IMAM Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan tentang keutamaan Alquran, yaitu dapat memberikan syafaat dan keselamatan bagi pembacanya yang mengamalkan dalam kehidupannya.
Namun Beliau pun menjelaskan jika kecelakaan bisa menimpa para pembaca Alquran. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Alquran dan tidak menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Alquran. Atau dengan kata lain, mereka yang tidak mengamalkan isi Alquran dalam kehidupannya.
Padahal telah jelas apa yang dihalalkan oleh Alquran , pun dengan apa yang diharamkan Alquran. Semisal riba, zina, khamr adalah hal yang diharamkan Alquran. Maka sungguh lancang jika orang yang membaca Alquran apalagi orang tersebut memegang amanah kekuasaan sampai berani menghalalkannya, dengan melakukan praktek ekonomi yang berbasis ribawi. Ataupun sungguh lancang pembaca Alquran yang sedang memegang amanah kekuasaan berani mengeluarkan kebijakan lokalisasi atas praktek perzinaan yang melanda negeri. Ataupun sungguh lancang pembaca Alquran yang membiarkan beredarnya khamr dan zat yang memabukkan lainnya ditengah masyarakat.
Akibatnya, dari tiga jenis hukum yang dilanggar saja, efek rusaknya sungguh sangat luar biasa kita rasakan saat ini. Jeratan utang luar negeri yang melilit negeri semakin mencekik, kerusakan dalam tatanan sosial ekonomi masyarakat kian terasa, belum lagi dekadensi moral masyarakat semakin terjun bebas kearah kerusakan.
Sungguh benarlah akhirnya sabda Rasulullah SAW bahwa jika zina dan riba telah melanda sebuah negeri maka tunggulah kehancurannya.
Inilah akibat dari pelanggaran terhadap hukum dan pengabaian terhadap peringatan yang dijelaskan dalam Alquran.
Semua kita mengetahui jika negeri-negeri muslim saat ini dipimpin oleh para pembaca Alquran. Yaitu oleh seorang muslim bahkan mayoritas muslim. Karena tidaklah mungkin Alquran mampu dan boleh dibaca kecuali oleh seorang muslim. Tersebab memang haram dibaca oleh selainnya.
Maka sungguh kecelakaan itu akan menimpa para pembaca Alquran yang sedang memimpin sebuah negeri yang tidak memimpinnya dengan petunjuk Alquran . Memimpin negeri dengan menyandarkan pada hawa nafsunya sendiri, mengambil dan mengikuti hukum sekuler yang dihembuskan oleh para pemuja nafsu dan menyelisihi apa yang dibacanya dalam Alquran. Sungguh mereka akan celaka dan sedang berjalan menuju kebinasaan diri saat tetap dalam penyelisihannya terhadap bacaan Alquran nya. Tidak mau menerapkan apa yang diperintahkan oleh Alquran, dan tidak mau meninggalkan apa yang dilarang oleh Alquran.
Mengapa hal ini sampai terjadi ? Rasulullah SAW menjelaskan tersebab mereka terkena penyakit wahn, yaitu penyakit yang dapat mematikan hati, berupa cinta dunia dan takut mati.
Berapa banyak manusia yang berkhianat dan mengkhianati bacaan Alquran nya, ketika harus berbenturan dengan kepentingan harta, tahta dan wanita.
Lebih rela menerima amanah jabatan kekuasaan, walaupun harus menyelisihi bacaan Alquran nya. Banyak berkelit dan mengemukakan banyak alasan keberatan untuk menerapkan seluruh isi bacaan Alquran dalam realisasi kehidupannya. Mereka memandang dan berpendapat jika hukum-hukum dalam Alquran sudah tidak relevan dengan zaman sekarang, mereka lebih menyukai hukum jahiliyah modern dibanding petunjuk Alquran. Hingga kalau perlu, mereka sampai berani merevisi arti bacaan Alquran yang sudah baku, demi kepentingan nafsunya.
Sungguh penyakit wahn yang melanda manusia dapat menyilaukan mata manusia terhadap dunia, dan mampu meletakkan dunia dalam hati manusia. Sehingga kebanyakan manusia lupa dengan urusan akherat dan konsekuensi berat yang harus ditanggung diakherat. Akhirnya mereka berani meletakan urusan akherat sebagai urusan belakangan.
Akhirnya pembaca Alquran ini tidak lagi peduli dan tidak mampu menghadirkan hati saat membaca ayat-ayat suci Alquran.
Mereka membacanya tanpa mampu menghadirkan hati saat membacanya. Hatinya telah mati dan menghitam tersebab penghianatan-penghianatan yang dilakukan terhadap bacaan Alquran nya.
Membacanya tidak lagi dengan suara indah. Yaitu suara bacaan yang mampu menggerakkan dan menggetarkan hati hingga sadar dengan apa yang dibacanya. Menangis saat mendapati bacaan tentang ancaman bagi orang-orang yang durhaka, penuh harap saat membaca ayat-ayat tentang surga dan pengampunan.
Inilah suara indah saat melantunkan bacaan Alquran , yaitu suara dengan hati yang khusyu, yang hadir saat membacanya. Hingga dapat menghidupkan hati manusia. Yaitu hati yang selalu merasa adanya pengawasan dari Allah SWT atas seluruh perilaku yang diperbuatnya. Sehingga akan melahirkan kehati-hatian dalam berperilaku.
Karenanya, saatnya para pembaca Alquran menyadari, bahwa Alquran bukanlah sekedar bacaan tanpa makna. Alquran bukanlah sekedar deretan kata dan kalimat tanpa arti. Namun Alquran adalah petunjuk hidup yang sejatinya mampu menghidupkan hati dan akal pikiran bagi pembacanya.
Maka wajiblah kita berlindung kepada Allah SWT dari memiliki perilaku sebagai pembaca Alquran yang celaka.
Juga semoga kita mampu melaksanakan apa yang kita baca dalam Alquran , yaitu mengharamkan apa yang diharamkan oleh Alquran dan menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Alquran dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga kita mampu menjadi para pembaca Alquran yang dikasihi dan dirahmati oleh Allah SWT, Sang Pemilik Alquran.*
Ummu Najmi Nafiz
Pemerhati generasi