View Full Version
Rabu, 26 Jun 2019

Mewaspadai Penegasan Isu Kesetaraan Gender pada Hari Keluarga Nasional

PEMERINTAH melalui Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) dipusatkan di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan tema 'Hari Keluarga, Hari Kita Semua' dan slogan 'Cinta Keluarga, Cinta Terencana'. Puncak seremoni akan jatuh pada 6 Juli 2019. (www.detik.com, 9/5/2019).

Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. Keluarga diharapkan menjadi sumber yang selalu menghidupkan, memelihara, memantapkan, dan mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam menghadapi persoalan kehidupan dewasa ini.
Namun, akankah harapan ini mampu menjadi realitas?

Sebelum kita berbicara lebih lanjut, ada baiknya kita cermati kondisi real di dalam masyarakat yang ada, Betapa parahnya kondisi keluarga Indonesia. Berdasarkan data yang dikutip detikcom dari website Mahkamah Agung (MA), Rabu (3/4/2019), sebanyak sebanyak 419.268 pasangan bercerai sepanjang 2018. Dan ada peningkatan cukup signifikan selama setengah tahun 2019.

Di dunia anak, keadaannya tidak kalah mengerikan. Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Sri Danti Anwar menyebutkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) 5,9 juta anak Indonesia merupakan pecandu narkoba. Dari angka itu 24 persen di antaranya merupakan pelajar Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. (www.republika.co.id, 18/11/2018).

Dua fakta ini memiliki korelasi yang kuat. Pecahnya keluarga berimbas pula terhadap rusaknya generasi muda. Karena keluarga adalah institusi terkecil sebagai penjaga, dan pendidik bagi anak-anak dan remaja. Keluarga tempat lahir dan dididiknya generasi penerus peradaban. Keluarga harusnya menjadi tempat yang hangat ketika anak dilanda masalah, tapi semua telah berubah. Sang Ayah sibuk dengan pekerjaannya, bahkan sang Ibu juga tak mau kehilangan kesempatan mengejar karier nya. Dalih demi untuk memberi uang jajan yang cukup, fasilitas gadged, hp android, laptop dan fasilitas lainnya dianggap cukup menggantikan peran keibuan dan pendidikan putra putrinya. Anak - anakpun tumbuh tanpa kontrol jauh dari pengawasan orang tua, dan tiba-tiba saja mereka kaget ketika buah hatinya yang polos terseret berbagai pergaulan bebas diluar sana.

Lantas apa yang membuat keluarga itu telah kehilangan vitalitasnya. Tidak lain akibat diterapkannya sistem Kapitalis sekuler. Penerapan ideologi Kapitalis tentu tidak terlepas dari ide dasarnya yakni sekulerisme. Upaya mengaruskan ide yang lahir dari ideologi Barat terus diluncurkan, ide kesetaraan gender, feminisme, hedonisme, materialisme, pluralisme, individualis, hedonis, liberalisme dan aneka kebijakan liberal terus diproduksi.

Ide sekuler dengan produk hedonisme telah mengubah bentuk kehidupan manusia menjadi amat bebas. Peraturan agama diterjang, bahkan dituduh menjadi penghalang kemajuan. Sayangnya kitapun tertipu dengan racun Barat ini, terbuai dengan nya hingga lupa peran dan tanggung jawab sebagai orang tua.

Hal ini diperparah dengan derasnya propaganda ide sekuler liberal melalui media dan perkembangan teknologi turut menjadi jembatannya. Doktrin - doktrin dan kebijakan ala kapitalis berhasil menghancurkan sendi keluarga. Keluarga muslim bahkan telah kabur dengan konsep keluarga yang islami dan kehilangan fungsi utamanya. Robohnya benteng keimanan yang menjadikan semua makin parah dan hancur tak bersisa.

Semua permasalahan tadi hanya mampu diselesaikan dengan penerapan syari’at Islam secara sempurna. Islam dengan aturannya yang paripurna akan mengatur permasalahan ekonomi, pendidikan, pergaulan, sosial,  bahkan keluarga. Dengan diterapkannya syariat Islam Anak - anak akan mendapatkan perlindungan, pendidikan dan kasih sayang yang cukup dari keluarganya.

Negara akan berperan strategis mengatur pergaulan masyarakat sesuai dengan syariat. Media juga akan diarahkan untuk dakwah nilai-nilai islami yang bernuansa edukasi. Lantas apalagi yang kita tunggu? Bukankah jalan dakwah adalah jalan kemuliaan? Untuk mengajak semua keluarga kembali ke aturan Islam. Maka sungguh kesejahteraan dan keselamatan akan mampu kita raih di dunia dan akhirat dengan tegaknya syari’ah Islam. Wallahua'lam.*

Ummu Hanif

Anggota Lingkar Penulis Ideologis


latestnews

View Full Version