Oleh:
Yuliyati Sambas, Member Akademi Menulis Kreatif Regional Bandung
DAKWAH adalah cinta. Kutipan ini tentu bukan hal yang berlebihan, dakwah memang merupakan satu bukti cinta. Peduli adalah bagian dari cinta, dan dakwah seseorang terhadap pribadi lain merupakan bukti betapa ia demikian peduli terhadap nasib yang tengah dihadapi oleh saudaranya.
Islam mengajarkan bahwa antara satu mukmin dengan mukmin yang lain adalah saudara, innamal mu’minuuna ikhwah. Rasa kasih sayang digambarkan oleh persaudaraan yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Saw diibaratkan satu bagian tubuh, jika salah satu merasa sakit maka yang lain akan merasakannya juga bahkan dapat bereaksi demam.
Pada saat seorang muslim melakukan perbuatan dosa pada kenyataannya ia tengah menzalimi diri, sedang berurusan dengan perkara yang akan menjerumuskannya pada kebencian Allah yang akan berkonsekuensi dosa jika terus dilakukan. Maka bagi mukmin lainnya tak akan pernah rela untuk membiarkan saudaranya mengalami hal buruk, terjerembab dalam kubangan maksiat.
Ia akan melakukan upaya untuk mengingatkan saudaranya dan mengajaknya kembali pada jalan kebenaran sehingga tidak terus menerus berkubang dalam dosa. Itulah dakwah. Dakwah Adalah Kewajiban Allah Swt berfirman dalam Alquran surat Annahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Dari ayat di atas demikian jelas bahwa aktivitas da’a atau dakwah adalah sebuah perintah dari Allah Swt untuk sekalian umat.
Bahkan dalam beberapa nash lain Islam mengajarkan bahwa dakwah memang sebuah kewajiban yang jika ditinggalkan akan berkonsekuensi dosa dan mengakibatkan keburukan juga kemunkaran merajalela. Alquran Surat Ali Imran ayat 110 menjelaskan bahwa kaum muslimin akan menjadi umat terbaik dalam menjalani kehidupan jika mau untuk menjalankan aktivitas saling beramar makruf nahi munkar (saling mengajak pada kebaikan dan senantiasa saling menjauhkan dari perkara yang buruk), “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan adalah orang-orang yang fasik.” Tujuan Dakwah Kalimat la ilaha illallah merupakan inti dari ajaran agama Islam sekaligus menjadi pendorong utama dalam kegiatan dakwah.
Ketika keyakinan bahwa keberadaan alam semesta, manusia dan kehidupan diciptakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan menyadari betapa sebagai mahluk tak ada daya dan kekuatan apapun dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini jika tidak berpegang pada aturan-Nya yang sempurna. Juga sebentuk kesadaran bahwa hanya Allah lah yang berhak untuk dijadikan sembahan dan untuk dita’ati maka muncullah sebuah kesadaran betapa petunjuk dari Allah yang terangkum dalam Alquran dan assunnah adalah manual book yang Allah berikan untuk memandu manusia menjalani kehidupannya di dunia agar tidak tersesat selamanya.
Maka dengan keyakinan tersebut akan muncul dorongan yang kuat untuk mengajak dan menyeru kepada siapapun untuk sama-sama meraih keselamatan hidup dengan menerapkan keduanya, tentu dengan aktivitas dakwah. Dakwah pun merupakan wujud kepedulian dan kasih sayang kita kepada pribadi lain dan masyarakat pada umumnya.
Ia bahkan menjadi misi utama kenabian Rasulullah Saw dan juga nabi-nabi sebelum beliau. Maka kepedulian terhadap dakwah merupakan ciri dari seorang mukmin. Rasulullah Saw mencontohkan satu perumpamaan masyarakat adalah bagaikan suatu rombongan yang sedang naik kapal, ada yang duduk dan berada di bagian atas, dan sebagian lainnya duduk di bagian bawah.
