ALI bin Abi Thalib ra sepupu Rasulullah Muhammad SAW, menantunya, sekaligus sahabat sejatinya dalam mengarungi medan dakwah yang penuh tantangan halangan dan rintangan.
Sejak kecil diasuh dan dididik penuh kasih sayang oleh Baginda Nabi. Masuk kedalam golongan orang-orang yang pertama kali masuk Islam, agama baru yang saat itu diemban dan disampaikan oleh Baginda Nabi.
Juga termasuk kedalam golongan manusia yang akan masuk surga tanpa hisab, manusia yang mendapat jaminan surga, manusia yang dijamin masuk surga.
Kiprahnya dalam mendampingi dakwah Rasulullah Muhammad SAW tak terhitung jari. Selalu hadir dalam setiap peristiwa besar dakwah Rasulullah Muhammad SAW.
Selalu mendapat tugas yang tidak ringan, tugas yang sangat berat, yang hanya mampu dipikul oleh orang-orang yang memiliki keyakinan dan ketangguhan iman yang luar biasa, sekelas para sahabat Rasulullah SAW.
Suatu kali pernah mendapatkan tugas, menggantikan Rasulullah SAW tidur diatas tempat tidur Rasulullah SAW agar bisa mengelabui kaum Musyrikin yang berkehendak membunuh Rasul. Disaat Rasul SAW mendapat ancaman nyawa dari kaum Musyrikin pada saat peristiwa hijrah yaitu saat Rasul SAW diperintahkan untuk pergi berhijrah ke Yatsrib yang kelak berganti nama dengan Madinah AlMunawwarah.
Suatu kali Beliau terlibat duel dengan pemimpin panglima perang kaum Musyrikin. Dan berhasil menekuk lawan kemudian maju sebagai pemenang, saat meladeni tantangan duel dari kaum Musyrikin, saat membela kehormatan Islam dan kaum Muslimin. Sebelum pecah perang Ahzab dan berakhir dengan kemenangan Islam dan Kaum Muslimin.
Suatu kali pula Ali bin Abi Thalib diberi tugas membawa panji Rasulullah SAW, saat hendak menaklukkan benteng Khaibar. Dan Allah SWT berkenan memberikan kemenangan kepada Islam dan Kaum Muslimin melalui tangannya. Hingga cahaya Islam mampu masuk menerangi benteng Khaibar yang ditaklukannya.
Tidak hanya kepiawaiannya dalam berperang membela Islam dan kaum Muslimin bersama pasukan Rasulullah SAW. Ali bin Abi Thalib ra pun terkenal dengan kezuhudannya terhadap dunia.
Mampu meletakkan dunia dalam telapak tangannya. Hingga setiap kali mendapat harta ghanimah, setiap kali itu pula harta tersebut dibagikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya, hingga habis tak berisa. Padahal kehidupan beliau sangat jauh dari kata sederhana.
Tersebab tidak suka menumpuk harta, kehidupan rumah tangganya seringkali kekurangan. Namun kondisi ini mampu dilewatinya bersama isteri dan anak-anaknya dengan kesabaran dan kesadaran luar biasa. Hingga pernah suatu ketika isterinya disuruhnya untuk meminta seorang pembantu agar dapat membantu pekerjaan rumah tangganya, namun Rasulullah Muhammad SAW memerintahkannya untuk bersabar dan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangganya sambil mengucapkan kalimat toyyibah, tasbih, tahlil dan tahmid.
Beliau pun sering kali menjadi penasehat bagi para sahabatnya, tidak terkecuali bagi sahabat besar lagi mulia Abu Bakar Ashashiddiq ra ataupun Umar bin Khathab ra ataupun Utsman bin Affan ra saat menjadi Khalifah atau pemimpin umat. Hingga dikisahkan jika penetapan tahun hijriyah di tetapkan oleh Khalifah Umur bin khathab ra setelah berdiskusi dengan Ali bin Abi Thalib ra.
Keluasan ilmunya tak diragukan oleh para sahabat, hingga kadang kala keputusan hukum banyak diambil oleh para sahabat yang bertugas sebagai Khalifah setelah berdiskusi dengan Ali bin Abi Thalib ra.
Akan tetapi sungguh sangat amat disayangkan, ketika Beliau menjabat sebagai Khalifah dalam jajaran Khulafaur Rasyiddin, api fitnah dan perpecahan banyak melanda negeri-negeri Islam dan Kaum Muslimin.
Sehingga saat Beliau menjabat sebagai Khalifah, beliau tersibukkan mengurusi urusan internal kaum muslimin. Pemberontakan dan perang saudara. Akibat fitnah yang dilontarkan oleh orang-orang dzolim yang tidak menyukai cahaya Islam.
Api fitnah ini sempat menghentikan aktivitas dakwah, jihad dan futuhat yang diwajibkan oleh Allah SWT, akibat terkurasnya energi kaum muslimin dalam pusaran perang saudara. Kaum Muslimin lupa akan persatuan dan berbagai agenda wajib dan kewajiban yang harus dilakukan.
Api fitnah membuat kaum muslimin tidak mampu melanjutkan agenda dakwah dan penyebaran Islam keseantero negeri di dunia. Kaum Muslimin saling membantai satu dengan yang lain, saling bermusuhan dan saling bercerai berai.
Api fitnah ini membuat kaum Muslimin lumpuh hingga tidak mampu berjalan dan berlari menuju kota dan negeri yang masih gelap gulita akibat belum sampainya cahaya Islam ke negeri mereka.
Hingga suatu waktu api fitnah ini mengantarkan Ali bin Abi Thalib untuk menjadi syuhada, syahid. Dibunuh oleh pihak pemberontak yang terbius hasut dan hasad orang-orang dzolim.
Akan tetapi, bagaimanapun akhir hayat Beliau. Tetaplah jasanya dalam menyebarkan cahaya Islam keseluruhan pelosok negeri dalam aktivitas dakwah dan jihad bersama Rasulullah Muhammad SAW tetap dikenang dan ditulis dengan tinta emas sejarah.
Kiprahnya dalam membela Islam dan kaum Muslimin senantiasa terkenang sepanjang masa, tidak ada yang mampu menghapusnya dari pentas sejarah dan peradaban unggul manusia.*
Mela Ummu Nazry
Pemerhati Generasi