View Full Version
Kamis, 25 Apr 2019

Generasi Milenial Tumbal Para Kapital

ERA DIGITAL saat ini, pemerintah rupanya tengah menangkap sinyal kuat mengenai potensi besar dibalik industri gaming yang menjanjikan. Bagaimana tidak, seperti data yang disampaikan presiden Jokowi pada debat pamungkas 13 April lalu, "Ekonomi dari sektor ini bertumbuh Rp. 11-12 triliun per tahun. (Liputan6.com 13/04).

Selain itu demi menunjang keberlangsungan industri ini, pemerintah telah membangun infrastruktur digital, broadband, palapa ring dan 4G. (CNBC.com 15/04). Lebih jauh pemerintah melalui Kemenpora menyebut sudah menganggarkan Rp. 50 miliar untuk menggelar kompetisi-kompetisi level sekolah. Bahkan Kemenpora mencanangkan untuk memasukkan e-Sport menjadi bagian dari kurikulum sekolah.

 

Dampak Buruk E-sport

Sungguh ironis, dikala degradasi moral kaum milenial yang kian tak terkontrol, kehadiran eSport yang mendapat sokongan penuh pemerintah semakin menghantam generasi muda dari segala sisi. Mulai dari gangguan kesehatan fisik sampai hilangnya nyawa. Kian hari ada saja berita bersliweran di media elektronik maupun media cetak mengenai jatuhnya korban jiwa akibat kelelahan bermain game, seperti seorang pemuda yang dinyatakan meninggal dunia ketika sedang bermain game online di salah satu warnet di Mojokerto (5/8/18).

Selain itu, bagaikan fenomena gunung es, semakin banyak menyeruak ke permukaan mengenai dampak psikis yang di alami anak bangsa ini akibat kecanduan game. Misalnya seperti dilansir konlas.com (5/8/18); 5 remaja harus menjalani rehabilitasi mental di salah satu RSJ di Jember. Selain itu, saat seseorang sudah kecanduan game maka segala cara akan dilakukan demi memenuhi hasranya untuk dalat terus bermain. Seperti kenekatan seorang pelajar SMP di Probolinggo yang merampok di rumah salah seorang TNI, hingga tega melukai korbannya. (Kompas.com 6/8/18)

Maka, baru-baru ini WHO telah menetapkan bahwa orang yang kecanduan game sebagai bagian dari penyakit mental. Sungguh aneh, jika negara membiarkan bahkan memfasilitasi generasi mudanya meniti jalan kehancuran karena game. Jika para kapital meraup untung dari bisnis ini, apakah harus dengan menaruhkan anak bangsa? Sungguh anak negeri ini akan terus menjadi korban, jika yang diagungaannya adalah para kapital.

 

Pandangan Islam Terhadap Game

Islam sebagai agama yang sempurna, telah memandang game sebagai hal yang mubah jika tidak ada sesuatu yang menghantarkan kepada keharaman.  Sejatinya sebagai seorang muslim segala aktivitas kita terikat kepada hukum Allah. Pun hidup kita di dunia hakikatnya adalah untuk beribadah kepada-Nya( QS. Ad-dzatiyat:56).

Dan faktanya saat ini dengan semakin sistematisnya penjauhan Islam dari umat, umat kian banyak yang lalai dengan segala aktifitas mubah yang melenakan.

Padahal Rasulullah telah sampaikan bahwa tanda baiknya seorang muslim adalah dengan meninggalkan hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Waktunya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya.
"Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat" ( HR. Tirmidzi no. 2317, ibnu majah no.3976. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Selain itu seiring dengan sesorang yang telah kecanduan game maka akan muncul dampak kesehatan yang melemahkan fisik dan psikis, dan hal ini tidak disukai Allah. Rasulullah bersabda, "Seorang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah" (HR.Muslim)

Sejatinya negara memfasilitasi dan mendorong generasi muda untuk menjadi sosok yang kuat dan tangguh. Bukan malah menjadikannya sebagai bahan pertaruhan bagi para kapital, yang siap ditumbalkan.

Segala aktifitas yang menjurus pada jalan kehancuran dihapuskan. Berganti dengan aktifitas yang mampu mengokohkan. Hingga generasi muda akan siap untuk melanjutkan estafet pembangunan peradaban. Dan itu hanya mampu terwujud jika negeri ini menerapkan Islam, sebagai aturan yang menyelamatkan dunia akhirat.*

Elis Sulistiyani

Komunitas Smart Muslimah Community


latestnews

View Full Version