Jika orang-orang yang duduk di bawah hendak mengambil air, mereka harus melewati orang yang ada di atas. Orang yang di bawah lantas berkata “Seandainya aku lubangi saja tempat duduk milikku sendiri untuk mendapatkan air, tentu aku tidak akan mengganggu orang yang ada di atas.” Bayangkanlah, jika seluruh orang yang berada di kapal tersebut membiarkannya tentu yang tejadi adalah kebocoran kapal yang akan mengakibatkan kecelakaan bagi semua penumpang. Namun jika mereka berusaha mencegahnya, dan itu merupakkan wujud kepedulian juga kasih sayang, maka semua akan selamat mengarungi bahtera.
Itulah perumpamaan dakwah. Berkat dakwah Islam sebagai agama yang menyelamatkan akan dipahami, diyakini, diamalkan bahkan diperjuangkan. Islam juga akan tersebar ke seluruh penjuru dunia dan akan memunculkan rahmat pada semesta. Terbentuknya pribadi muslim yang shaleh, masyarakat mulia, dan peradaban yang agung pun dapat teraih dengan digencarkannya dakwah di tengah umat.
Tantangan Dakwah Masa Kini Kini kita hidup dalam iklim sistem demokrasi yang kufur dan bertentangan dalam setiap aspek dengan Islam. Sekulerisme menjadi ruh dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Agama hanya diberi porsi sekedar mengatur urusan mahdhah dan ritualitas, sementara urusan kehidupan lebih dipercayakan kepada kejeniusan akal manusia.
Maka tak heran yang terjadi bukannya kemaslahatan atau kesejahteraan, justru kemalangan yang memunculkan merebaknya permasalahan multi dimensi yang makin hari semakin ruwet layaknya benang kusut. Beragam solusi banyak dimunculkan untuk mengatasinya, namun karena tidak dibarengi dengan ruh keimanan kepada Dzat Yang Maha Tahu hakikat kebaikan dan keburukan bagi semesta dan spirit takwa akan setiap aturan-Nya yang menyeluruh (kaffah).
Alih-alih menyelesaikan yang berlaku malah makin memunculkan beragam permasalahan lain yang tak sanggup untuk diurai arah penyelesaiannya. Namun demikian, dakwah akan benar-benar sampai pada akar permasalahan umat jika seluruh aturan Islam diterapkan tanpa dipilah. Ibarat obat dengan kadar yang telah ditetapkan secara tepat oleh para medis, maka dakwah Islam pun wajib dilakukan dengan upaya yang optimal secara menyeluruh disampaikan dan dilakukan sebagaimana thariqah Rasulullah dalam menyebarkan Islam hingga mampu menyelsaikan setiap kemelut permasalahan di kala itu.
Dengan dakwah Islam kaffah Bangsa Arab yang sebelumnya terpecah bersuku-suku yang senantiasa mudah tersulut konflik menjadi damai dalam satu naungan ukhuwah dengan ikatan akidah yanga kokoh. Lebih jauh Islam pun dapat menyebar dan merahmati hingga seluruh pelosok dunia, bahkan sejarah mencatat dua per tiga dari belahan dunia telah merasakan betapa nikmatnya hidup dalam dekapan Islam sebagai pemerintahan adidaya berbentuk Daulah Khilafah Rasyidah.
Maka suatu kebutuhan yang teramat mendesak untuk seluruh komponen umat saling bergandengan tangan bersegera menjalankan setiap strategi dakwah Rasulullah. Melalui dakwah beliau Saw dengan thariqah yang tetap dan terbimbing wahyu Illahi yakinlah bahwa akan terbentuk negara berkah yang akan menaungi bukan hanya satu bangsa namun cahaya rahmatnya akan memancar dan memayungi hingga seluruh pelosoh dunia, rahmatan lil ‘alamin.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf ayat 96). Wallahu a’lam bi ash-shawab.**