Oleh: M Rizal Fadillah
17 April 2019 adalah Pemilu serentak. Secara serentak dimana mana terjadi kecurangan. Karena sentral perhatian Pilpres maka kecurangan Pilpres yang terungkap.
Pileg dalam misteri. Semua kecurangan mengarah pada merugikan pasangan Prabowo Sandi. Quick Count 17 April 2019 merefleksi kecurangan pada tayangan layar Televisi.
Selanjutnya tak ada klarifikasi signifikan baik dari KPU maupun Bawaslu. Semua berjalan saja seolah kecurangan identik dengan kesalahan wajar dalam Pemilu. Koreksi ada sedikit sedikit.
Orang-orang 'moralis' di sekitar Jokowi diam seribu bahasa. Silent movement yang diamini berjama'ah. Kecurangan satu persatu terkuak. Angka-angka terinput keliru, penjumlahan dan prosentase hingga jadi bahan olok olok KPU tak bisa berhitung, pencurian form C1 dan pembakaran kotak suara dimana-mana. Tragis memang.
Bawaslu diam seperti bingung atau serba salah. Langkah yang bisa berbenturan dengan aparat. Ketidak netralan sangat mencolok. Dugaan dua mata pisau sedang mengiris yaitu uang dan tekanan. Perumpamaan nya adalah penonton yang lelah mengawasi wasit. Sementara para wasit di daerah terlalu banyak yang menjadi korban. Petugas yang gugur dalam beban kerja dan fikiran.
Jika Prabowo Sandi akhirnya memang menjadi pemenang Pilpres, maka itu artinya luar biasa hebat mampu keluar sebagai pemenang di rimba kecurangan. Sebaliknya jika Jokowi-Ma'ruf yang menang, maka kemenangan itu berdiri di duri-duri kecurangan. Rakyat melihat, berteriak mengingatkan, serta bersiap menjadi pendorong pengadilan politik konstitusional. Konstitusi mengatur alur jalan benar dan jalan pelanggaran.
Sebagai pengingat ke depan bagi sejarah bangsa agar kita terbiasa berlaku jujur dan adil, mengutuk perbuatan curang, menjadi pelajaran bagi generasi mendatang, maka baiknya tanggal 17 April ditetapkan sebagai hari curang nasional.
Ini untuk kita bisa melakukan revolusi mental dan revolusi moral membangun bangsa yang bermartabat dan berbudaya malu (shame culture). Pendidikan di sekolah sejak kecil mengajarkan untuk tidak berbohong "sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tak percaya".
Legalisasi kebohongan dan penipuan di barat dikenal dengan The April's Mop. Kita tak boleh ikut ikutan menjadikan bulan April sebagai bulan tipu-tipu, bohong, dan curang. Sejarah April's mop adalah tipu-tipu politik.
Nah untuk agar bohong dan tipu tipu tak boleh dilegalisasi apalagi dalam proses politik demokrasi, maka kecurangan harus dilawan, dikutuk, dan diingatkan dari generasi ke generasi. 17 April adalah Hari Curang Nasional. Sekedar usul. [syahid/voa-islam.com]