View Full Version
Senin, 13 May 2019

Duka Palestina, Duka Umat Islam Sedunia

JELANG Ramadhan, konflik lintas perbatasan antara Palestina dan Israel di jalur Gaza kembali memanas. Setelah Hamas --organisasi Islam Palestina menembakkan lebih dari 250 roket ke kota-kota dan desa Israel pada Sabtu (4/5), Israel melancarkan serangan balasan dengan tembakan dari tank dan serangan udara yang menewaskan empat warga Palestina.

Seketika Gaza porak-poranda. Warga yang saat itu tengah disibukkan dengan aktivitas membeli bahan makanan untuk menyambut Ramadhan pecah oleh serangan dan ledakan.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa diantara korban itu adalah seorang bayi Palestina berusia 14 bulan dan ibunya yang tengah mengandung. Sementara korban luka, Jonathan Rieck, direktur ruang gawat darurat di Pusat Medis Barzilai di Ashkelon, mengatakan totalnya sekitar 80 orang. Termasuk seorang pria lanjut usia yang kini berada dalam kondisi kritis akibat cedera kepala.

Kendati demikian, juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, membantah pihaknya telah membunuh perempuan dan bayi Palestina. Ia justru menuding serangan udara tersebut merupakan serangan Hamas yang salah sasaran karena gagal mendarat di tanah Israel. (Kumparan 5/5)

Sungguh pilu. Ketika manusia manusia di belahan dunia lain sibuk mencium wangi Ramadhan dengan suka cita, Palestina justru tengah berduka, LAGI.

Ironisnya, pemberitaan terkait penderitaan mereka yang terus saja berulang hanya mengusik secuil hati nurani kita. Hanya menimbulkan tanya mengapa tak kunjung terentaskan. Juga kecaman yang tak menghasilkan.

Akibatnya tentu saja ZONK. Alias nol besar karena aktivitas perlindungan itu tak pernah nyata adanya.

Sebaliknya, ketika negara negara kafir penjajah saling bahu membahu menghabisi kaum muslim, negeri negeri muslim justru tampil mengkerut. Menjadikan batas wilayah internasional sebagai benteng yang menghalangi mereka untuk melakukan perlawanan demi membela nyawa separuh hidupnya. Menjadikan ikatan nasionalisme sebagai belenggu yang menjerat leher mereka, sehingga yang keluar darinya hanyalah sebatas kecaman dan kecaman, bantuan dan bantuan.

Terlebih lagi fakta yang sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya para penguasa negeri muslim saat ini justru terpikat dan terikat oleh perjanjian dengan para penjajah beserta sekutunya.

Lihat saja Freeport. Besarnya hegemoni Amerika atas kepemilikan tambang emas  tersebut  merupakan akibat dari perjanjian ekonomi terdahulu. Yang ironisnya sampai detik ini tak bisa diremehkan bahkan diusir.

Demikian juga yang terjadi pada zionis Israel. Eksistensi nya yang dibekingi oleh negeri-negeri besar, membuat penguasa negeri muslim yang meskipun tahu kebiadaban mereka, tetap saja tidak bisa berbuat banyak karena adanya tekanan internasional.

Kalau sudah begini, kepada penduduk bumi mana umat yang tertindas harus mencari cangkang yang bisa melindungi mereka dengan sebenar benar perlindungan?

Maka sudah saatnya, momentum Ramadhan ini mampu membakar semangat seluruh kaum muslim untuk mewujudkan kemuliaan dan persatuan hakiki di bawah naungan islam. Mewujudkan peradaban yang secara historis telah terbukti mampu menjaga nyawa dan harta manusia selama hampir 13 abad lamanya.

Jadi, hanya orang-orang sakit lah yang masih saja mempertahankan sistem sekuler kapitalis ini. Sistem yang hanya membawa manusia kembali pada kegelapan.

Padahal telah jelas bahwa Islam lah satu satunya ideologi yang mampu mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya. Menciptakan revolusi cara berpikir dan cara hidup kaum Quraisy dan umat manusia di sekitarnya.*

Maya. A

Tinggal di Gresik, Jawa Timur


latestnews

View Full Version