View Full Version
Selasa, 11 Jun 2019

Be The Real Opinion Leader

MEMBICARAKAN media sosial saat ini tentu kita akan terkoneksi cepat dengan generasi millenial yang gak canggung lagi main teknologi canggih. Bagi mereka gadget bak baju yang mereka kenakan setiap hari, bangun tidur buka hp, makan liat hp, mau masuk kamar mandi juga bawa hp, mau tidur buka hp sampai berpergian mereka harus membawanya. Bahkan jika hp sedang rusak atau hilang, mereka merasa seperti ada yang hilang dari kehidupannya.

Bagi mereka kecanggihan teknologi ibarat kebutuhan primer yang harus dipenuhi setiap jam, menit bahkan detik demi eksistensi mereka. Memang benar gadget termasuk sosial media yang kini dapat kita dapatkan dengan mudah justru memiliki sisi positif dalam kehidupan millenial zaman now. Dulu bila para orang tua kita hendak menghubungi saudara atau teman, mereka membutuhkan kantor pos atau wartel untuk mengirim surat dan menelpon namun sekarang kita dapat langsung private menghubungi saudara dan teman dengan jarak kiloan meter dengan sekali tekan tombol telpon. Wow mudah dan cepat bukan?

Namun kecanggihan tersebut tidak banyak dimanfaatkan dengan baik, bila kita berlalu di tahun 2016 masih banyak konten-konten hoax yang tersebar tanpa filter di media sosial. Media sosial bak influencer bagi masyarakat pengguna jejaring sosial. Dari kasus ini per 1 Desember 2016 pun dideklarasikan komunitas masyarakat anti hoax yang salah satu alasan kemunculannya dilatarbelakangi oleh ketidakjujuran banyak orang dalam menyebarkan informasi di media sosial.

Bahkan bila kita mengutip pernyataan Rocky Gerung, beliau menyampaikan bahwa pembuat hoax terbaik adalah penguasa,  karna mereka memiliki seluruh alat  untuk berbohong, intelejen dia punya, data stastistik dia punya dan media dia punya”

Tak dinafikan memang bahwa pemilik media kini memiliki segudang agenda politik serta ekonomi, mereka menggunakan media masa dalam rangka memuluskan kepentingan mereka. Disinilah letak permasalahannya sebab media kini tak bersikap sebagai pers sejati, justru ia tak lebihnya sebagai  media pesanan. Inilah fakta media mainstream.

Begitulah kontel-konten digital dalam bentuk pesanan dihasilkan oleh media mainstream. Mungkin akan ada pertanyaan kenapa media kini begitu mudah dipesan? Sebab media kini mengikuti arus ide kapitalisme, menjadikan ide-ide sekuler untuk ditancapkan kepada benak kaum muslim lebih dalam. Selain itu mereka memang hendak mengumpulkan pundi-pundi materi demi keuntungan pers mereka.

Padahal kecanggihan ini haruslah kita manfaatkan dengan sebaik mungkin tentu tersebabkan kita sebagai seorang muslim. Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’” (HR. Ahmad)


Hadist tersebut menyampaikan kepada kita bahwa sebagai Seorang muslim haruslah bersikap jujur sebab ini merupakan salah satu perintah dari Allah SWT kepada hambaNya. Maka selain perintah, jujur telah membawa hikmah kepada kita bahwa ia akan menghantarkan kepada kebaikan serta surga yang dijanjikan.

Maka sepantasnya seorang muslim berlaku jujur apalagi jika menyebarkan informasi ke media sosial. Ia akan memberikan informasi akurat, tajam serta terpercaya. Bukan informasi yang kaleng-kaleng, kw atau justru hoax itu sendiri.

 

Menjadi Netizen Cerdas Ideologis

Bila seorang muslim telah melek untuk terhindar daripada hoax maka tentu ia memerlukan beberapa tips untuk dapat memfilter serta menyebarkan konten-konten dakwah dengan tepat. Ada empat tips yang diperlukan yaitu:

  • Memiliki informasi mengenai berita (fakta)
  • Melakukan analisis mengenai berita tersebut (analisa fakta)
  • Menyampaikan pendapat tentang fakta tersebut ke tengah-tengah umat (menyebarkan fakta, analisi serta solusi islam)
  • Pendapat tersebut haruslah memiliki landasan tertentu, maka jika dia seorang muslim maka landasan yang digunakan ialah islam (cara pandang islam)         

Jika tips diatas dimiliki oleh netizen maka ia dengan mudah untuk dapat melihat dibalik peristiwa yang sedang disajikan oleh media. Ia dapat berkomentar dan menyebarkan konter opini bila banyak konten blackcampaign sedang menyerbu dumay.

Namun konten-konten terpercaya ini tidaklah cukup hanya diri kita saja yang menghasilkannya. Selain konten digital yang kreatif disajikan oleh generasi millenial seperti tulisan, desain gambar dan video tetapi sejatinya kebijakan pers merupakan wewenang negara dalam mengaturnya.

Bila tak ada ketegasan negara, konten negatif pun tetap akan meyerbu generasi penerus bangsa. Padahal kita tau dampaknya sangat merusak generasi bangsa, mulai dari terpapar hoax, kecanduan game, bahkan yang teburuk adalah konten-konten pornografi. Naudzubillah..

Maka individu serta masyarakat yang telah bertaqwa tak akan ada korelasinya bila negara tak memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku hoax atau kejahatan media sosial. Sedangkan hukum sekarang pun karet pula.

Sedangkan hukum-hukum Islam sejatinya bukan hanya sekedar ritual ibadah saja namun ia juga solusi segala pemecah permasalahan. Aturannya bukanlah aturan ribet dan bukan pula karet. Tegas, menakutkan dan memberikan efek jerah. Bukan hanya sangar saja yang kita ingat pada hukum islam namun sejatinya tidakkah kita rindu terhadap kehidupan Islam yang harmoni dan tidakkah kita rindu dengan ridho Allah tersebab kita telah berhamba dengan sempurna menjadi muslim kaffah di bawah naungan kepemimpinan Islam?*

Azrina Fauziah
Anggota Komunitas Pena Langit Malang

 


latestnews

View Full Version