View Full Version
Selasa, 04 Jun 2019

Harga Bahan Pokok Naik, Emak - Emak Panik

SEBAGAIMANA dapat diprediksi setiap tahunnya. Harga kebutuhan pokok dan bahan makanan mendekati Hari Raya Idul Fitri 1440 H selalu melonjak tinggi. Dapat dipastikan melangitnya kebutuhan pokok dan bahan makanan, menjadi beban tersendiri bagi rakyat. Terutama beban pikiran dan pengeluaran bagi emak-emak. Tak hanya membuat emak-emak mengelus dada, tapi juga membuat sakit kepala.

Sebagaimana diberitakan www.radarindonesinews.com, 4/5/2019, beberapa harga bumbu dapur mengalami kenaikan tinggi. Kenaikan tertinggi pada harga bawang merah sebesar 5,92 persen atau sebesar 20.000 per kg menjadi Rp 35.800 per kg. Harga bawang putih meningkat 2,23 persen atau 700 per kg menjadi 32.050 per kg. Cabai merah keriting naik 2,14 persen atau 600 per kg menjadi 28.700 per kg.

Kenaikan harga beberapa bahan pangan tersebut pun direspon oleh Ombudsman. Dikabarkan www.gatra.com,24/5/2019, sebelum tanggal 17 Mei lalu Ombudsman pusat bersama 34 kantor perwakilan yang ada di daerah, secara serentak melalukan inspeksi terhadap delapan komoditas bahan pokok. Delapan bahan pokok itu antara lain: beras, gula pasir, daging sapi lokal, daging ayam boiler, minyak goreng, telur, bawang putih dan bawang merah. Inspeksi ini dilakukan karena banyak daerah yang menetapkan harga sembilan bahan pokok ( sembako)  lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET). Diharapkan dengan adanya operasi pasar, Ombusman berharap supaya daya beli masyrakat pascalebaran nanti tetap stabil.

Namun, walau operasi pasar kerap dilakukan. Sedihnya, kenaikan harga bahan pangan tetaplah melangit. Sebab fakta yang terjadi, kenaikan harga kebutuhan pokok dan pangan tidak terlepas dari peran pemerintah berserta jajarannya. Menurut Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) produk - produk pangan Bulog saat ini hanya menguasi 6 % sedangkan sisanya 94 % dikuasai oleh kartel atau monopoli. Hal itu merugikan masyarakat. Hal senada pernah diungkapkan oleh Sandiaga Uno. (m.detik.com,25/5/2019).

Penguasaan pangan oleh kartel sebesar 94 % adalah akibat korporasi pangan yang berjalan seiring neoliberalisme. Kondisinya berpangkal akibat peran pemerintah yang minim sebatas regulator dan fasilitator. Sementara korporasi berkuasa di aspek produksi, distribusi serta impor pangan. Alhasil negara kehilangan kedaulatannya untuk mengontrol harga kebutuhan pokok dan pangan bagi rakyat. Lagi-lagi rakyat yang dirugikan, akibat jeratan ekonomi neolib.

Melihat fenomena ini, maka adalah sebuah hal penting dan sangat mendesak untuk membangun kesadaran di tengah masyarakat. Sebuah kesadaran bahwa sistem ekonomi neolib adalah sebuah sistem yang menghisap darah rakyat. Tak hanya membangkrutkan negara, tapi juga membuat rakyat menderita. Sementara kaum neolib menikmati hasil keuntungan untuk berpesta pora di bawah kesengsaraan rakyat papa.

Dan adalah sebuah pilihan cerdas meninggalkan sistem ekonomi kapitalisme liberal. Serta menggantinya dengan sistem Islam yang mampu menjamin kebutuhan pokok rakyat dan menjamin kestabilan harga. Sebab sistem Islam dengan Syariah dan Khilafahnya tidak hanya memastikan produksi barang meningkat tetapi juga memastikan barang dan jasa tersebut terdistribusi dengan baik dan merata kepada seluruh rakyat. Sehingga tidak ada alasan kelangkaan barang kebutuhan bahan pokok seperti hal yang terjadi saat ini.

Menjadikan kewajiban negara pula untuk tidak hanya mengandalkan mekanisme harga tetapi memastikan sampainya barang tersebut dengan berbagai kebijakan melalui kewajiban mencari nafkah bagi yang mampu, subsidi bagi yang tidak mampu, larangan monopoli, kartel. Pada tahap ini, negara Khilafah mampu mengatasi bergejolaknya harga kebutuhan pokok. Sebab monopoli harga, kemunculan para mafia dan kartel yang menjadi penyebab utama bergejolaknya harga kebutuhan telah diberantas tuntas sehingga kebutuhan pokok dapat terdistribusikan dengan baik dan merata kepada rakyat.

Sungguh sistem Islam akan menjamin ketersediaan kebutuhan pokok dan pangan dengan harga stabil, murah dan berkualitas. Sehingga emak-emak tak lagi mengelus dada dan sakit kepala menjelang hari raya yang penuh berkah. Insya Alloh. Wallahu Alam.

Nur Saleha, S.Pd

Pengajar


latestnews

View Full Version