View Full Version
Sabtu, 13 Apr 2019

Garda Terdepan Politik Dan Agama

Oleh: Endang Setyowati

Tinggal menghitung hari, Indonesia akan bersama-sama melakukan pesta demokrasi. Dimana-mana banyak orang memperbincangkannya. Begitupun di media baik media cetak maupun dunia maya.

Karena isu-isu aktual dinamika demokrasi saat ini menjadi menu yang sangat renyah untuk diperbincangkan. Diperbincangkan oleh seluruh kalangan masyarakat mengenai tokoh agama dan ulama yang dengan secara terbuka ikut berkecimpung dalam dunia perpolitikan.

Memang selalu sangat menarik untuk didiskusikan. Karena ulama sesungguhnya merupakan panutan umat, yang salah satu instrumennya membawa kesejukan dan pencerahan bagi umat.

Tetapi saat ini, di alam demokrasi ada ulama yang tidak hanya mengurusi agama saja. Seperti dikutip Republika, co.id, (11/4/2019) Calon wakil presiden nomor urut 01,  KH Ma'ruf Amin mengatakan peran ulama sangat penting tidak hanya mengurus soal keagamaan. Tetapi juga berbangsa dan
bernegara.

"Memang, ada keinginan dari ulama agar tidak masuk ke dalam struktural pemerintahan. Namun, hal ini hanya akan memarjinalkan peran ulama di Indonesia," kata dia, Rabu (11/4).

Ulama memiliki kelebihan dibandingkan dengan individu atau kelompok masyarakat yang lain. Keunggulan dalam ilmu dan keunggulan beramal turut menjadikan seorang ulama menyandang status sebagai sosok yang selalu berusaha menyempurnakan diri bahkan berusaha untuk menyempurnakan orang lain.

Sosok ulama memang sangat identik dengan kharisma yang tinggi di kalangan umat, sebagai panutan. Ulama dalam islam memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagaimana yang Rosulullah sabdakan:

"Ulama adalah pewaris para nabi" (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahuanhu).

Hal demikian itu yang menjadikan peran para tokoh agama dan ulama menjadi sangatlah vital, mereka seringkali dikultuskan karena dianggap memiliki kedudukan yang tidak terjangkau terutama oleh kebanyakan umat yang awam.

Seorang ulama dengan segala kelebihannya bahkan betapapun kecil lingkup pengaruhnya masih diakui dan dipercaya oleh umat sebagai sosok yang ideal yang mungkin saja dapat mengindikasikan adanya kedudukan kultural ataupun struktural.

Kondisi ini yang kemudian sangat memungkinkan seorang ulama mampu memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan umat ataupun seluruh pengikutnya baik dalam bidang religiusitas, bahkan mungkin di persoalan ekonomi, politik dan sosial kemasyarakatan lainnya.

Belakangan ini, fenomena ulama yang kemudian terjun kedalam politik dan secara tidak langsung menjadikan seorang ulama sebagai aktor politisi menjadi hal yang sangat lumrah dan sah-sah saja dalam perundang-undangan.

Karena biasanya alasan yang sering digunakan adalah untuk membela dan menjaga agama. Apakah tidak cukup dengan menjaga konsistensi menegakkan nilai-nilai keagamaan seperti kedamaian, kerukunan keberagaman, keadilan serta persaudaraan?

Pada bagian inilah keterlibatan ulama dalam dunia perpolitikan seharusnya menjadi perhatian serius oleh semua elemen masyarakat, bahkan kalau seandainya boleh, perlu diberikan kritikan keras dalam rangka semata-mata ingin menjaga khittah para ulama dalam menjadikan agama sebagai sumber inspirasi bukan disintegrasi melalui celah-celah yang memungkinkan keduanya (agama-ulama) untuk dipolitisasi oleh oknum yang syarat akan kepentingan melalui kekuasaan lokal, daerah maupun nasional.

Semestinya, dalam kondisi kebangsaan yang sekarang ini sedang carut-marut. Umat sangat membutuhkan ulama yang siap menjaga jarak dengan kepentingan politik praktis. Sembari mengedepankan pandangan dan nasihat keagamaan yang mencerahkan. Serta ikut andil dalam mengawal tumbuhnya wacana pemikiran-pemikiran solutif bagi kalangan pemerintahan demi mewujudkan kedamaian.

Karena ulama adalah garda terdepan bagi umat. Rosulullah saw besabda: Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan).

Allah berfirman: "apakah dengan-Ku kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi diriku, aku bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak mampu melepaskan diri darinya" (HR. Tirmidzi). Wallahu'alam. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version