View Full Version
Kamis, 16 May 2019

Fenomena Seni Menyesatkan dalam Sekulerisme

PADA saat ini manusia dipadati tak hanya oleh berbagai aktivitas pekerjaan saja. Namun, hiburan yang dihadirkan oleh seni pun turut menyibukkan serta menyita waktu manusia. Entah sebagai pekerja seni atau penikmatnya. Seni merupakan suatu yang lahir dari kreativitas manusia seperti music, drama, tari, dll. Manusia bisa menikmati seni melalui berbagai media seperti radio, televise, maupun surat kabar atau melihatnya secara langsung pada sebuah pertunjukan.

Namun sayangnya seni pada masa sekarang justru dibumbui dengan hal-hal yang dilarang agama seperti pornografi, lirik lagu yang tak baik maupun gerakan tubuh wanita yang justru tidak senonoh. Seperti berita yang tengah viral baru-baru ini yaitu tentang sebuah film yang bertajuk ‘Kucumbu Tubuh Indahku’

Dilansir dari makassar.tribunnews.com (Jumat, 26/04/2019), film Kucumbu Tubuh Indahku merupakan film Indonesia tahun 2019 sebuah karya dari penulis dan sutradara Garin Nugroho. Film ini tayang di bioskop tanah air pada 18 April 2019. Film ini menuai banyak protes karena dinilai mengandung konten penyimpangan social.

Petisi melalui laman Change.org yang berjudul “Gawat! Indonesia Sudah Mulai Memproduksi Film LGBT dengan Judul ‘Kucumbu Tubuh Indahku”

Film tersebut menceritakan seorang penari Lengger dari sebuah desa kecil bernama Juno. Juno kecil harus terpaksa hidup sendiri sejak ditinggal ayahnya. Di tengah kesendiriannya itu, Juno bergabung dengan sanggar tari Lengger dan sejak saat itu ia harus hidup berpindah tempat dari satu desa ke desa yang lain.

Melihat trailernya saja dalam pandangan Islam tentu hal tersebut sangat dilarang karena menampilkan pria yang berdandan layaknya wanita kemudian menari lemah gemulai. Tak hanya itu bahkan ada adegan Juno tengah memegang bagian vital wanita dan bahkan ada adegan Juno dewasa memeluk-memeluk bapaknya layaknya pasangan homoseksual. Sungguh film yang menyedihkan!

Tapi adanya petisi pada laman Change.org tidak akan menyelesaikan apapun. Mungkin dengan adanya petisi tersebut, film ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ bisa dilarang untuk tayang, tapi untuk banyak film maupun seni lainnya yang akan datang selanjutnya, tidak bisa kita batasi peraturannya sesuai dengan koridor agama karena pada sistem yang kita jalani saat ini menggunakan sistem demokrasi yang berasaskan sekulerisme dimana agama dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka Islam tidak digunakan sebagai acuan untuk mengatur masalah kesenian.

Dari sinilah kita bisa menarik kesimpulan bahwa obat yang sesungguhnya bukanlah petisi online seperti yang dijelaskan diatas. Melainkan penerapan syariah secara kaffah atau total. Sehingga merasuk dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat dan dalam konteks kesenian pun tidak akan melenceng dari koridor agama.

Lalu bagaimana sebetulnya Islam memandang kesenian? Seni merupakan salah satu fitrah manusia yang diberikan oleh Allah SWT untuk membuat sesuatu yang kreatif dalam mengungkapkan keindahan, kebenaran serta kebaikan. Dalam Islam seseorang bisa menampilkan semua lapangan seni namun sebagai catatan yaitu tidak melenceng dari fitrah manusia atau pandangan Islam tentang wujud itu sendiri.

Seni dalam Islam merupakan seni yang bisa mengungkapkan keindahan serta konsep tauhid sebagai esensi dari aqidah, tata nilai dan norma Islam yakni pesan menyampaikan keesaan Tuhan. Seni dalam Islam diilhami oleh spiritualitas Islam secara langsung sedangkan penampakannya bisa dibentuk dengan karakteristik tertentu. Bentu seni yang dilandasi oleh hikmah atau kearifan dari spiritualitas Islam tak hanya berkaitan dengan penampakannya saja tapi juga realitas batinnya atau makna.

Keindahan atau estetika yang Islami harus merujuk pada penilaian serta norma dalam Al Qur’an dan As-Sunnah karena kesenian Islam dibatasi oleh nilai-nilai dari Allah SWT serta dibatasi kedudukan manusia sendiri sebagai hamba Allah.

Seni adalah bahasa universal yang diharapkan sebagai saran untuk mengajak manusia lainnya berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Selain itu juga dapat mengembangkan dan menumbuhkan perasaan halus, keindahan serta kebenaran menuju keseimbangan hidup. Sehingga seni dalam Islam bukan hanya sebagai hiburan semata, namun juga sesuatu yang mengandung keindahan dan sarat akan makna kebaikan.**

Lia Destia Ratih

Mahasiswa tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur

 


latestnews

View Full Version