" ......Sedekah kok ya unfaedah dan gak ada pahalanya ".
Begitulah ungkapan kekesalan seorang ibu di akun Facebook Ririn Ike Wulandari, yang kaget melihat tagihan kartu pasca bayarnya mencapai total Rp 11 juta. Ketika ditelusuri penyebabnya, ternyata ulah anaknya yang suka sekali bermain game online, dilansir (okezone.04/09).
Paradigma pendidikan sekuler yang dikembangkan oleh negara, membawa arus liberalisasi di setiap sendi kehidupan. Upaya mencetak generasi yang kokoh iman dan taqwanya, cerdas akal dan mentalnya kini mendapat tantangan baru. Industri games dikembangkan dengan melihat keuntungan materi semata lalu mengabaikan efek negatifnya, yang justru lebih besar kerugiannya.
Proyek industrialisasi games ini diungkap oleh Presiden Joko Widodo pada debat pamungkas pilpres 2019, seperti yang dilansir oleh (m.liputan6.com. 13/04 ). Tidak hanya menyediakan ragam games dan perangkatnya, ajang perlombaanpun digenjot agar keuntungan materi diperoleh lebih besar lagi.
Seakan pemimpin berganti wajah. Fungsi negara sebagai periayah urusan rakyat berganti sebagai pebisnis. Fungsi sebagai perisai, luluh lantak oleh nafsu meraup materi. Rosulullah telah mengabarkan tentang pemimpin yang celaka, beliau bersabda " Celakalah orang Arab dari kejahatan yang telah dekat. Yaitu imaarat ash shibyan ( kepemimpinan yang kekanak - kanakan ), yakni kepemimpinan yang jika rakyat mentaati mereka, mereka akan me!asukkan rakyatnya kedalam neraka, tapi jika rakyat tidak mentaati , mereka akan membunuh rakyatnya sendiri ( HR. Ahmad ). Pemimpin negeri ini tak bisa lagi memandang kebaikan dan keburukan untuk kehidupan bangsanya.
Menjadi kepanjangan tangan perusahaan penyedia games global dengan mengupayakan industralisasi games online, bukanlah pilihan bijak bagi negara untuk memanfaatkan kemajuan teknologi digital. Sebab games ini tak ada korelasi dengan kebutuhan dasar rakyat yakni sandang, pangan, dan papan. Bukankah telah kita dapati berita - berita tentang efek buruk games online ? Dari kecanduan, tagihan yang mengagetkan hingga puluhan juta rupiah, rusaknya mental, dan efek buruk lainnya.
Kita, sebagai orang tua tentu menginginkan kebaikan pada generasi muda kita. Memanfaatkan waktu dengan sebaik - baiknya dengan ilmu dan amal baik, senantiasa mewarnai keseharian mereka. Lisannya santun dan menyejukkan, perilakunya membawa manfaat bagi sesama. Hingga sampai di kehidupan akhirat, kita berharap anak - anak kita masih berbakti kepada kita yang sudah berkalang tanah. Terlalu naif jika kehidupan ini hanya difokuskan untuk memikirkan cara meraup materi yang tiada henti. Bahkan hingga mengorbankan masa depan generasi dengan mengabaikan ilmu dan adab.
Imam Syafi'i mengatakan " Sungguh kehidupan pemuda itu dengan ilmu. Jika tidak demikian maka matinya lebih diharapkan dari hidupnya ". Coba kita bayangkan generasi kita sepuluh atau lima belas tahun mendatang, jika otak mereka tumpul dan malas bekerja, mental mereka lemah karena sudah menjadi obyek permainan industri games. Bukankah kita berkontribusi menyiapkan pasukan Dajjal masa depan ? Na'udzubillahi mindzalik.
Negara harus mengubah haluannya, dari sekedar memburu materi kepada Syariat Islam yang menjanjikan keselamatan dan kejayaan. Potensi yang dimiliki oleh negara harusnya digunakan untuk menangkis efek buruk kemajuan teknologi digital. Menjadikan games online sebagai industri kekinian tak ada bedanya dengan industri miras, narkoba, prostitusi online yang berbuah kerusakan.
Sudah saatnya mengaplikaskan nilai - nilai Islam dalam kehidupan bernegara. Generasi Islam harus menjadi subyek perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Ada banyak pilihan industri digital selain game online. Mramaikan pasar dunia dengan produk yang halal dan thoyyib dapat diambil sebagai ladang industri kekinian. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital kita yakin bangsa Indonesia dapat menguasai pasar halal dunia. Potensi alam yang luar biasa yang kita miliki memungkinkan hal itu. Tentu upaya ini tidak akan terwujud tanpa dukungan sistem yang kompeten. Sistem itu adalah Sistem Khilafah Islamiyah yang akan menjamin keberkahan hidup bangsa Indonesia.*
Aulia Rahmah
Aktivis dakwah Islam tinggal Gresik, Jawa Timur