View Full Version
Kamis, 16 May 2019

Hilangnya Rasa Sabar

SABAR. Apa kabar kesabaran kita? Bagaimana keadaanya saat ini? Apakah ia semakin membesar nan kokoh atau masih sama seperti kala dulu, kerdil dan melemah? Tentang kesabaran, pembahasan yang sederhana namun sangat rumit dalam prosesnya. Semangat yang membara tinggi dalam belajar, namun jika tidak disertai dengan kesabaran yang kuat maka akhirnya akan berujung jatuh di tengah perjuangan sebelum menang.

Sabar dalam berproses. Bahwa tidak ada ilmu yang bisa didapatkan dari proses instan semata. Karena tidak sedikit dari kita kehilangan kesabaran saat mempelajari ilmu. Kita ingin sesegera atau secepat mungkin menguasai suatu ilmu yang kita pelajari, titik. Pokoknya harus cepat. Karena faktor kemajuan teknologi yang serba super cepat sehingga kita pun terkontaminasi dan berpikir demikian. Menguasai ilmu harus cepat. Begitu kira-kira.  Pada akhirnya kita tergelincir di tengah perjalanan. Kita dilema karena ilmu yang di pelajari tak kunjung juga dikuasai dengan baik apalagi sempurna dengan sistem cepat itu. Akhirnya kita menyerah dan fatalis lalu mendikte diri bahwa kita tidak mampu. Puncaknya kita tidak melihatnya lagi dan meninggalkanya. Adapun melihatnya, hanya sesekali saja atau sekedar selingan.

Tahukah apa penyebab semua itu. Satu, kita tidak memiliki kesabaran yang kuat. Kita kehilangan kesabaran. Sabar yang bukan hanya sekedar nama. Tetapi ia karakter yang pantang menyerah yang senantiasa mengikuti proses berapapun lamanya. Walau satu hari hanya setangkai kalimat ilmu yang dipahami ia tidak peduli. Ia tetap akan terus belajar dengan sungguh-sungguh hingga benar-benar menguasai ilmu yang ditekuni dengan sempurna. Atau bahkan ia akan mengembangkanya, melalui penelitian terbarukan dari ilmu yang ia pelajari.

Kita melihat bagaimana perjuangan baqi bin makhlad yang berjalan kaki dari spanyol menuju iraq hanya untuk bertemu dengan Imam Ahmad bin Hambal. Kita juga mengenal kebesaran karakter sabar Imam Bukhari yang berjalan kaki ribual mill hanya untuk mendapatkan satu hadist. Kita juga mengenal kesabaran Imam Abu Hanifa yang berjuang keras belajar disisa waktu usia tuanya yang pada akhirnya mengantarkan ia sebagai ulama terkemuka pada masanya.

Kita juga mengenal ilmuwan yang di cap autis namun karena kesabaranya yang tinggi yang terus belajar sehingga ia menjadi manusia tercerdas pada abadnya. Dia adalah Albert Einstein. Atau yang tak kalah mencengangkan yaitu ilmuwan ini difonis oleh gurunya sebagai siswa yang sangat bodoh yang pada akhirnya ia dikeluarkan dari sekolahnya. Namun karena kegigihan dan kesabaran yang kokoh dalam belajar mengantarkanya menjadi Ilmuwan sang penemu bola lampu pijar. Ia adalah Bang Thomas Alva Edinson.

Dari sepak terjang mereka mengajarkan kepada kita yang haus akan ilmu ini, bahwa karakter sabar dalam berproses adalah suatu hal yang penting dan fundamental. Karena ketika kita tidak memilikinya, maka kita akan kehilangan segalanya. Sabar, sabar dan sabar hingga ilmu mendarah daging dalam jiwa.**

Muhammad Akbar Ali

Humas Gerakan Mahasiswa Pembebasan Sulawesi Tenggara


latestnews

View Full Version