “Pahlawan Super” yang telah mampu membangun ini itu dan menutupi segala kebusukannya bersama para pengusungnya, memutar balik fakta, berbuat curang dan sangat tidak adil tetapi tetap dikuntit dengan sangat setia para pemuja yang sangat bertaklid buta dan sebagainya. Wallahua’lam, Semoga Allah melaknat dan menghancurkan semua orang dan khususnya para penguasa dzalim di negeri ini jika mereka tidak mau juga bertobat sebelum matinya. Semoga kelak seluruh rakyat sempat melihatnya. Aamiin.

Bedanya lagi, InsyaAllah terakhir yang ingin saya komentari. Kampanye Akbar di GBK 7 April penuh pemujaan kepada Sang Maha Pencipta dan memaksimalkan bermunajat memohon kemenangan kepada-Nya. Sedangkan GBK tanggal 13 April full hura-hura demi memenuhi hawa nafsu “inklusif” ala para pecinta dosa dan maksiat. Capres banyak meng-copas istilah yang sering dipakai kubu 02 dan cawapresnya hanya diberi waktu bicara sangat sedikit sekedar sebagai gong dalam sedikit doa yang “memaksa” Allah untuk mengabulkannya. Padahal acaranya full pelecehahan kepada syariat-Nya!

Kurang ajar sekali! Setelah sang kyai berdoa sedikit itu, dengan sangat noraknya seorang ustadz yang berkali-kali terkena kasus penipuan dengan usahanya tetapi selalu lolos dari jeratan hukum, mengajak hadirin bershalawat yang terkesan tanpa direncanakan, memaksakan diri dan bisa jadi malah akan menjadi blunder yang menuai kemarahan para tokoh yang sangat alergi dengan acara yang berbau “terlalu” Islami.

Tokoh-tokoh yang merasa paling toleran tetapi sesungguhnya pengidap Islamphobia kronis yang sangat perlu dikasihani. Lha wong kampanye yang dituduh tidak inklusif saja nyatanya sangat adhem ayem dan hadirin yang bukan Islam pun semua enjoy saja tanpa ada gesekan sedikitpun kok.

Tetapi apapun dan bagaimanapun sepakterjang mereka untuk menghina kita semua, sekarang kami telah belajar banyak dari Pak Prabowo dan Bang Sandi beserta jajaran terdepan pendukung beliau berdua yang mayoritas “super sabar”, para teladan yang telah memberi rakyat negeri ini cara bersabar tingkat tinggi. Terimakasih Bapak-bapak dan Ibu-ibu semuanya. Dulu seorang teman lama saya yang pintar pernah memberitahu saya kalimat ini “RENDAH HATI, MENINGGIKAN KUALITAS”. Jadi saya dan kami semua juga menjadi semakin paham bahwa memang benar TONG KOSONG NYARING BUNYINYA.

By the way, saya sangat salut kepada pembuat iklan JokMa yang sangat kreatif membuat iklan kartun atau animasi tentang dua orang jagoan beladiri melawan hoax(nya sendiri?). Sungguh bagus iklan tersebut karena berhasil membuat kami tertawa ngakak, salut salut salut. Tak terbayangkan jika bukan berupa animasi tetapi Mbah Cawapres harus akting sendiri seperti Jacky Chan, ampyuuun deeeh… bisa berserakan semua tulangnya.

Mohon maaf Mbah Kyai! Saya hanya guyon, mohon ijinkan rakyat sedikit tertawa geli setelah sepanjang hidup banyak menahan rasa nyeri.. Jangan dipersekusi. Jangan marah, Mbah Kyai tentu lebih paham lah bahwa marah itu dari setan bukan? Kami rakyat awam masih boleh marah lah kalau dibohongi dan didzalimi, tetapi kelasnya Mbah Kyai ya jangan lah. Malu kepada berbagai gelar dan jabatan yang pernah digenggam!

Dan untuk semua pendukung 02, sekarang tinggal kita tunggu hasil. Apakah akhirnya rakyat akan menang dalam sebuah pertarungan suara yang elegan dan jujur , ataukah kubu seberang yang akan tetap diberi-Nya istidroj dengan kemenangan “perang total” mereka?

Pesan saya kepada Bapak Prabowo dan Bang Sandiaga Uno dan siapapun yang mendukung beliau berdua, apapun dan bagaimanapun hasil Pilpres 17 April besok, tetap penuhi dada dengan rasa syukur dan kebesaran hati. Jangan merubah akhlak sedikitpun, tetaplah konsisten tidak pernah membalas apapun kedzaliman orang lain dan juga tetaplah berjuang untuk rakyat dengan segala potensi yang Anda miliki dan sepanjang memungkinkan untuk tetap dijalankan, meskipun berada di luar lingkup kekuasaan.

Ingatlah selalu janji dan sumpah Anda kepada Allah, kepada para ulama dan juga kepada seluruh rakyat Indonesia. Sebab bagi kami, tak terlalu penting hasil Pilpres nanti. Di hati kami, Pak Prabowo dan Bang Sandi sudah menang dan telah menjadi PRESIDEN DI HATI KAMI. ALLAHU AKBAR!!!

Jangan pernah tinggalkan kami, para emak-emak dan seluruh anak bangsa yang ingin menyelamatkan negeri tercinta ini bersama Anda berdua, jangan biarkan kami berjuang sendirian (lagi).  Hasbunallah wani’mal Wakiil. Ni’mal Maulaa wa ni’man Natsiir. Laahaula walaa quwwata ilaa billaah. ALHAMDULILLAH.

Salam Dua Jari di Dubai JJJ


latestnews

View Full Version