Oleh: Tardjono Abu Muas (Pemerhati Masalah Sosial)
Awalnya kurang berminat membuat tulisan berjudul seperti tersebut di atas. Namun, pascatragedi 22 Mei yang begitu gencar kalau boleh dikatakan muncul pemberitaan di media sosial yang terkesan "Menghujat" institusi Polri, tiba-tiba penulis sangat ingin membuka Website Resmi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Di website inilah penulis langsung membuka tulisan berjudul Arti Lambang Polri, di antaranya tertulis bahwa Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti "Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa." Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.
Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa". Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham kepolisian di semua Negara yang disebut new modern police philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).
Dari sini penulis timbul sebuah pertanyaan, adakah kini yang salah dari pengejawantahan makna lambang Polri di tataran bawah? Atau adakah kekeliruan pimpinan para petinggi Polri dalam menterjemahkan arti lambang tersebut kepada bawahannya?
Padahal di website tersebut telah tertulis: Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "panguasa". Kini, hari-hari pascatragedi 22 Mei institusi Polri jadi sorotan negatif publik.
Pertanyaannya, adakah yang salah dari Prosedur Tetap (Protap) yang dijalankan petugas di lapangan dalam menghadapi demontrasi? Ataukah kurang jelasnya penjelasan protap dari atasannya ke jajaran di bawahnya? Inilah yang menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi para petinggi Polri saat ini untuk bebenah membenahi hal-hal yang mungkin saja bisa mengotori Lambang Polisi yang bernama Rastra Sewakottama dalam artian "Polri adalah Abdi Utama daripada Nusa dan Bangsa?
Penulis yang dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan kepolisian, pascatragedi 22 Mei langsung teringat Almarhum Ayah yang selama tugasnya sangat menghayati arti penting dari Rastra Sewakottama hingga penulis masih ingat saking bangganya beliau dengan Rastra Sewakottama beliau suruh kakak saya yang pintar melukis untuk menggambar lambang Polisi tersebut di ruang tamu.
Sepak terjang hidup beliau baik saat masih bertugas maupun sudah pensiun dari institusi kepolisian hingga akhir hayatnya di lingkungan masyarakat sangat saya rasakan jiwa Rastra Sewakottamanya sangat melekat.
Kini, belumlah terlambat untuk para petinggi Polri segera bebenah pada jalurnya sehingga arti dari Lambang Polri tidak berdiri terus di persimpangan jalan. Jika ada kesalahan bawahan maka terapkan sanksi hukum yang tegas, dan begitu pula jika ada kesalahan pimpinan maka dengan jiwa keperwiraannya akuilah kesalahannya.
Berbicara soal kepemimpinan, renungkan dan hayati sebuah hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar sebagai berikut:
“Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut."
Nuansa penghujung Ramadhan hendaklah kita jadikan peningkatan ibadah kita kepada-Nya tak terkecuali juga instrospeksi diri atas ucap, sikap dan tindakan kita terlebih bagi seorang yang sedang diamanahi sebagai seorang pemimpin. Wallahu'alam bish shawab. [syahid/voa-islam.com]